Topic
Home / Narasi Islam / Khutbah / Khutbah Idul Adha / Khutbah Idul Adha 1437 H: Kebahagiaan Adalah Hasil Perjuangan dan Pengorbanan

Khutbah Idul Adha 1437 H: Kebahagiaan Adalah Hasil Perjuangan dan Pengorbanan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (wallpapermania.eu)
Ilustrasi. (wallpapermania.eu)
dakwatuna.com

الله أكبر الله أكبر الله أكبر، الله أكبر الله أكبر الله أكبر ،لله أكبر الله أكبر الله أكبر، ولله الحمد

الْحَمْدُ للهِ الذي صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَ بَعْدَهُ، اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ وَأَتْبَاعِهِ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ اْلقِيَامَةِ، أمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الله، أُوصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَا الله فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وقالَ الله تعالى: (وَوَصَّى بِهَا إِبْرَهِيْمُ بَنِيْهِ وَيَعْقُوْبُ يَا بُنَيَّ إِنَّ الله اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ)

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu. Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.

Pada hari ini, jutaan manusia mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid, sebagai proklamasi internasional atas kebesaran dan keagungan Allah, Rabbul ‘alamin, Pencipta dan Penguasa Tunggal alam semesta. Dia-lah satu-satunya yang berhak disembah, dipuji dan dipuja.

Proklamasi akbar ini dilakukan sekaligus dalam rangka memperingati dua momentum penting yang menunjukkan kesatuan dan persatuan yang diikat oleh aqidah Islamiyah. Pertama, di kawasan Makkatul Mukarramah berkumpul kaum Muslimin dari seluruh penjuru dunia guna melaksanakan ibadah haji. Mereka berkumpul tanpa dibedakan bahasa, bangsa, status sosial, dan warna kulit. Kedua, di setiap sudut dari lima benua di dunia ini, serentak dilakukan shalat ‘Idul Adha dan penyembelihan hewan qurban.

Setiap kali kita mengenang dua peristiwa penting ini, kita tidak pernah lupa kisah manusia agung yang diutus oleh Allah Swt untuk menjadi Nabi dan Rasul, yakni Nabi Ibrahim as.

Sejenak dalam kesempatan yang berbahagia ini kita lihat sebagian episode dari kisah Nabi Ibrahim yang seru dan sarat makna.

Setelah sekian tahun memberikan pengajaran dan dakwah, ternyata masyarakat yang dipimpin Raja Namrud tak juga sadar. Akhirnya, Nabi Ibrahim memutuskan untuk menghancurkan berhala-berhala yang terbuat dari batu yang menjadi sesembahan umat manusia saat itu. Tapi satu yang paling besar dibiarkan, di pundaknyalah kapak yang ia gunakan menggempur berhala-berhala itu dikalungkan.

Maka, hebohlah masyarakat saat melihat tuhan-tuhan mereka itu hancur berantakan. Tak ada yang mereka duga melakukan itu, kecuali Ibrahim. Karena mereka tahu hanya Ibrahimlah yang tak suka dengan berhala-berhala itu. Nabi Ibrahim pun lalu ditangkap, seraya mereka bertanya: “Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?”

Ibrahim menjawab: “Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara”.

Mendengarkan jawaban Nabi Ibrahim itu, mereka menundukkan kepala, berpikir dan merenung sejenak. Ada secercah cahaya, bahwa mereka yang salah dan bodoh: mengapa batu-batu yang tak bisa apa-apa itu yang mereka sembah?

Tapi sayang cahaya yang sempat masuk ke dalam hati mereka itu, tidak segera mereka tangkap. Justru mereka tutup lagi dengan kegelapan dan kebodohan. Hingga mereka pun berkata: “Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara”.

Inilah kesempatan bagi Nabi Ibrahim untuk kembali menyadarkan mereka lagi. Nabi Ibrahim berkata: “Maka mengapakah kalian menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun dan tidak (pula) memberi mudarat kepada kalian?”

Tapi kabut kegelapan yang memenuhi hati mereka ternyata sangat tebal. Hati mereka sudah tertutup rapat dan kepada sudah sangat keras lebih dari batu. Maka mereka justru naik pitam, seraya berkata tanpa ada akal sehat dan hati nurani sekali.

Mereka berkata: “Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kalian, jika kalian benar-benar hendak bertindak”.

