Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Sudahkah Kita Menghargai Waktu?

Sudahkah Kita Menghargai Waktu?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (wallpaperscraft.com)
Ilustrasi. (wallpaperscraft.com)

dakwatuna.com – Bila hidup terus berputar, itu perihal putaran waktu. Tak serupa dengan putaran roda sepeda yang bisa bergerak maju lalu memutar mundur tergantung kita yang mengayuhnya. Waktu, tidak akan mampu berjalan mundur, meskipun kita berusaha memundurkannya. Dia terus melaju, tak sedikit pun berhenti meskipun kita mencoba menghentikannya. Berjalannya waktu, tak mau tahu ingin kita. Dia, sang waktu, hanya tahu bahwa ia akan terus berjalan, bergerak, tanpa menoleh ke belakang, tanpa memberi kesempatan kepada kita untuk mengulang di putaran detik yang sama, bahkan hanya untuk sepersekian detik yang kita mau, yang kita minta. Waktu, tidak akan bisa berulang. Kalau pun ada waktu yang bisa di stop sesaat atau diulang ke belakang, itu hanya ada pada video, film, atau sejenisnya yang tersedia tombol stop, pause, previous, dan playnya. Tapi lagi-lagi, kita dihadapkan pada proses hidup yang nyata. Bisakah sejenak saja perjalanan hidup kita di ‘pause’ agar berhenti, lalu di ‘play’ lagi? Sungguh, sama sekali tidak. Begitu dahsyatnya ‘waktu’.

Waktu, tak mau diajak berandai-andai, pun juga ia tak bisa diterka-terka. Kita sebagai manusia, harus pandai-pandai menghargai waktu, memanfaatkannya secara optimal, kalau kita tidak mau terimpit dan terhunus. Optimal memanfaatkan waktu untuk Allah, keluarga, sosial masyarakat, dunia kerja, refreshing dan alokasi waktu lainnya. Sampai saat ini, sudahkah kita seimbang? Semoga kita sekalian termasuk orang yang beruntung, bisa memanfaatkan waktu, menghargainya tanpa sedikit pun menyia-nyiakannya. Aamiin.

Berkah tidaknya waktu kita, tergantung bagaimana kita mengisinya, seperti apa kita memanfaatkannya. Apakah kita menggunakannya untuk berbuat kebaikan-kebaikan tanpa menunda, atau sebaliknya, menunda-nunda untuk melakukan kebaikan. Semua itu kembali pada pilihan. Ingat waktu, maka kita akan mengingat yang Merajai sang waktu. Waktu luang adalah anugerah, waktu sempit adalah peringatan. Setiap waktu, mestinya kita syukuri. Wujud syukurnya, kembali lagi pada memanfaatkan waktu nan berkah. Waktu yang telah berlalu dan telah kita isi, tak perlu sedikit pun diratapi, toh ia tak kan pernah kembali. Mari terus refleksi diri, semoga di ujung nanti kita tak merugi.

Wahai  Ramadhan yang tinggal sebentar lagi, engkau kini nyaris di penghujung waktu. Ya Allah, izinkan kami memanfaatkan waktu mustajab dari-Mu. Mencari berkah di setiap kesempatan emas, bersimpuh merayu-Mu. Bermunajat lirih memanjatkan segenap harapan, demi menggapai ridha-Mu.

Bukan banyaknya waktu yang bisa membuat kita melakukan banyak hal, tapi seberapa berkah waktu kita yang di ridhai Allah-lah yang melancarkan setiap perbuatan kita. Ya Allah, berkahilah tiap detik waktu kita, kami, dia dan mereka. Lapangkanlah, jangan persempit. Sungguh, nikmat waktu dari Mu, anugerah bagi kami. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Alhamdulillah sempat bergabung dengan divisi pendidikan di Sekolah Guru Indonesia-Dompet Dhuafa (SGI-DD) sebagai relawan guru untuk wilayah penempatan Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat (2014-2016) Saat ini menjadi bagian di School of Life Rumah Cahaya (Alam-Montessori-Islami)

Lihat Juga

Ibu, Cintamu Tak Lekang Waktu

Figure
Organization