Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Kaulah yang Terpilih…

Kaulah yang Terpilih…

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Saudari-saudariku yang ku cintai karena Allah,
Tahukah kalian? Betapa aku sangat bersyukur telah Allah pertemukan aku dengan kalian. Saat-saat perjumpaan dengan kalian adalah saat-saat yang membahagiakan. Saat-saat bertukar cerita adalah saat-saat yang dinantikan. Karena di kala itu, aku seperti menemukan tempat persinggahan teduh dengan semilir angin yang sejuk setelah berjalan di tengah terik.

Di kala futur itu datang, ketika lemah itu menyerang, kalianlah salah satu obat terbaik bagiku…

Ukhti fillah shalihah,
Maha Suci Allah yang telah mengizinkan kita berbagi pelangi cerita. Ada kalanya ia adalah warna cerita yang membahagiakan. Namun tak jarang pula ia adalah warna cerita yang mengundang rintik.

Kalian tau, kala rintik-rintik itu menderas, bukan marah dan putus asa yang aku temukan di sana. Bukan pula penyesalan dan penyalahan yang aku dapatkan. Namun curahan ketegaran, keikhlasan dan tumpukan doa tulus yang tak terputus hingga kini… Hanya kalimat-kalimat indah yang aku dengar. Hanya rasa sakit sesaat yang aku lihat. Dan selebihnya adalah buliran-buliran mahabbah kalian pada-Nya. Yang pada akhirnya selalu membuatku tertunduk malu menatap diri.

“Ahh… Masih sangat jauh penghambaanku dibandingkan kalian…”

Saudari-saudariku, pelangi hatiku,
Meski tak seberapa apa yang ku tuliskan. Namun semoga ini dapat menjadi salah satu bukti kecintaanku karena Allah pada kalian… Menjadi setetes air di antara berteguk-teguk air yang mampu menghilangkan dahaga kalian. Dan menjadi sehelai benang di antara gulungan-gulungan tali yang mengikat hati-hati kita…

Tertulis rangkaian kalimat ini tersebab pelangi cerita kita yang begitu indah…

Shalihah,
Hidup bagi seorang mukmin adalah rangkaian ujian. Karenanya, selama kita hidup, kita hanya akan berpindah dari satu ujian kepada ujian lainnya. Sepakat bukan??

(Sepakaaattt…..)

Tapi terkadang kita lupa… Kala rasa yang menyedihkan itu datang, sekali, dua kali, tiga kali dalam waktu yang tidak jauh jaraknya. Saat itu kita anggap bahwa kali ini kitalah yang sedang Allah uji. Bukan dia, bukan pula mereka, bukan teman-teman kita yang di saat bersamaan tengah berseri dengan rasa bahagianya.

Shalihah,
Pernahkah terpikir, bahkan mungkin terucap dari lisan bahkan hati kita, bahwa mereka yang diuji Allah dengan sesuatu yang membahagiakan itu jauh lebih beruntung dibandingkan dengan mereka, termasuk mungkin kita yang tengah Allah uji dengan kesedihan? Jika pernah terpikir dan terucap kalimat itu, semoga kita dapat segera ber-istighfar karenanya…

Shalihahku sayang,
Tentunya kita tidak lupa, bahwa mustahil bagi Allah zhalim terhadap hamba-Nya. Pastinya kita juga tidak lupa, bahwa ujian itu bukan hanya segala sesuatu yang menyedihkan, yang menguras air mata, meletihkan raga dan jiwa. Tapi ia juga adalah segala kebahagiaan, tawa dan kelapangan yang menyenangkan. Jika hamba yang diuji dengan kesedihan diberikan penawar oleh Allah berupa kesabaran. Maka hamba yang diuji dengan kebahagiaan pun diberikan penyaring oleh Allah berupa rasa syukur. Adakah yang lebih ringan dari keduanya? Ataukah salah satunya lebih berat?

