Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Mentalitas Muslim Juara

Mentalitas Muslim Juara

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Foto: inet)
Ilustrasi. (Foto: inet)

dakwatuna.com – Islam adalah agama yang menganjurkan umatnya memiliki mentalitas yang tinggi dalam menjalani kehidupannya. Pada awal dakwah Rasulullah saw diseru untuk menyampaikan risalah-Nya kepada umat manusia, lalu Allah berfirman:

“Wahai orang yang berkemul (berselimut)! Bangunlah, lalu berilah peringatan.” (QS. Al-Muddatsir 1-2)

Turunnya wahyu tersebut mengisyaratkan bahwa tidak ada lagi waktu untuk beristirahat, karena tugas berat berupa jihad demi menegakkan panji-panji agama ini telah menanti di hadapan beliau untuk segera dilaksanakan. Maka kesungguhan pun dimulai dengan memupuk mentalitas yang tinggi dalam pribadi kaum Muslimin generasi awal, yaitu para Sahabat. Merekalah para penerus Nabi – Sholallahu Alaihi Wassalam – yang tidak diragukan lagi memiliki keutamaan dan kemuliaan.

Pada masa khalifah Abu Bakar as-Shiddiq beliau memerintahkan salah satu sahabat Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan Al-Qur’an, lalu beliau berkata dalam sebuah hadits Bukhari “Demi Allah, jika dia menugaskanku memindahkan gunung, niscaya hal itu tidak lebih berat bagiku daripada perintahnya kepadaku untuk mengumpulkan Al-Quran.” Tapi dapat kita lihat, apakah Zaid bin Tsabit lalu menyerah untuk melaksanakan tugasnya? Apakah kemudian beliau mengeluh dan menyerahkan tugasnya kepada sahabat yang lain? Jawabannya tidak!

Lalu apa yang menjadikan sahabat Zaid bin Tsabit kemudian mampu mengumpulkan Al-Qur’an? Ya, karena beliau dan sahabat-sahabat Rasulullah saw dibentuk untuk menjadi muslim yang memiliki mentalitas yang tinggi, mentalitas para juara, mentalitas para pemimpin, sebab jika tidak memiliki cita-cita dan mentalitas yang tinggi maka mungkin kita tidak akan bisa membaca Al Qur’an dengan nyaman, jika Rasulullah dan para sahabat tidak memiliki cita-cita dan mentalitas yang tinggi, maka mungkin kita tidak akan bisa merasakan cahaya Islam seperti saat ini. Maka sebagai pemuda wajib bagi kita memiliki cita-cita dan mentalitas yang tinggi, mungkin efeknya tidak akan kita rasakan sekarang, tapi pemuda sekaranglah yang kelak akan menjadi pemimpin di masa akan datang. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Imigran Muslim, Akankah Mengubah Wajah Barat di Masa Depan?

Figure
Organization