Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Sejuta Pesona Pagaralam, Hanyutku dalam Tadabbur Surat Cinta-Nya

Sejuta Pesona Pagaralam, Hanyutku dalam Tadabbur Surat Cinta-Nya

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Gunung Dempo, Sumatra Selatan. (inet)
Gunung Dempo, Sumatra Selatan. (inet)

dakwatuna.com – Aku bersandar di bangku panjang. Dedaunan ikut bergoyang dielus angin yang berhembus. Sebuah harmoni yang terlukis dalam bait-bait alam yang tengah memainkan orkestra.

Kedamaian memandang ke segala arah. Rumput yang jadi alas. Awan yang berarak menaungi asa yang tercipta.  Terdiam aku disaksikan alam yang selalu memberi makna. Sejuknya angin gunung memberiku satu kenyamanan yang berbeda, “Ya Robb, lepaskan beban ini dari pundakku”….Asa ini mulai sirna, harapan itu terasa hampa, hanya helaan nafas yang hadir bersama helaian lembut sang angin yang mampir mengelilingi.

Hijau berbalut senja. Si rumput dan para kanopi-kanopi payung menjulur bersama bayangan jingga. Gemericik air sungai yang mengalir tak jauh dari tempatku duduk, menambah lengkap warna senja saat ini. Garis-garis senja juga terlukis melapisi putih awan. Aku berada di tengah alam yang selalu mengajarkan. Apa yang bisa dipetik darinya?

Aku tak lupa, Al-Quran kecil yang sedari tadi berada di dekapanku. Menunggu sang pemilik untuk mengelusnya, lantas mentadabburinya. Aku tak lupa. Dan senja menemaniku menemukan kembali sinar-sinar cahaya yang mulai pudar, terkikis oleh arus deras warna lain, warna pekat dari bagian rasa kecewa. Inilah lemahnya aku, gelombang itu periodik mengubah setiap episodenya. Seharusnya aku paham pesan ini,” Sungguh ajaib perkara orang mukmin, jika ia mendapat kesusahan ia bersabar dan jika mendapat kebahagiaan ia bersyukur.” Derajat yang belum tersemat pada diriku.

Aku berdiri, gunung dempo yang sedari tadi membisu tetap pada pendiriannya. Kokoh tak terpengaruh oleh apapun. Yang lain juga begitu. Menikmati suasana senja ini.

Ku pegang erat Al Qur’an hijau nan mungil itu, aku alih posisi. Duduk beralaskan sajadah rumput. Menikmati tiap bait surat cintaNya. Ada kedamaian di dalamnya. Dan aku semakin larut dalam khusyu’nya menikmati bait-bait suci ini. Alam ikut mendengar. Dan suara itu ikut bergema bersama getaran yang dihantarkan udara, setidaknya oleh para pemain orkestra di sekelilingku. Suara ku bergetar…mengguncang plak-plak beban yang menghalangi jalanku. Dan perlahan ia ruptur bersama rintikan air mata….Setitik…dan semakin dalam

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang
(Allah Yang Maha Pengasih)
Yang telah mengajarkan Al Qur’an
Dia menciptakan manusia
Mengajarnya pandai berbicara
Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan
Dan tetumbuhan dan pepohonan keduanya tunduk (kepadaNya)
Dan langit telah ditinggikanNya dan Dia ciptakan keseimbangan
Agar kamu jangan merusak keseimbangan itu
Dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi keseimbangan itu
Dan bumi telah dibentangkanNya untuk makhlukNya
Di dalamnya ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang
Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Aku terisak… semakin dalam, tak kuasa aku membendungnya…. “Fabiayyi alairobbikumaa tukaddzibaan” 31x kalimat itu diulang, membuat dadaku semakin sesak….. Bersamaan dengan itu perlahan masalah itu mengerdil… sungguh kecil. Ini hanya masalah syukur dan sabar. Tapi begitu hebatnya ia merantai qolbu… hingga ia tak lagi jernih…..

Sungguh kekecewaan, kemarahan, kesedihan akan hilang jika jiwa terisi oleh syukur. Mereka tak sebanding dengan nikmat yang Allah berikan. “Na’udzubillah, jauhkanlah hamba dari kufur nikmat ya Robb….”

Aku bangkit melawan sisa plak yang masih menempel. Satu kali pukulan maka ia akan benar-benar hancur tak bersisa…Bismillah… hati yang bersih dan damai ketika mengingatMu ya Robb bersama para pembelajar. Alam yang selalu mengajarkan. Hijau kalian ikut bersemai dalam qolbu ini… tetaplah mengajarkan bahwa hidup adalah kesahajaan dengan bersabar dan bersyukur……

Cukup untuk senja ini,
gunung Dempo, tetaplah kokoh dengan pendirianmu
Kebun-kebun teh, indahnya pagar yang kalian cipta,
Wahai angin, hembuskan kesejukan dalam tiap asa yang sirna
Senja, hiasi alam dengan indah siluetmu
Rumput dan pohon yang menjulang tinggi, bersinergis menjadi sajadah dan payung bagi jiwa-jiwa gelisah
Air, sirami ladang-ladang yang gersang
Sinergi alam yang mampu mengajarkan, karena kita pembelajar sepanjang hayat…

Bumi Allah, ketika langkah tersandung oleh duri kekecewaan…

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (4 votes, average: 8.25 out of 5)
Loading...

Tentang

Mahasiswi FK Unsri, aktif di LDF BPPM Ibnu Sina, menyukai menulis dan tentu sebagai kebutuhannya adalah membaca

Lihat Juga

Semusim Cinta, Ajang Menambah Ilmu dan Silaturahim Akbar WNI Muslimah Se-Korea Selatan

Figure
Organization