Topic
Home / Pemuda / Cerpen / Sosok yang Hilang

Sosok yang Hilang

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (legend.az)
Ilustrasi. (legend.az)

dakwatuna.com – Menurutku tujuan hidup itu tak pernah gagal, hanya saja arahnya sering tidak sesuai dengan apa yang kita rencanakan. Tapi itulah sebuah skenario yang bisa saja terhapus atau terganti, bisa jadi berganti dengan yang lebih baik atau terhapus begitu saja tanpa meninggalkan goresan.

Kehilangan adalah hal yang paling tidak diinginkan oleh siapapun, baik kehilangan harta, jabatan, kekasih apalagi orang yang kita cintai sepanjang hayat kita, dialah sosok yang selalu ada sekalipun telah tiada, orangtua. Dan hal itu pula yang paling kuhindari dan kuelakkan sekalipun aku tau jika hal itu akan terjadi dan tidak dapat ku hindari. Aku telah kehilangan sosok yang sangat kucintai, kekasih yang kuharapkan akan medampingiku kelak di saat toga dikenakan, di kala seorang datang untuk meminta kesediaan, dan waktu indah di mana akad tercap, dialah ayah yang sangat kucintai dan selalu kurindukan.

Aku kehilangan sosok ayah saat usiaku 10 tahun. Sosok ayah yang telah pergi, perlahan dapat digantikan dengan kehadiran kakek di rumah kami, namun masa-masa gelap itu kembali lagi, kakek yang menderita pembengkakan hati akhirnya menemui takdir yang kuasa dan hanya berselang 1,5 tahun dari kepergian ayah. Kehilangan sosok yang menjadi objek ayah bagiku tidaklah semudah menatap cahaya matahari yang terik, hal ini betul telah membuat diriku terpuruk terlalu jauh dan terlalu dalam, jauh dalam kesendirian. Di saat sosok itu telah dapat kuterima, kemudian sosok itu pergi dan tak lagi ada yang menggantikannya.

Aku mempunyai 3 abang yang dapat mengisi ruang kosong itu, namun hal itu hanya berjalan beberapa bulan, karena ketiga abangku pada akhirnya sibuk dengan dunia dan kehidupan masing-masing. Entah disadari atau tidak, perlahan tapi pasti abang-abangku menjauh dari kehidupanku. Abang rahman, sebagai anak sulung di rumahku dan juga orang yang paling dekat denganku kini sibuk dengan pergulatan di kampusnya. Dan abang ridwan juga sama halnya, bahkan abang ridwan harus melanjutkan usaha yang ditinggalkan ayah untuk biaya sekolah kami karena hanya dia yang tahu tentang kondisi bisnis. Dan abangku yang terakhir, abang angga dia semakin sering pergi dan pulang sesuka hatinya, bahkan juga dia pernah gak pulang ke rumah. Dan yang tertinggal hanya seorang kakak yang ku miliki, kak Maysa dan kini dia pun telah pergi untuk melanjutkan studinya ke tanah Jawa.

Bunda juga menyibukkan diri, dan aku juga sebenarnya tidak keberatan dengan hal itu. Mungkin bunda hanya ingin menghibur dirinya dari gejolak air mata. Dan dari semua perjalanan itulah aku bertemu dengan sosok yang mungkin selama ini telah hilang dalam hidupku. Sebuah pertemuan yang telah Allah atur dalam skenario yang indah, dan semuanya berawal dari titik ini.

Pokoknya Novi gak mau sekolah di pesantren. Novi kan udah bilang mau sekolah di MTsN aja” aku terus mengeluhkan keputusn bunda

Kalau gitu, Novi gak usah sekolah”

Baru kali ini bunda sebegitu keras padaku, biasanya bunda selalu menuruti inginku. Memang sejak sosok ayah dan kakek tiada, bunda jauh lebih tegas dan keras padaku.

Ihhh, bunda” aku pergi ke kamar

Bunda memang ingin jika kami semua bersekolah di sebuah lembaga pendidikan agama, mungkin karena di latar belakangi keluarga kami yang duniawi dan jauh kata religius dan bunda tak ingin jika kami masuk terlalu jauh dalam kehidupan duniawi. Meskipun abang rahman berhasil menolak keinginan itu, dan aku berharap hal yang sama berlaku padaku.

