Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Nilai Waktu

Nilai Waktu

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
(inet)
(inet)

dakwatuna.com – Kita semua mahluk ciptaan Tuhan, tidak ada yang luput dari yang namanya waktu. Sedari kita tercipta, baru terlahir ke dunia, lalu kembali lagi kepada sang Pencipta, bermula karena waktu. Interpretasi manusia terhadap nilai (etos) waktu, berbeda-beda. Nilai waktu bagi ahli falsafah tidak sama dengan pedagang. Nilai waktu bagi pedagang berbeda dengan petani. Nilai waktu bagi petani sangat jauh berbeda dengan penuntut ilmu, dan seterusnya.

Pada tulisan kali ini, lebih spesifik menyinggung nilai waktu yang dimiliki para penuntut ilmu. Karena penulis melihat semangat mereka sekarang, semakin hari semakin berkurang. Keinginan mereka semakin mundur. keimanan mereka semakin lemah. Peradaban mereka semakin terbelakang. Karena kemalasan dan keinginan hawa nafsu yang selalu mereka perturutkan. Sehingga, jelas kita lihat bahwa kemerosotan akhlak, keterbelakangan keilmuan dan peradaban, dampaknya sudah mentradisi.

Aku katakan, sejatinya nikmat Tuhan yang diberikan kepada kita amatlah luas. Bahkan nikmat tersebut, karena banyaknya, kita tak dapat menghitungnya satu persatu. Tuhan sudah menegaskan dalam surah Ibrahim ayat empat: “Dan jika kamu menghitung nikmat-Ku, niscaya kamu tidak dapat menghitungnya.” [Q: Ibrahim: 34].

Nikmat itu mempunyai Dasar dan Cabang. Diantara cabangnya, menjaga ibadah yang sunnah, seperti; salat malam, bersedekah, peduli sesama, berpuasa sunat, menziarahi orang yang sakit dan lain sebagainya. Dan dasar nikmat itu semua berporos pada keimanan kita kepada Tuhan semata. Setelahnya, baru faktor kesehatan jasmani dan rohani. Kemudian, nikmat itu semua hampa, tanpa didasari oleh ilmu. Sebab ilmu lah, kita menjadi maju di garda terdepan dan berbahagia; baik di dunia maupun di akhirat.

Bagaimanapun, ilmu itu merupakan kenikmatan yang terus menerus dirasakan pengaruhnya oleh kita dan keturunan-keturunan kita. Jangankan sebelum menjadi ilmuwan, berusaha supaya jadi ilmuwan itu sendiri pun nikmat. Hasilnya ilmu, nikmat. Manfaatnya ilmu, nikmat. Tatkala ilmu disebarluaskan juga termasuk nikmat.

Namun, semua nikmat-nikmat tersebut tidak akan ada (nihil) kecuali karena eksistensi masa. Oleh karena itu, Masa adalah umurnya kehidupan, lapangan bagi setiap manusia, dan penentu seseorang bermanfaat atau tidak.

Sering sekali Tuhan mengingatkan kita dalam Kitab-Nya yang Mulia bahwasanya, pergantian siang dan malam merupakan komponen awal dan akhir dari pada nikmat. Namun, hanya orang-orang yang berfikirlah yang sadar akan kebesaran nikmat tersebut. Antara lain, Tuhan berfirman di dalam surah; an-Nahal:12, al-Isra:12, Fushshilat: 37 dan al-An’am: 13.

Disamping Tuhan ber-interaksi dengan kita agar selalu mensyukuri nikmat yang dianugerahkan kepada kita, Dia juga berbicara kepada orang-orang kafir, sebab mereka menyia-nyiakan umur dan membiarkan diri mereka tenggelam dalam kekafiran. “Yakni, kenapa mereka tidak keluar dari kekafiran –padahal sudah diberikan kesempatan- untuk berhijrah dari kekafiran menuju keimanan. Sejatinya Tuhan telah memberikan mereka masa dan umur yang panjang,” [Fathir: 38].

Tuhan sering bersumpah dengan waktu. Itu disebabkan karena kemuliaan dan keistimewaan yang dimiliki oleh waktu tersebut. Seperti; Demi waktu dhuha, demi masa, demi waktu malam, demi waktu fajar, demi waktu siang, dan seterusnya.

Ketika menafsirkan firman Tuhan yang berbunyi: “Demi masa,” Fakhru ar-Razi menjelaskan bahwasanya pada ayat tersebut, terkandung beberapa keajaiban waktu. Karena kaya miskin, sehat sakit, susah senang, Tua muda, itu semua tidak kan ada kecuali karena disebabkan Masa.

Kenapa Tuhan tidak bersumpah dengan tempat? Karena Masa sejatinya lebih mulia dari pada tempat. Masa tidak akan pernah celaka. Tetapi, kitalah yang sering mencelakakan Masa. Bersambung di episode ke-2…! (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Ibu, Cintamu Tak Lekang Waktu

Figure
Organization