Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Wahai Pelipur…

Wahai Pelipur…

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Terik matahari sudah berlalu, seperti melambai tangan kan kembali.. Kini gemerlap yang menyapa, menguliti sang bumi..

Sudah kucari dalam angin yang menyongsong, sudah kuterka dalam air yang tak kunjung surut.. Seberapa rindukah jiwa ini berkabung dalam perjuangan suci.. Seberapa rindukah jari jemari ini bergandengan dalam jalan lurus “fii jannah”

Waktu, menjadi amat sakral tatkala angan menggerogoti hati yang rindu akan sebuah pertemuan…

Bagaimana bisa bulan bercahaya apabila mentari tidak membagi sinarnya, bagaimana bisa bintang melayang dengan kerlap kerlipnya.. Bagaimana bisa perhiasan angkasa menampakkan hamparan keindahannya tanpa Dzat yang menciptakannya.. Sungguh, kan kujadikan buih permadani rasa rindu ini, agar selalu terjaga dalam kesucian..

Sahabat, biarkan matamu memenuhi haknya dengan tertutup oleh katupnya. Sahabat, biarlah udara malam menyapu peluhmu yang tak hentinya mengalir dalam perjuanganmu.. Sahabat, biarlah ragamu mendamping secara berimbang dengan jiwamu, hingga kau hendak menjemput-Nya di sepertiga malam nanti…

Pilu, memang amat konkret terasa saat geliak tawa mulai tertutup oleh mendungnya jarak.. Namun, lihatlah pada setiap sisimu.. Sang pencatat amal tak kunjung lelap dan menoleh, setitik kebaikanmu tetap terjaga oleh-Nya… Insya Allah, walau raga tak bersama doa selalu terikat dalam batin..

Sahabat, engkaulah makna perjuangan bagiku… Sahabat, saat kau merasa tercabik cabik oleh duri perjuangan, lirihkanlah dalam hatimu “Hashbiron bijalallah”,

Sahabat! Aku yang “dhoif” serta jauh dari kesempurnaan, hanya Allah pemilik segalanya.. Maafkanlah jika gelak kejahiliyahan diri ini kerap terjadi membumbui perjuangan kita…

“Bertemu dalam ketaatan, bersatu dalam perjuangan, menegakkan syariat dalam kehidupan” sepenggal lirik lagu dari nasyid Izzatul Islam itu amat familiar di telinga, semoga pertemuan kita bukan pertemuan yang sia-sia, semoga perjuangan kita menuai hasil ridha-Nya..

Engkau bukan aku, aku bukan engkau, namun persaudaraan yang membuat keduanya menjadi “kita”! Persaudaraan yang bukan sekadar pertemuan singkat, namun persaudaraan dalam keharmonisan dengan tekad perjuangan hingga diperistirahatkan ke Jannah-Nya, insyaAllah.. Aamiin Yaa Robbal Alaamiin!

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Nurul Habibi E.G. seorang mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta, berada pada prodi Jurnalistik yang memiliki amanah besar sebagai ketua himpunan jurusan Teknik grafika dan penerbitan 14/15, hobi menggambar dan menulisnya sudah tergeluti sejak berada di sekolah dasar. Tanggal 18 januari 1995 adalah hari pertamanya melihat Bumi Allah.�

Lihat Juga

Berbakti Pada Bunda tak Mengenal Waktu

Figure
Organization