Maka Nabi Ibrahim diikat dan dimasukkan penjara, hingga kayu bakar terkumpul sangat banyak sekali. Satu bulan mereka mengumpulkan kayu bakar. Semua kompak dan berlomba-lomba dengan penuh semangat untuk mencari kayu bakar. Semuanya tak ada yang ketinggalan, tua, muda, laki-laki, atau perempuan. Bahkan disebutkan saking semangatnya masyarakat saat itu untuk membakar Nabi Ibrahim, hingga ada seorang perempuan yang sakit: bernazar jika ia sembuh dari sakitnya maka ia pun ikut mencari kayu bakar.

Kayu terkumpul sangat banyak sekali, menjadi sebesar dan setinggi gunung. Lalu, api pun dinyalakan. Api membara sangat dahsyat. Sementara Nabi Ibrahim diikat siap untuk dilemparkan dengan katapel raksasa. Malaikat pun menangis datang kepada Allah dan minta agar diperintahkan untuk memadamkan api itu, seraya berkata: “Ya Allah, api sangat besar sekali, Ibrahim sendirian tak ada siapa-siapa yang mau menolongnya..”

Nabi Ibrahim pun berdzikir dan berdoa: Hasbiyallah wani’mal wakiil.. (Cukup Allah bagiku, dan Dialah sebaik-baik penolong).

Tapi rupanya ada kenyataan lain. Semua manusia bersorak-sorai hendak membakar Nabi Ibrahim, namun semua binatang yang melata prihatin. Mereka bergerak ingin memadamkan api itu. Hanya ada satu binatang yang justru menghembus-hembuskan agar api itu kian besar. Itulah tokek. Karena itulah, dalam hadits disebutkan Ummuna menyimpan tombak untuk membunuh tokek karena mengikuti pesan Nabi untuk membunuhnya. (Hr. Ahmad dan Ibnu Majah/Lihat Tafsir Ibnu Katsir).

Di saat api dalam puncak besar-besarnya, Nabi Ibrahim pun dilepas, dan benar jatuh persis di tengah-tengah kobaran api yang menggunung itu.

Manusia semua senang dan tertawa terbahak-bahak, khususnya Namrud. Semua girang sambil mabuk-mabukan minum-minuman keras.

Namun, titah Allah lebih cepat dari itu semua:

يَانَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ

“Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”.

Maka bagi Nabi Ibrahim api itu dingin, nyaman, membahagiakan dan menyenangkan. Selama empat puluh hari empat puluh malam Nabi Ibrahim berada dalam api itu.

Di usianya yang sudah senja, Nabi Ibrahim bertutur: “Tak ada kebahagiaan, kenyamanan dan kesenangan dalam hidupku sebagaimana saat hari-hari aku berada dalam kobaran api. Ingin rasanya seluruh hidupku, seperti aku berada dalam api itu.” Allahu akbar walillahilhamd..

Akhirnya, api pun padam. Mereka melotot terbengong-bengong, terasa mimpi di siang bolong. Mereka melihat Nabi Ibrahim segar bugar dengan penuh keceriaan. Bapaknya Nabi Ibrahim yang suka membuat patung-patung sebagai tuhan sempat berkata: “Sebaik-baik tuhan, adalah Tuhanmu wahai Ibrahim.”

Melihat Nabi Ibrahim selamat, sehat wal afiat, apakah mereka sadar dan mau beriman? Ternyata tidak. Maka, Nabi akhirnya Nabi Ibrahim pergi bersama dengan istrinya dan Luth hijrah meninggalkan mereka. Allah berfirman:

وَنَجَّيْنَاهُ وَلُوطًا إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا لِلْعَالَمِينَ

“Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Lut ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia.” (Al-Anbiya’: 71)

Silakan baca kisah Nabi Ibrahim ini di Surat Al-Anbiya’ dari ayat 51 sampai dengan 73.

Allahu akbar 3x walillahilhamd..

Bapak-bapak, ibu-ibu dan saudara-saudara sekalian. Banyak sekali pelajaran yang bisa kita petik. Paling tidak ada empat yang sangat penting. Pertama, ternyata manusia bisa lebih bodoh, lebih buruk dan lebih jahat dari pada binatang. Tidak ada binatang itu yang menyembah berhala dalam bentuk batu. Tapi ternyata manusia yang katanya berakal dan pintar, pernah terjadi dan masih sangat banyak hingga hari ini yang menyembah patung, dan lain-lain berhala seperti pohon, kuburan, gunung, laut dan lain-lain. Tidak ada binatang itu yang musyrik, tapi banyak manusia hingga hari ini yang musyrik. Binatang tidak ada yang mau menyembah kepada manusia, tapi ada manusia yang menyembah binatang. Baik binatang aslinya maupun patungnya. Karena itu berkaitan dengan manusia Allah berfirman:

