Topic
Home / Berita / Internasional / Krisis Teluk Ubah Peta Politik di Kawasan, Benarkah?

Krisis Teluk Ubah Peta Politik di Kawasan, Benarkah?

Ilustrasi solidaritas Teluk, bertuliskan “Kekuatan kami ada pada persatuan kami”. (aljazeera.net

dakwatuna.com – Doha. Jawaban dari judul artikel ini, kami katakan bahwa semuanya belum sampai pada pembahasan final. Namun, krisis telah menyebabkan retakan nyata dalam tubuh Kawasan, yang tidak akan pernah dikembalikan seperti sediakala.

Jika krisis makin memanjang, maka bisa saja peta baru yang masih embrionik ini berubah menjadi peta politik yang terpadu. Namun, bukan berarti krisis tidak dapat diselesaikan. Sebaliknya, krisis akan terselesaikan dengan asas-asas yang tidak diduga sebelumnya.

Indikator Peta Baru

Literatur Inggris meriwayatkan kisah tentang tokoh fiksi ’Humpty Dumpty’. Ia digambarkan sebagai sosok telur yang berjalan di atas dinding tinggi yang kemudian jatuh dan hancur. Digambarkan, siapapun raja yang berkuasa tidak akan pernah bisa mengembalikannya seperti semula.

Mungkin pengumuman Emir Kuwait dari Washington yang menyebut bahwa mediasinya telah mencegah tindakan perang, merupakan bagian paling bahaya dalam seri krisis ini. Ini adalah ‘Humpty Dumpty’ yang telah menghancurkan dinding kepercayaan. Sehingga semua pihak harus menguruk ulang asas-asas baru selain asas hubungan bilateral sebelumnya.

Hingga saat ini belum tercatat adanya keputusan politik dari masing-masing pihak untuk meninggalkan peta politik lama dan beralih pada yang baru. Apa yang telah terjadi sejauh ini, merupakan adaptasi semua pihak untuk merunut perkembangan politik. Tapi, bukan berarti peta politik baru itu tidak akan terjadi.

Banyak konflik dan aliansi terbentuk berdasarkan pada dinamika konflik itu sendiri. Artinya, kenyataan baru-lah yang memaksa para pemimpin politik untuk bertindak. Inilah yang terjadi antara Turki dan Iran. Kedua menentang keras referendum Kurdistan Irak, sedang di saat yang sama keduanya berselisih terkait Suriah.

Fakta di lapangan yang mendorong terbentuknya peta politik baru semakin banyak. Semakin dekat indikator peta politik baru, semakin dekat pula peluang terjadinya.

Pengumuman Emir Kuwait tentang adanya kemungkinan perang, semakin menunjukkan bahwa apa yang terjadi dengan Qatar bisa juga terjadi pada yang lainnya. Inilah yang mendorong Emir untuk terang-terangan menolak segala bentuk perlemahan pada kedaulatan Qatar.

Berbagai hal yang mengindikasikan adanya peta politik baru semakin tampak. Di antaranya, pengembalian duta besar Qatar di Iran, juga adopsi pelabuhan laut Qatar di Kuwait, Oman, Iran bahkan Pakistan, yang mana sebelumnya terpusat di UEA.

Selain itu, simpati rakyat Oman dan Kuwait pada Qatar juga dinilai meningkat. Hal ini berdasarkan pada peningkatan wisatawan kedua negara yang berkunjung ke Doha. Juga adanya ungkapan ‘adanya gajah di dalam ruangan’. Merujuk pada adanya militer Turki di kawasan Teluk yang semakin menjauhkan kemungkinan perang.

Semua indikator ini tampaknya tak akan berubah meski krisis terselesaikan dan air kembali kepada jalurnya. Qatar tidak akan mengembalikan sebagian besar komersialnya setelah apa yang terjadi dengan Arab Saudi dan UEA. Karena kepercayaan yang hancur akibat krisis tidak akan mungkin dikembalikan seperti semula secara utuh. Yang lebih penting adalah, ingatan kolektif rakyat yang tidak akan terhapus setidaknya dalam satu generasi saat ini. (whc/dakwatuna)

Sumber: Al-Jazeera

Redaktur: William

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Laporan PBB: Putra Mahkota Saudi Bertanggung Jawab Atas Kematian Jurnalis Jamal Khashoggi

Figure
Organization