dakwatuna.com
Rabbi…
Kami sudah tidak memikirkan lagi
Bagaimana merasakan kasih sayang, belaian, Ummi dan Abi
Bagaimana mendapatkan makanan sehat, segar dan bergizi
Bagaimana bermain bersama teman-teman dengan riang, gembira dan berlari-lari
Kami hanya memikirkan menyelamatkan diri bersama famili
Rabbi…di Pagi Hari…
Kami tidak menikmati merdunya kicauan burung dan indahnya mentari pagi
Hanya berlari ke sana dan kemari melindungi diri
Sambil berharap pertolongan Ilahi datang menghampiri
Kami menoleh ke kanan dan ke kiri,
Berharap ada secuil keju, setetes madu, setetes susu, sebutir kurma dan sepotong roti
Tapi tidak kami temui lagi
Kami hanya mendapati rumah kami rata seperti bumi
Rabbi…di Siang Hari…
Kami masih dalam tempat persembunyian bertebar di sana-sini
Terik matahari mulai menyengat seluruh tubuh kami
Rasa haus sangat di tenggorokan mulai menghinggapi
Dalam perut pun mulai berbunyi-bunyi
Tapi kami enggan beranjak pergi mencari sesuap nasi
Kami bukan anak-anak sunni yang di telantarkan oleh Abi dan Ummi
Tapi para Abi dan Ummi kami, diburu dan ditembak oleh tentara Basyar syaithoni
Kami pun menangis di balik tembok persembunyian menyaksikan mereka mati
Rabbi…di Malam Hari…
Betapa indah bintang di langit setiap malam-malam-Mu ini
Tapi tidak bisa mengusir ketakutan dan kegelisahan yang sedang menyelimuti
Betapa ingin memejamkan mata dan merasakan indahnya mimpi
Tapi pikiran berkelebat pada sembelihan dan potongan tubuh teman-teman kami
Sepanjang malam bersiap siaga pada serangan udara dan kilauan pisau belati
Tidak ada lagi tawa dan canda di antara kami anak-anak sunni
Ya Rabbi…ya Tuhan kami
Apakah nasib kami harus sama dengan teman sebaya Nourddeen Al Qutaibari namanya, di belah kepalanya dengan kapak lalu, mengucurlah darahnya membanjiri bumi…?
Jika benar begitu, kami pasrah kepada-Mu yang maha melindungi
Karna ini adalah bagian Sunnah Nabi
Ingin rasanya, jika harus terjadi kematian di tangan para tentara Bashar Syaithoni
Bolehlah tawar menawar, jangan menyembelih teman-teman kami di depan mata kami
Karna kami bukan hewan qurban seperti sapi.
—
Puisi ini di ambil dan di buat dari peristiwa nyata yang terjadi di Suriah karena kezhaliman Bashar Asad, melalui berita di http://www.facebook.com/syria.care, http://www.facebook.com/onsursyria, http://www.facebook.com/Syrian.Revolution,
twitter.com/RevolutionSyria ) jangan lupa di like yaa.
Redaktur: Lurita Putri Permatasari
Beri Nilai: