Topic
Home / Keluarga / Pendidikan Keluarga / Jangan Lupakan Ayah

Jangan Lupakan Ayah

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – “Teringat masa kecilku, kau peluk dan kau manja. Indahnya saat itu, buatku melambung. Di sisimu terngiang, hangat nafas segar harum tubuhmu. Kau tuturkan segala mimpi-mimpi serta harapanmu.”

Sejenak kubaca paragraf diatas. Lalu tanpa sengaja aku seperti melantunkan nada-nada. Kalimat di atas seperti tidak asing di lidahku. Aku mencoba mengingat apakah kalimat tersebut pernah kudengar sebelumnya. Aku membacanya berulang-ulang dan mencoba melantunkan kembali nada-nadanya.

Aku masih mencoba mengingatnya. Aku tau paragraf di atas adalah sebuah penggalan lirik lagu. Aku terus mengingat lagu apa yang penggalan liriknya berada di paragraf pertama. Aku terus melantunkan nada-nadanya sampai akhirnya aku menemukan jawabannya.

Ya, paragraf pertama adalah penggalan lirik lagu “Yang Terbaik Bagimu” yang dibawakan oleh Ada Band dan Gita Gutawa. Lagu yang populer pada tahun 2004 ini masih kerap didengarkan oleh pecinta musik Indonesia sampai sekarang. Seperti yang dilakukan oleh Mutiara Anisa, seorang mahasiswi dan penikmat musik Indonesia, ia mengaku tidak pernah bosan mendengar lagu tersebut. Menurutnya lagu itu tidak akan pernah punah sampai kapanpun, karena makna dari lagu tersebut sangat dalam, terutama untuk kaum adam.

Aku pun sependapat dengan Mutiara Anisa, di antara banyaknya lagu-lagu yang menceritakan tentang seorang ibu, Ada Band muncul dengan lagu yang menceritakan tentang sosok seorang ayah. Liriknya yang ringan dan menusuk, menyadarkanku bahwa selain ibu, ada sosok ayah yang juga selalu ada untukku. Inilah yang membuat lagu ciptaan pianis Ada Band, Khrisna Balagita, tidak akan habis termakan zaman.

Aku panggil Ayah

Lagu yang berjudul “Yang Terbaik Bagimu” seketika membawa kepada fantasiku. Aku terngiang sosok seorang laki-laki yang sangat kuat. Sosok laki-laki penopang kehidupan keluarga. Sosok laki-laki yang paling bertanggung jawab dalam keluarga. Sosok yang sering kali terabaikan dalam cerita kasih sayang seorang orang tua. Sosok yang aku panggil Ayah.

Aku membayangkan dalam imajinasiku bagaimana wajah ayahku. Wajah tegas dan tegar juga bersahabat. Di balik wajahnya yang mulai menampakkan garis-garis tua itu tetap sepenuh hati, membanting tulang demi kehidupan dan kebahagiaan anak juga istrinya. Wajahnya yang mulai menampakkan garis-garis kelelahan itu tetap tegar berdiri menopang beban hidup keluarga.

Aku tidak pernah melihat sosok laki-laki kuat dan lembut selain ayah. Di balik sifatnya yang tegas, dia adalah laki-laki yang sangat penyayang. Aku merasa amat sangat beruntung memiliki sosok ayah seperti beliau. Aku yang sudah berumur delapan belas tahun ini masih kerap dimanja layaknya anak berumur lima tahun, walaupun itu hanya sebagai bahan olok-oloknya ayahku saja ketika aku mulai bersikap kekanak-kanakan.

Ini membuktikan bahwa ayah bukan hanya sebagai kepala keluarga, juga bukan hanya sebagai sosok yang memberikan nafkah. Tapi ayah lebih dari itu, ayah yang selalu memenuhi kebutuhanku, ayah yang selalu mendukungku, ayah yang selalu membelaku, ayah yang selalu menjagaku, dan ayah yang selalu memberikan keceriaan di hari-hariku.

Ketika nampak raut cemberut di wajahku, ayah akan bertanya kepada ibu tentangku dan mencoba mengembalikan keceriaanku. Ayah yang sering menggodaku ketika kami sedang berkumpul bersama. Ayah juga tidak segan mengantar jemput aku sewaktu aku masih di bangku SMP dan SMA.

Ayah adalah sosok laki-laki yang tempatnya tidak akan pernah tergantikan oleh laki-laki manapun di hatiku. Orang-orang sering berkata bahwa anak perempuan akan lebih dekat dengan ayahnya dibanding ibunya, dan kisahku ini membuktikannya. Mungkin suatu hari nanti, ketika aku menikah nanti, ayah lah orang yang paling tidak rela melepasku.

Bukan Hanya Ibu, Ayah Juga

Mungkin kita sebagai anak kerap melupakan bagaimana perjuangan dan pengorbanan seorang ayah terhadap kita. Tanpa mengurangi dan melupakan rasa sayang, pengorbanan dan perjuangan seorang ibu, sesungguhnya ayah kita juga harus diberikan apresiasi terhadap apa yang telah mereka lakukan untuk kita sebagai seorang anak, bukan hanya seorang ibu.

Banyak orang-orang membahas tentang pengorbanan ibu, namun jarang yang mengangkat pengorbanan ayah. Perayaan hari ibu juga lebih meriah dibanding hari ayah. Hal-hal ini membuktikan bahwa dunia sedikitnya melupakan sosok seorang ayah.

Kebanyakan dari kita menghargai sosok seorang ayah hanya karna kita merasa takut, kita lebih sering bercerita masalah kita kepada sosok ibu dibanding ayah. Sesungguhnya di balik kerasnya sifat seorang ayah, tersimpan hati yang sangat lembut, hati yang penuh pengharapan bahwa anaknya bisa lebih baik darinya.

Aku Mencintaimu Ayah

“Tuhan tolonglah sampaikan sejuta sayangku untuknya, ku terus berjanji tak kan khianati pintanya. Ayah dengarlah betapa sesungguhnya ku mencintaimu. Kan kubuktikan kumampu penuhi maumu.”

Kutipan lirik di atas adalah salah satu pengekspresian perasaanku terhadap ayah. Mengatakan aku mencintaimu kepada ayah memang tidak semudah kita mengucapkan aku mencintaimu kepada seorang kekasih. Mengatakan aku mencintaimu kepada ayah memang tidak semudah kita mengucapkannya kepada ibu kita.

Tapi seorang ayah juga menantikan ucapan aku mencintaimu dari seorang anaknya, walaupun itu tidak disampaikan secara langsung. Maka melalu tulisan ini aku mengatakan terima kasih atas kebaikan, perhatian, dan pengorbananmu ayah, aku sangat mencintaimu.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswi semester tiga di Politeknik Negeri Jakarta, jurusan Teknik Grafika dan Penerbitan. Tinggal kecil di pinggiran Jakarta bernama Kota Depok.

Lihat Juga

Doa Terbaik untuk Ayahanda Harvino, Co-pilot Pesawat Lion Air dan Ayah bagi 10 Anak Yatim

Figure
Organization