Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Menjiwai Sang Ummul Quran

Menjiwai Sang Ummul Quran

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

al-fatihahdakwatuna.com – Umat Islam mana yang tak kenal apa itu Surah Al-Fatihah. Surah yang terdiri dari tujuh ayat ini seringkali kita baca ketika sholat dan minimal ada tujuh belas kali kita melantunkannya sehari semalam. Selalu diulang-ulang dengan jumlah huruf dan komposisi yang sama dari empat belas abad silam. Pastinya bukan tanpa maksud mengapa surah ini harus diberlakukan semacam itu.

Sebagai pembanding saja, hal ini sama dengan Pancasila yang selalu dikumandangkan ketika hari Senin sewaktu dulu kita melaksanakan upacaras ekolah atau ketika apel pagi berlangsung di beberapa instansi. Tujuannya ialah tak lain dan tak bukan agar isi dan makna dari Pancasila itu menyatu dan terngiang dalam pikiran dan terwujudkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Sama halnya dengan Surah Al-Fatihah. Pengulangan itu bermaksud agar kita kaum muslim bias menyatu dan memaknai isi Surah Al-Fatihah ini. Jika Pancasila hanya seminggu sekali, maka Surah Al-Quran yang diulang minimal tujuhbelas kali ini seharusnya lebih memiliki efek menyatukan jiwa dan pikran bagi pelantunnya. Namun jika melihat kenyataan di masyarakat saat ini, ternyata didapat sebagian kaum Muslim hanya hafal dan melantunkannya tidak lebih dari sekadar rutinitas belaka. Sekadar sesuatu yang diulang-ulang saja tanpa ada penghayatan yang maksimal.

Agar aktivitas yang kita lakukan itu tak hanya sekadar berkuantitas namun juga berkualitas, maka seyogyanya kita sebagai umat Islam yang baik mengetahui dan memaknai Surah Al-Fatihah dengan segala keutamaannya.

Karena letaknya yang diawal Quran, surah ini memiliki nama “Ummul Quran” atau “Induk Al-Quran”. Ada sekitar dua puluh lebih nama lain Al-Fatihah yang di setiap namanya memiliki dampak besar bagi pembacanya jika paham akan makna dari setia pnama-nama itu.

Merujuk pada buku Tafsir Al-Mishbah karangan M. Quraish Shihab, penamaan Al-Fatihah sendiri karena posisi surah ini berada di awal Al-Quran. Dan memang biasanya pembuka terletak di bagian awal. Dan juga dikatakan bahwa Al-Fatihah adalah pembuka yang sangat agung bagi segala macam kebajikan.

Berangkat dari penjelasan tersebut, kedudukan Al-Fatihah sangatlah penting dan mendasar. Ia menjadi pembuka, awalan yang akan menentukan segala hal ke depannya. Dan dijelaskan pula bahwa Al-Fatihah adalah pembuka yang agung bagi segala macam kebajikan. Sudah sepantasnya Al-Fatihah menjadi awalan kita bertindak sehari-hari. Menjadi penguat dan motivasi untuk mendapat keberkahan dari setiap apa yang kita lakukan.

Merujuk ke buku yang sama, nama Ummul Kitab atau Ummul Quran bersumber dari Nabi sholallohu ‘alaihiwassallam, bahwasannya “Barang siapa yang shalat tanpa membaca Ummul Quran maka shalatnya khidaj (kurang atau tidak sah)”. Jika melihat dari sabda rosul ini maka tersirat bahwa Al-Fatihah adalah elemen yang sangat penting dalam shalat yang keberadaannya tak boleh tiada. Ia menjadi rukun shalat yang menentukan sah tidaknya sholat kita.

Secara bahasa, kata Umm berarti induk. Kata induk digunakan karena Al-Fatihah terletak di awal Al-Quran yang menjadi induk bagi ayat-ayat selanjutnya. Bagaikan seorang ibu yang keberadaannya mendahului keberadaan anak-anaknya. Selain itu, nama Ummul Quran juga memiliki artian bahwa kandungan Al-Fatihah mencakup tema-tema pokok seluruh ayat dalam Al-Quran.

Beliau Syekh Muhammad Abduh berpendapat sama mengenai hal ini. Alquran turun untuk menjelaskan lima hal, yakni tauhid, janji dan ancaman, ibadah yang menghidupkan tauhid, penjelasan tentang kebahagiaan di dunia dan akhirat serta jalan untuk mencapainya, serta kisah-kisah generasi terdahulu. Kelima hal pokok ini tercermin dalam surah Al-Fatihah. Ayat dua dan lima ; menjelaskan masalah tauhid. Pada ayat satu, tiga, dan tujuh menjelaskan janji dan ancaman. Ibadah pada ayat lima dan tujuh, sedangkan sejarah terdapat pada ayat terakhir.

Abu al-Harrali seorang sufi dan ulama, pakar bahasa, teologi, dan logika, dalam bukunya Miftah al-Bab al-Muqaffal Li Fahm al-Quran al-Munazzal menyatakan bahwa “Al-Fatihah adalah induk Alquran, karena ayat-ayat Alquran seluruhnya terinci melalui kesimpulan yang ditemukan pada ayat-ayat Al-Fatihah.

Al-Fatihah merupakan surah yang begitu mulia. Kemuliaan yang Allah perintahkan kepada kita untuk mengulang-ulangnya dalam shslat. Ayat-ayat surah ini mengandung pujian dan peninggian Allah, dengan menyebutkan nama-nama baik yang Allah miliki yang paling dominan yaitu ar-Rahman dan ar-Rahim. Surah ini juga menjadi pembuka dan awalan bagi surat-surat lain yang ada dalam Alquran. Paham dan mengerti akan kandungan surah ini menjadi kewajiban bagi setiap umat Islam. Sebagai pengingat bagi kita semua akan kekuasaan dan keesaan Allah subhanallahuwata’ala, yang menguasai hari akhir dan hanya kepada-Nyalah kita memohon dan meminta pertolongan.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
- Ketua Sentra Kerohanian Islam Jurusan Teknik Mesin dan Industri UGM - Peserta Program Pembinaan Sumber Daya Manusia Strategis (PPSDMS) Nurul Fikri 2014-2016

Lihat Juga

Sambut Ramadhan dengan Belajar Quran Bersama BisaQuran

Figure
Organization