Novi kenapa gak mau masuk ke pesantren?” abang angga mendatangiku ke kamar

Novi kan udah bilang dari dulu gak mau ke sana, novi itu mau jadi dokter bukan guru bang”

Lho, kalau di pesantren gak bisa jadi dokter rupanya?”

Gak lah, orang bacanya aja buku-buku tulisan arab. Lagian abang ridwan kan udah janji sama novi mau masukin ke MtsN asal novi pake jilbab”

Ya udah, nanti biar abang bilang sama bunda ya” abang angga mengelus kepalaku sambil berlalu

Dan dengan penuh keterpaksaan aku akhirnya masuk di pesantren sesuai dengan yang diinginkan dan dijadwalkan bunda dengan beberapa syarat yang kuajukan tentunya. Di antaranya izin tinggal di luar asrama yang disediakan, izin pulang setiap minggu, dan hal lain yang juga disepakati bunda.

Apakah ini yang dinamakan cinta atau hanya sekadar kekaguman yang terpendam semata? Yang aku tahu ketika aku mengenalnya untuk pertama kali, aku telah mengaguminya, ketika melihatnya ada rasa bahagia di hati, ketika suaranya terdengar gejolak itu semakin nyata, bahkan dendangan kebahagiaan itu selalu ada ketika dia ada.

Assalaamu’alaikum..” terdengar suara dari luar

Novi coba lihat siapa yang datang” bunda yang sedang di kamar sedikit berteriak memanggilku

Iya bunda..aa..aa”

Novi lagi di rumah ya?” suaranya begitu teduh di hati

Lho, kak ? Ada perlu apa kak?” aku bahkan terlupa untuk menjawab pertanyaannya

Bunda ada? Kakak cuma kebetulan lewat dan sekalian aja singgah”

Ada kak, ya udah kak masuk” aku tak tahu apa yang harus kuucapkan ketika di hadapannya

Aku telah lama mengenalnya, bahkan semenjak ayah masih ada aku telah tau dirinya tapi semenjak ayah dan kakek tiada, ikatan kami semakin baik dia dan keluarganya cukup sering silaturahmi ke rumah, bahkan dia sendiri juga sering singgah ke rumah seperti hari ini.

Aku selalu senang jika dia datang ke rumah ini, aku juga bahagia jika melihat wajahnya baik itu di rumah ini atau di sekolah sekalipun dia tidak melihatku. Mungkin dialah salah satu alasanku untuk bertahan di sekolah yang tidak pernah aku inginkan tapi aku butuhkan di masa mendatang. Dia sekolah di pesantren yang sama denganku, sekalipun aku tidak selalu bisa melihatnya, tapi setidaknya setiap hari jum’at aku bisa melihat wajahnya ketika berjalan ke mesjid.

Dear..

Aku tak tau kenapa aku merasakan rasa aneh ini, aku merasa kecewa dengan tidak melihat wajahnya hari ini. padahal aku telah berharap akan melihatnya seperti hari-hari sebelumnya. Dan kenapa harus orang lain yang melihatnya dan menceritaknnya padaku?

Aku tak menyukai hal itu, dan aku sedih juga kecewa.

Nulis apa nov?” zura ternyata memperhatikanku yang telah menulis di lembar diary

Bukan apa-apa ra. Mau tidur ya?”

Heemmm. Ngantuk, lagian udah jam 11 loh” zura menunjuk ke arah jam di kamar kami

Zura adalah sepupuku, dan aku tinggal di rumahnya sejak aku masuk di pesantren karena aku tidak suka tinggal di asrama yang disediakan sekolah. Selain rumahnya dekat dengan sekolah, zura juga bisa berangkat denganku karena kami sekolah di tempat yang sama. Dan di rumah ini sebenarnya aku juga seperti di asrama, karena aku terus di pantau kemanapun pergi harus izin dulu, kalau gak izin gak boleh juga keluar dari lingkungan rumah.

Iya ra” aku segara menyimpan buku diary ke lemari.

Hari ini agak mendung ya?”

Hah?? Mendung gimana? Kayaknya seharian ini cerah banget ra” aku bingung dengan pernyataannya.

Kamu suka sama dia?”

Siapa? Siapa yang suka sama siapa?”

Ya udah, kayaknya aku salah. Lagian cinta itu akan datang di saat yang tepatkan nov?”

