Seperti biasa, aku berdiri di depan seonggok pekerjaan yang kupikul. Kadang berlari, kadang berjalan, kadang istirahat, kadang tertawa, tapi lebih sering menangis. Kau tau, tangisan laki-laki bisa juga diekspresikan dengan senyuman getir. Ya seperti itulah yang sering kulakukan, tersenyum getir. Bukan cengeng. Kerinduan dan perasaan mengecewakan.
Baca selengkapnya »Ketika Hidayah Menyapa
Matahari pukul dua siang masih terasa menyengat. Tenggorokannya makin kering merindukan seteguk air. Dia mempercepat langkahnya. Setengah berlari, disusurinya jalan kecil menuju rumahnya. Ia terengah-engah, karena jalan menuju rumahnya mulai menanjak. Sang perut juga sudah keroncongan sejak di sekolah tadi.
Baca selengkapnya »Ujian Itu Sesuatu Banget…
Para pemuda, mulai dari SMA hingga yang kuliah. Wah… udah tiba masa ujian nih. Ada yang sudah selesai, lega rasanya :). Namun ada yang belum, mesti mempersiapkan dengan matang agar mendapatkan hasil yang maksimal. Sesungguhnya walaupun masa-masa ujian itu adalah masa-masa yang menakutkan, saat-saat yang menegangkan, dan ingin rasa lari daripadanya.
Baca selengkapnya »Siswa Merokok Berdiri, Masyarakat Merokok Berlari
“Enjoy aja, Gak ada lo gak rame, tunjukkan merah mu” telah melanda anak muda Indonesia. Mulai dari siswa SMP hingga SMA telah menjadi pribadi-pribadi yang masa bodoh dengan lingkungan mereka, senantiasa berkelompok untuk memperlihatkan keberanian mereka. “Inilah kami, inilah jawaban kita, ini jawaban pemuda Indonesia” (dengan gaya seperti Bung Tomo).
Baca selengkapnya »Ratapan Anak-Anak Sunni Suriah Setiap Waktu
Rabbi…, Kami sudah tidak memikirkan lagi, Bagaimana merasakan kasih sayang, belaian, Ummi dan Abi, Bagaimana mendapatkan makanan sehat, segar dan bergizi, Bagaimana bermain bersama teman-teman dengan riang, gembira dan berlari-lari, Kami hanya memikirkan menyelamatkan diri bersama famili.
Baca selengkapnya »Sang Pemusar Gelombang
“Tepat sekali kehadiran novel ini di tengah manusia negeri ini yang sedang galau. Lewat novel ini, Irfan mengajak kita untuk bekerja menghadapi realitas, bukan mengeluh dan melarikan diri darinya.” (H. M. Anis Matta, Lc.)
Baca selengkapnya »Halau Prasangka, dan Berlarilah Ke Pintu Surga
Derasnya prasangka, membuat emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan atas dasar duga-duga (syak wasangka). Sekali prasangka itu sudah mencekam, maka otak seperti tidak mendapatkan kesempatan untuk mengambil keputusan secara jernih, objektif, dan segala apa yang dilihatnya selalu akan dinilai negatif.
Baca selengkapnya »