dakwatuna.com – Jika saja saya hidup hanya untuk kepentingan saya sendiri, Maka saya takkan menulis apapun, tak berkata apapun, tak kritis sekalipun. Toh dengan apa yang saya dapatkan cukup untuk hidup dan menggapai apa yang saya inginkan.
Saya ribut tentang sesuatu hal karena ada kepentingan banyak orang, hak orang lain yang terambil, cinta kasih orang lain yang terenggut, maka saya bersuara!
Jika saya tak lagi memikirkan banyak orang, maka saya sudah asyik dengan kehidupan saya hari ini. Tetapi, dengan cara itu saya justru tidak bisa tenang. Saya baru bisa merasakan ketenangan ketika melihat semua orang yang saya lihat, hidup sesuai dengan harapan mereka.
Yang membuat kita merasa cukup dengan apa yang kita miliki hari ini dengan tidak peduli dengan apa yang terjadi pada orang banyak itu pertanda kita sudah terkena penyakit “Hubbuddunya”, cinta dunia yang sudah terlalu akut.
Bisa saja saya kena Hubbuddunya dengan bersikap:
Yang penting diri saya selamat, masa bodoh dengan orang lain, hidup hidup mereka, ngapain saya perjuangkan yang penting saya sudah sejahtera dan bahagia.
Tapi kawan, saya tidak bisa hidup seperti itu. Saya tidak bisa melihat kezhaliman, ketidakadilan, kepalsuan, kebohongan dan segala jenis perbuatan yang merugikan banyak orang lainnya, walaupun secara pribadi saya tidak dirugikan sama sekali oleh semua itu.
Saya tetap akan bersuara sampai saya tak lagi mampu melakukan apa-apa lagi…
Karena itu bagi saya adalah kemerdekaan!
Merdeka!
Redaktur: Ardne
Beri Nilai: