Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Risalah Sang Waktu

Risalah Sang Waktu

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (clock-desktop.com)
Ilustrasi. (clock-desktop.com)

dakwatuna.com “Demi masa, sesungguhnya manusia itu dalam kerugian, melainkan yang beriman dan yang beramal saleh, saling mengingatkan dalam kebenaran, saling mengingatkan dalam kesabaran ”.

(QS Al-Ashr, 1-3)

Saya teringat dalam sebuah scene film The Hobbit, terjadi percakapan saling terka-menerka antara Bilbo Baggins dengan Smeagol, setiap pertanyaan dari percakapan penuh teka-teki ini harus mampu dijawab dengan benar, jika tidak maka nyawa menjadi taruhannya. Dalam sekali kesempatan, Smeagol mengajukan pertanyaan seperti ini, “Benda ini makan segalanya. Burung, binatang, pohon bunga. Ia mengerat besi, menggigit baja. Batu keraspun digilingnya. Apa itu?” suasana hening sejenak, Bilbo diam membatu berpikir keras menjawab pertanyaan ini. Setelah selang beberapa detik, tak sengaja terlintas dipikirannya dan ia menjawab dengan senyum tersungging di bibirnya. “It’s the time, jawabannya adalah waktu”. Maka selamatlah Bilbo dari ancaman maut Smeagol. Disadari atau tidak, ini persis seperti apa yang disampaikan Nabi kita Muhammad saw melalui sabdanya, “waktu itu seperti pedang, jika engkau tidak mampu memotongnya, maka ia akan memotongmu”.

Saya lanjutkan pertanyaan itu, jika kita ditanya, benda apa yang tidak pernah berhenti di dunia ini? Jawabannya hanya satu, dialah waktu. Dimanapun bumi kita pijak, tidak pernah ada ruang yang waktunya tak berjalan. Begitulah hakikatnya waktu, ia akan terus bergerak tanpa pernah mau menunggu siapapun.

Dalam hidup ini, terkadang kita tidak meyadari betapa pentingnya waktu yang sedang kita lalui. Padahal tidak tertutup kemungkinana saat itu adalah saat-saat yang menentukan masa depan kita, atau bahkna menentukan seluruh fragmen kehidupan kita. Namun tanpa lasan yang dapat diterima, kita membiarkan si waktu ini berlalu begitu saja tanpa ada usaha sedikitpun untuk membuat waktu itu menjadi lebih bermanfaat.

Mari kita mencoba membuat permisalan. Bayangkan ada sebuah bank yang memberikan kita pinjaman uang sejumlah Rp. 86.400. setiap paginya semua uang itu harus kita gunakan hingga tak tersisa, karena pada malam harinya bank akan menghapus sisa uang yang tidak kita gunakan dalam sehari itu. Coba tebak, apa yang akan kita lakukan? Tentu saja kita akan menghabiskan semua uang pinjaman itu bukan?

Setiap dari kita memiliki bank semacam itu, waktu namanya. Setiap pagi ia akan memberikan kita 86.400 detik. Malam harinya si bank bernama waktu itu akan menghapus sisa waktu yang tidak kita gunakan untuk tujuan-tujuan yang baik. Ia tidak akan memberikan sisa waktunya pada kita, ia juga tidak akan memberikan waktu tambahan. Begitu mengawali hari, ia akan membuka satu rekening baru untuk kita, lalu pada malam harinya ia akan menghasnguskan yang tersisa. Jika kita tidak menggunakannya maka kerugian akan menimpa, kita tidak bisa menariknya kembali. Selain itu, kita tidak bisa meminta pinjaman untuk keesokan harinya. Intinya, kita harus tetap hidup di dalam simpanan hari ini. Jika seperti ini, bagaimana kita menyikapi?

Jika seandainya si waktu diberikan kesempatan untuk memberikan nasihat, mungkin ia akan berkata seperti ini:

  • Agar tahu betapa pentingnya aku selama 1 tahun, tanyakan pada murid yang tinggal kelas.
  • Agar tahu betapa pentingnya aku selama 1 bulan, tanyakan pada ibu yang melahirkan bayi secara prematur
  • Agar tahu betapa pentingnya aku selama 1 minggu, tanyakan pada sang editor majalah mingguan.
  • Agar tahu betapa pentingnya aku selama 1 jam, tanyakan pada seorang kekasih yang menuggu utnuk bertemu orang yang dicintainya.
  • Agar tahu betapa pentingnya aku selama 1 menit, tanyakan pada orang yang ketinggalan pesawat.
  • Agar tahu betapa pentingnya aku selama 1 detik, tanyakan pada orang yang baru saja terhindar dari kecelakaan.
  • Agar tahu betapa pentingnya aku selama 1 milidetik, tanyakan pada peraih medali perak lomba lari.

Jam akan terus berdetak, waktu akan terus berjalan, dan ia terus menuntut manusia untuk melakukan perbaikan. Kesalahan apapun yang kita lakukan hari ini, yakinkan dan pastikan tidak akan kembali terulang di masa-masa yang akan datang. Kita tidak boleh jatuh di lubang yang sama untuk kedua kalinya. Camkan dalam diri kita, “saya harus berubah 1% lebih baik dari kemarin”. Setiap detik yang kita lewati adalah umur kita, maka pergunakan waktu yang masih tersisa dengan sebaik-baiknya. Waktu tidak pernah ada untuk menunggu, ia juga tidak akan pernah ada untuk mengulang masa lalu.

Wallahu a’lam bisshawab.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Kelahiran Meulaboh, Juli 1994. Sekarang menempuh studi di FH UGM semester 6, angkatan 2012. Selain kuliah, juga aktif di Kementerian Kajian Strategis BEM KM UGM, Keluarga Muslim FH UGM, dan peneliti di Bulaksumur Institute.

Lihat Juga

Ibu, Cintamu Tak Lekang Waktu

Figure
Organization