وَكَأَيِّنْ مِنْ آيَةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُونَ (105) وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ (106)

“Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya. Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).” (Yusuf: 105-106)

Sementara itu terkait dengan makhluk-makhluk yang lain termasuk binatang Allah berfirman:

تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا

“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (Al-Isra’: 44)

Selain dari pada ada itu, katakanlah binatang itu bodoh dan buruk, tapi sebodoh-sebodoh dan seburuk-buruk binatang tak ada binatang itu yang salah dalam makan dan minum atau mencari rezeki. Tak ada binatang yang makan atau minum yang tak layak bagi mereka. Maka tak ada binatang yang minum khamer, tak ada binatang terkena narkoba, bahkan tak ada binatang yang makan asap. Bandingkan dengan manusia, semakin banyak yang sekolah ternyata semakin banyak pula yang mabuk-mabukan. Narkoba pun semakin ada di mana-mana. Bahkan perdagangan narkoba ini sangat fantastis. Termasuk bea cukai rokok yang terus meroket, dan laris manis. Laa haula walaa quwata illa billah.

Tak hanya sampai di situ. Dalam kisah dibakarnya Nabi Ibrahim, semua manusia bersorak sorai. Tapi sungguh menakjubkan, binatang justru prihatin dan berusaha memadamkan api kejahatan itu. Lihat binatang, memiliki belas kasihan, tapi manusia bisa tak memiliki belas kasih sama sekali. Itulah, manusia ternyata bisa lebih jahat daripada binatang. Hampir takkan dijumpai binatang yang makan anaknya sendiri, tapi kini tak sedikit ibu atau ayah yang memakan anaknya sendiri. Ada membuangnya di tempat sampah, selokan atau kloset dll kejahatan yang tak dilakukan binatang.

Kerusakan yang terjadi di mana-mana juga pasti ulah manusia. Bukan karena ulah binatang. Hutan rusak, bukan karena harimau yang mengamuk. Pasti ulah manusia yang merusaknya. Laut rusak, juga bukan karena perilaku ikan paus atau apalagi ikan teri. Pasti karena ulah manusia. Apalagi negara yang rusak, perbankan bocor, proyek amburadul, pasti bukan ulah binatang, tapi pasti ulah manusia. Dan itu bukan oleh yang tak sekolah, tapi bisa justru dilakukan yang berderet gelar kesarjanaan yang panjang.

Karena itulah maka Allah berfirman:

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Al-A’raf: 179)

 

Kedua, manusia yang buruk itu ternyata bisa sangat banyak sekali. Bahkan bisa mencapai mayoritas mutlak. Bayangkan, Nabi Ibrahim sendirian dalam kebenaran dan ketauhidan. Sedang semua manusia saat itu dalam keburukan dan kemusyrikan. Itu bukan dalam waktu yang pendek, tapi bertahun-tahun. Hingga Nabi Ibrahim pun hijrah meninggalkan mereka.

Hal yang sama juga dialami Nabi Muhammad. Hingga, zaman itu disebut sebagai zaman jahiliyah. Bukan zamannya yang jahiliyah, tapi manusia yang saat itu mayoritas mutlak dalam kejahiliyahan yang luar biasa.

Ini menjadi pelajaran yang berarti, bahwa mayoritas tidak selalu bisa menjadi tolok ukur kebenaran dan kebaikan. Bahkan bisa sebaliknya, keburukan dan kebatilan berada pada pihak yang mayoritas.

Oleh karena itu hendaknya kita selalu berhati-hati, dan memiliki jati diri yang mantap. Tak boleh kita terombang-ambing oleh suara banyak orang. Allah berfirman:

وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (Al-An’am: 116)

Ketiga, pentingnya membuka hati untuk menerima wahyu Ilahi. Manusia bisa menjadi lebih buruk dari binatang dan takkan selamat ditelan oleh kegelapan mayoritas zaman, tak lain adalah saat manusia itu tak mau membuka hatinya untuk menerima ajaran yang diturunkan Allah melalui nabi. Nabi Ibrahim sudah diutus oleh Allah untuk menyelamatkan merekan dengan membawa wahyu dari Allah, tapi sayang mereka menutup hati, tak mau mendengar dan tak mau melihat. Sehingga, mereka tetap dalam kegelapan. Dan, begitu juga di zaman jahiliyah yang dihadapi oleh Nabi Muhammad, mereka akhirnya celaka dan binasa seperti Abu Lahab, Abu Jahal tak lain adalah karena mereka tak mau menerima wahyu disampaikan oleh Nabi.