Jika iman kita benar, maka kita akan meyakini sepenuhnya bahwa tak ada yang lebih ringan ataupun lebih berat di antara keduanya. Karena Allah telah memberikan takaran yang seimbang. Dan setiap kita telah diberikan takaran yang sesuai dengan kesanggupan kita memikulnya.

Mari sedikit kita kenang saat kita berpuasa. Orang yang diberikan ujian dengan kesempitan ibarat orang yang berpuasa. Sedangkan orang yang diberikan ujian dengan kelapangan ibarat orang yang berbuka. Dan pada keduanya ada kesamaan, yaitu sama-sama ada nafsu yang harus ditahan dan dikendalikan.

Pada orang yang berpuasa, maka ia diminta untuk menahan nafsunya dengan bersabar, agar puasanya tidak sia-sia. Sedangkan pada orang yang berbuka, maka ia diminta untuk mengendalikan nafsunya dengan bersyukur, agar berbukanya tidak berlebihan hingga mubazir. Namun pada kenyataannya, banyak orang yang mampu menahan nafsunya ketika berpuasa, namun tidak mampu mengendalikannya ketika berbuka… Maka pantaslah jika Allah mengatakan bahwa sedikit sekali dari hamba-Nya yang bersyukur. Karena jika ujian kelapangan itu lebih ringan dibandingkan dengan ujian kesempitan, maka seharusnya tidak sedikit orang yang mampu bersyukur.

Untukmu shalihah,
Jika saat ini kesedihan dan kepedihan yang tengah membersamaimu. Anggaplah kau tengah berpuasa. Yakinlah, setiap detik waktumu berpuasa adalah detik-detik yang akan mengantarkanmu pada waktu berbuka. Bahwa saat ini Allah tengah menempamu untuk menjadi seorang penyabar, sekaligus tengah mempersiapkanmu untuk menjadi seorang ahli syukur.

Padamu shalihah,
Jika kau rasakan ujian kesempitan ini begitu lama dan berulang kali. Aku yakin, kau tak lupa dengan perumpamaan yang pernah ku sampaikan. Bahwa untuk menjadi sebuah keris yang indah dan bernilai, sebuah besi tak cukup hanya sekali dua kali ditempa. Ia harus ditempa dan dibakar berulang-ulang. Jika telah selesai di satu bagian, maka tempaan itu akan berpindah ke bagian yang lain. Sampai besi itu berubah bentuknya menjadi keris yang diharapkan si mpu, dengan ukiran yang juga amat hati-hati dibuatnya untuk memperindah keris tersebut.

Begitu pun kita shalihah,
Allah akan terus menempa kita di titik yang sama hingga titik itu menjadi kuat. Tak perlu kita takut bahwa tempaan itu tak kan mampu kita tahan dan membuat kita bengkok. Tak perlu kita khawatir bahwa kita akan hangus bahkan terbakar. Dan tak perlu kita resah bahwa ukirannya tak kan indah… Sebab yang menempanya adalah Yang Maha Pencipta, yang membakarnya adalah Yang Maha Lembut, dan yang mengukirnya adalah Yang Maha Indah…

Padamu, saudari-saudariku terkasih,
Banyak orang yang mampu berbuka, tapi begitu sedikit orang yang sanggup berpuasa… Jika sampai detik ini kesedihan dan kepedihan itu masih menyelimutimu. Percayalah, bukan karena Allah tak menilaimu layak untuk menjadi bagian yang banyak layaknya orang yang mampu berbuka. Tapi karena kaulah yang terpilih oleh-Nya untuk menjadi bagian yang sedikit layaknya orang yang sanggup berpuasa. Yakinlah, Ia tengah mempersiapkan hidangan yang istimewa bagimu melebihi apapun yang mampu dinikmati oleh mereka yang berbuka…

Wallahu a’lam bisshawab.

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (4 votes, average: 10.00 out of 5)
Loading...
Karyawati.

Lihat Juga

Semusim Cinta, Ajang Menambah Ilmu dan Silaturahim Akbar WNI Muslimah Se-Korea Selatan

Figure
Organization