Heemm. Sepertinya”

Waktu berlalu dan berlaju bahkan di saat kita terdiam waktu terus berjalan tiada henti, di saat kita belum melakukan apapun waktu telah melakukan banyak hal pada kita dan kehidupan yang kita jalani, suka, duka, tangis dan tawa, hujan dan matahari semua terus mengikuti waktu berjalan. Dan saat derita memasuki relung kehidupan, kita tak mau menerimanya.

Aku harus menyiapkan diri dan hatiku untuk kehilangan sosok berarti dalam hidupku lagi, dia akan pergi meninggalkan cerita hidup yang belum selesai. Aku tak pernah tau, seberapa berarti dirinya dalam hidupku, dan aku juga tak tau apakah akan ada air mata untuknya di saat dia pergi dari pandanganku?

Ngapain di sini? Banyak nyamuk loh” suaranya memusnahkan lamunanku

Di dalam rame”

Bukannya sendirian itu gak enak ya?”

Gak selamanya. Mungkin sendirian itu terlihat menyedihkan, tapi dalam kesendirian seseorang bisa merasakan ketenangan”

Oh ya? apa novi merasakan ketenangan saat ini?”

Sepertinya”

Padahal, kakak lagi di sini? Jadi teori itu salah. Seseorang itu bisa merasa tenang di saat kita merasa nyaman dalam lingkungan itu. Ikut ke bandara yok”

Yah, aku memang nyaman dan merasakan ketenangan di saat aku sendiri dan dia ada, hati yang membathin tidak bisa menolak ucapannya.

Gak kak, novi di rumah aja. Berapa lama kakak di sana?”

Mungkin sekitar 5 sampai 7 tahun ini kakak akan menetap di sana”

Heemm, pergunakan kesempatan ini sebaik mungkin”

Iya, novi juga harus tetap belajar di pesantren ya?”

Dan akhirnya aku menyerah pada gejolak hati yang tak dapat kuelakkan, aku harus menerima jika dia harus pergi demi impian-impiannya. Aku menahan diri untuk tidak menangis di hadapannya, namun aku tak kuasa untuk membendung rasa kehilangan ini lagi. Bagaikan hujan lebat di musim kemarau panjang, gejolak itu menguap ke permukaan. Aku memeluk Zura yang berada di sampingku, Zura membiarkanku menangis di pelukannya.

Nov, kamu udah janji gak nangis. Tapi kali ini aku biarin kamu menyalahi janjimu” suara zura terdengar serak.

Aku tak dapat berkata apa pun, kepedihan telah membuatku lupa akan semua janji yang terucap setelah mengetahui keberangkatannya dan sekian kalinya aku tenggelam dalam tangis kepedihan yang meninggalkan luka dalam.

Sudah 5 tahun dia tak pernah pulang, dan selama itu juga aku merindukannya, rindu menatap wajahnya, mendengar canda dan ceritanya, tingkahnya yang kekanak-kanakan tapi menjadi sosok yang dewasa dan pengertian. Dan selama itu pula hubungan kami menjauh, tiada komunikasi di antara kami sejak kepergiannya. Aku hanya bisa mendengar suaranya ketika keluarganya menelpon dengannya, dan itu telah cukup menghibur kegersangan di hati.

Kehilangan
Kehilangan bukanlah hal yang ku mau,
Kehilangan selalu menimpa diriku,
Di saat aku menerima..
Dia akan hilang dari hidupku, jauh meninggalakanku.
Apa yang salah dariku?
Kenapa harus pergi meninggalkan cerita,
Dengan menyisakan cerita lama untukku?
Dia hanya pergi untuk sementara
Namun kepergiannya menyadarkanku,
Jika
sosoknyamemberikan warna yang berarti dalam kehidupanku.
Begitu berarti…

 

(Oleh: Qiky almukhtar)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Anak ke 5 dari 5 saudara, mempunyai 3 kakak laki-laki dan 1 kakak perempuan. Sekarang sedang berkuliah di salah satu universitas swasta di Medan, dalam bidang psikologi. Bercita-cita bisa menjadi penulis yang sekaligus menjadi seorang psikolog.

Lihat Juga

Semusim Cinta, Ajang Menambah Ilmu dan Silaturahim Akbar WNI Muslimah Se-Korea Selatan

Figure
Organization