Maka sebenarnya hidup ini sederhana. Siapapun yang ingin baik hendaknya menerima petunjuk yang dibawa Nabi sebagaimana yang tertuang dalam Kitab Suci. Sebaliknya, siapapun tak mungkin bisa hidup dengan baik, terang dan berada dalam kemuliaan bila tak mau membuka hati menerima ajaran Al-Quran.

Masyarakat tak mungkin bisa hidup baik, sejahtera dan aman, bila tak menjadikan Al-Quran sebagai pedoman. Pendidikan tak akan pernah sukses, bila bukan Al-Quran sebagai basis pendidikan dan pengajaran.

Adalah mimpi belaka, membangun karakter bangsa tapi bukan wahyu yang dijadikan sebagai acuan.

Allah berfirman:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى

Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku (Al-Quran), maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (Thaha: 124)

Nabi bersabda:

(( إنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الكِتَابِ أقْوَاماً وَيَضَعُ بِهِ آخرِينَ )) رواه مسلم

“Sesungguhnya Allah mengangkat derajat banyak kaum dengan Kitab (Al-Quran) ini, dan menjatuhkan kepada kehinaan banyak kaum yang lainnya dengannya (karena mereka berpaling darinya).” (Hr. Muslim)

Nabi bersabda:

(( خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ )) رواه البخاري

“Sebaik-baik kalian adalah yang mau belajar Al-Quran dan mengajarkannya.” (Hr. Bukhari)

Keempat, kebahagiaan adalah hasil perjuangan dan pengorbanan di jalan Allah. Meski dalam kobaran api yang sangat dahsyat, selama empat puluh hari empat puluh malam, tapi Nabi Ibrahim merasakan itulah kebahagiaan sejati, tak ada kebahagiaan sepanjang hidupnya yang melebihi kebahagiaan saat-saat berada dalam kobaran api. Itulah api perjuangan, itulah api pengorbanan, dan itulah kebahagiaan.

Maka, siapapun yang menginginkan kebahagiaan hendaknya sadar untuk terus berjuang dan mau berkorban di jalan yang benar. Takkan ada kebahagiaan tanpa perjuangan dan pengorbanan. Karena sejatinya kebahagiaan  bahkan terletak di dalam perjuangan dan pengorbanan itu.

Siapa yang memiliki uang banyak tapi tidak didapat melalui perjuangan dan pengorbanan yang benar, maka uang itu justru akan membuatnya menderita.

Siapa yang menduduki jabatan tinggi yang tidak diraih melalui perjuangan dan pengorbanan di jalan Allah, maka itu akan membuatnya jatuh hina.

Siapa yang membangun rumah tangga tidak melalui perjuangan dan pengorbanan, niscaya kandas dalam kesusahan.

Mendidik anak juga harus ada perjuangan dan pengorbanan. Membangun bangsa dan negara ini juga harus dilakukan oleh orang-orang yang bermental pejuang dan yang siap berkorban. Tak mungkin bangsa dan umat ini bisa bangkit meraih kejayaannya kecuali bila dipimpin oleh orang-orang yang baik, mau berjuang dan berkorban.

Pelajar dan mahasiswa takkan sukses tanpa perjuangan dan pengorbanan. Guru dan dosen takkan menghasilkan sumber daya manusia yang baik bila tak mau berjuang dan berkorban.

Siapa yang ingin masuk surga juga harus mau berjuang dan berkorban. Allah berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ (10) تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (11(

“Wahai orang-orang yang beriman, maukah kalian Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya.” (Ash-Shaf: 10-11)

Karena itulah kita memiliki Idul fitri, setelah kita mau berjuang dengan berpuasa dan zakat fitrah. Dan, kita memiliki Idul Adha, karena ada momentum perjuangan menunaikan ibadah haji dan penyembelihan hewan korban.

Allahu akbar 3x walillahilhamd.

Allah berfirman:

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (2) إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ (3)

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.” (Al-Kautsar: 1-3)

بارك الله لي ولكم في القران الكريم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم وتقبل الله مني ومنكم تلاوته إنه هوالسميع العليم وتب عليه إنه هو التواب الرحيم

الَّلهَمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ ءَامَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ، رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, kedua orang tua, guru-guru kami, dan saudara-saudara kami, kaum Muslimin semua, baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat. Ya Allah, hanya kepada-Mu kami mengabdi. Hanya kepada-Mu, kami shalat dan sujud. Hanya kepada-Mu, kami menuju dan tunduk. Kami mengharapkan rahmat dan kasih sayang-Mu. Kami takut azab-Mu, karena azab-Mu sangat pedih.

Ya Allah, jagalah kami dengan Islam dalam keadaan berdiri. Ya Allah, jagalah kami dengan Islam dalam keadaan duduk dan jagalah kami dengan Islam dalam keadaan tidur. Jagalah kami dengan Islam saat kami sehat maupun saat kami sakit. Jangan cabut nyawa kami kecuali kami dalam kondisi benar-benar beragama Islam.

Ya Allah, Engkau yang menyelamatkan nabi Nuh dari taufan badai dan banjir yang menenggelamkan dunia, Engkau yang menyelamatkan nabi Ibrahim dari kobaran api menyala, Engkau yang menyelamatkan Isa dari salib kaum durjana, Engkau yang menyelamatkan Yunus dari gelapnya perut ikan, Engkau yang menyelamatkan Nabi Muhammad dari makar kafir Quraisy, Yahudi pendusta, munafik pengkhianat, pasukan Ahzab angkara murka. Ya Allah, hancurkanlah orang-orang yang tak suka dengan Agama-Mu, yang menghina Kitab-Mu, Yang mempermainkan Syariat-Mu. Baik yang ada di negeri-negeri Arab, maupun yang ada di sini, di timur dan Barat.

Ya Allah persatukanlah kami kaum Muslimin, untuk mengamalkan dan menegakkan Agama-Mu. Dan, karuniakanlah kepada kamu keberkahan dari langit dan bumi.

 

Laa ilaaha illa anta subhanaka innaa kunnaa minadhdhaalimiin…3X

Ya Allah, yang mendengar rintihan hamba lemah dan banyak dosa. Ya Allah, lindungi kami, masyarakat kami, dan anak-anak kami dari berbuat dosa dan godaan Syetan.

Ya Allah, tolonglah saudara-saudara kami yang sedang dilanda kesedihan dan musibah, para janda, anak-anak yatim, kaum lemah, dan para fakir-miskin. Sembuhkan yang sakit. Tolong dan lindungi mereka yang ditimpa musibah. Anugerahkan kebahagiaan kepada mereka. Siramilah mereka dengan rezeki yang melimpah dari sisi- Mu yang penuh berkah. Kami lemah tak begitu berdaya membantu dan menyantuni mereka. Ampuni kami, ya Allah.

Ya Allah, kumpulkanlah hati-hati kami di atas dasar kecintaan kepada-Mu, pertemukanlah di jalan ketaatan kepada-Mu, satukanlah di jalan dakwah-Mu, dan ikatlah di atas janji setia demi membela syariat-Mu. Ya Allah, padukanlah jiwa-jiwa ini sebagai hamba-hamba-Mu yang beriman dan bertaqwa.

Ya Allah, lepaskanlah dan jauhkanlah dari kami penguasa-penguasa zhalim, fasik, dan kafir. Anugerahkan kepada kami pemimpin-pemimpin yang beriman dan bertakwa, jujur dan amanah, yang menjadikan Kitab-Mu sebagai landasan kepemimpinannya, menerapkan Syariat-Mu, dan membawa kami ke jalan yang benar, jalan yang Engkau ridhai.

Ya Allah, selamatkanlah kami, anak-anak kami, keluarga kami, daerah kami, negeri kami, dan umat kami dari badai krisis, fitnah, bencana, dan dosa yang membinasakan.

Ya Allah, janganlah Engkau goyangkan hati kami setelah Engkau beri petunjuk dan tetapkan hati kami di atas agama-Mu.

Ya Allah, jadikanlah hari terbaik kami sebagai hari pertemuan kami dengan-Mu, jadikanlah amal terbaik kami sebagai pamungkasnya, dan jadikan usia terbaik kami sebagai akhir ajal kami. Ya Allah, limpahkanlah rahmat, ampunan, dan hidayah-Mu kepada kami semuanya. Aamiin.. aamiin ya Rabbal ‘alamin..

رَبَّنَا اتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ،  سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزِّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ  وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

(dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 5.00 out of 5)
Loading...

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization