Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Belajar Membangun Karakter dari Pahlawan Jenderal Soedirman

Belajar Membangun Karakter dari Pahlawan Jenderal Soedirman

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Jenderal Soedirman (indonesianembassy.org.uk)

dakwatuna.com – Kerasnya penjajahan di zaman belanda menjadikan Indonesia berdarah-darah dan kehilangan para pejuang kemerdekaan, banyak nenek moyang kita mati diterpa peluru panas, keringat bercucuran di tengah terik matahari karena menahan beban berat yang dipikul, sedangkan mereka yang ditangkap di pecut, di pukul bertubi-tubi bahkan ditembaki sampai mati. Sebuah potret kejahatan yang dilakukan pada masyarakat Indonesia oleh penjajah yang kejam tidak mengenal prikemanusiaan dan keadilan, hal ini menjadi catatan sejarah kesedihan yang diderita bangsa Indonesia.

Perjuangan para pahlawan dalam memerdekakan tanah air Indonesia dan rakyat dari penjajahan dilakukan dengan menyerahkan segala yang dimilikinya, harta, jiwa bahkan nyawa sebagai taruhannya, mereka para pahlawan kita, di setiap detik nadi dan denyut jantungnya selalu berkobar semangat untuk melawan penjajah, selalu memikirkan bagaimana agar supaya bangsa Indonesia terbebas dari belenggu penjajahan.

Sudirman nama yang sangat fenomenal, anak muda yang gagah perkasa dan pemberani, pemuda yang tidak takut mati. Masa mudanya menemukan momentum yang sangat sulit dalam kehidupannya, namun kondisi saat masyarakat Indonesia dan tanah air terjajah, di sana Soedirman bangkit dengan cita-cita dan harapan mulia untuk melakukan perlawanan terhadap penjajah. Saat itu Soedirman muda yang berumur sekitar 29 tahun, di saat Indonesia menangis dan masyarakatnya terjajah, dengan serangan dan jajahan para penjajah yang sangat menyakitkan dan ganas bahkan mematikan, Soedirman dengan keyakinannya dan kedekatannya yang menciptakannya, ia terpanggil untuk melawan dan tidak diam begitu saja, Soedirman berdiri tegak melakukan perlawanan terhadap penjajah bersama sahabat-sahabatnya.

Seperti yang kita kenal, Jenderal Besar TNI Anumerta Soedirman adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang berjuang pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Jenderal Soedirman merupakan salah satu tokoh besar di antara sedikit orang lainnya yang pernah dilahirkan oleh suatu revolusi. Dalam sejarah perjuangan Republik Indonesia, ia dicatat sebagai Panglima dan Jenderal RI yang pertama dan termuda. Saat usia Sudirman 31 tahun ia telah menjadi seorang jenderal.

Karakter yang dimiliki Soedirman menjadikan dia mampu menumpas dan memukul mundur serta mengalahkan penjajah bangsa Indonesia, dia dikenal oleh orang-orang di sekitarnya dengan pribadinya yang memiliki keyakinan yang dalam, ibadahnya rajin, teguh pada prinsip, memiliki keilmuan dalam mengatur strategi peperangan dalam melawan penjajahan, dan tidak takut mati dalam berjuang, dalam sejarah juga kita mengenal Soedirman lebih mengedepankan kepentingan masyarakat dan bangsanya dari pada kepentingan pribadinya, Soedirman adalah orang yang selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara.

Karakter Berkorban menjadi potret besar Soedirman, terlihat pada sebuah kejadian, pada saat itu Jenderal Sudirman masih sakit, yang sebelumnya telah menjalani operasi mengakibatkan sebuah paru-parunya tidak berfungsi lagi. Panglima Besar berangkat ke Istana untuk menerima instruksi dari Presiden. Presiden menasihati agar Soedirman kembali ke rumah karena masih sakit, ketika Presiden mengajak untuk tinggal di dalam Kota, Soedirman menjawab dengan kata “saya tidak mau tetap dalam kota. Buat saya yang penting adalah anak-anak buah saya, tempat saya yang terbaik adalah di tengah-tengah anak buah. Saya akan meneruskan gerilya dengan sekuat tenaga seluruh prajurit”. Sungguh luar biasa, sebuah bentuk kesatuan keyakinan bahwa, dengan persatuan dan kesatuan yang utuh antar anggota akan mampu menghadirkan kekuatan yang besar walau di badan terdapat luka yang berat.

Karena prestasi Soedirman, hari ini kita mampu menikmati indahnya sebuah ketenangan dan kedamaian, berbagai prestasi yang dapat kita rasakan hari ini oleh seluruh lapisan masyarakat, di mana pemuda Soedirman memiliki segudang prestasi, prestasi pertamanya sebagai tentara setelah keberhasilannya merebut senjata pasukan jepang dalam pertempuran di Banyumas, Jawa Tengah. Di samping itu pula dalam perjalanan hidup Soedirman, ia pernah terpilih menjadi Panglima Besar Panglima Angkatan Perang RI melalui Konferensi TKR tanggal 12 November 1945.

Potret ketangguhan Soedirman terlihat pada saat ia menderita penyakit yang begitu berbahaya bagi dirinya, tapi walaupun demikian, beliau tetap terjun langsung dalam beberapa kampanye perang gerilya melawan pasukan NICA Belanda, di samping itu juga, dalam perjalanan perang yang di jalani oleh Soedirman, salah satu perang yang sangat dahsyat yaitu perang palagan Ambarawa, Perang besar pertama yang dipimpin Soedirman melawan pasukan Inggris dan NICA Belanda berlangsung dari bulan November sampai Desember 1945. Perang ini di pimpin Soedirman, di mana pada tanggal 12 Desember 1945, Soedirman melancarkan serangan serentak terhadap semua kedudukan musuh sampai musuh terkalahkan oleh Soedirman.

Begitulah karakter seorang pahlawan Indonesia yang kini jarang ditemukan lagi dari pemuda-pemuda Indonesia, pemuda Indonesia hari ini banyak tertipu oleh kemewahan, kesenangan sementara, pergaulan bebas sampai perbuatan tidak bermoral, jauh sungguh sangat jauh dari karakter pemuda Soedirman yang dibanggakan.

Potret pemuda dan pemerintah menjadikan para pahlawan menangis, pemuda dan pemerintah terkesan berpura2 dalam mengenang perjuangan para pahlawan Indonesia, di mana seharusnya kita harus belajar membangun dan memiliki karakter-karakter mulia para pahlawan Indonesia, tidak sekadar kata-kata.

Di momentum hari pahlawan ini, mari kita miliki keyakinan yang benar terhadap tanggung jawabnya pribadi, keluarga, masyarakat dan bangsa, karena kitalah yang akan melanjutkan estafet perjuangan bangsa dari perang dan penjajahan yang lebih bahaya dari bahaya peperangan yang dilakukan oleh Soedirman dan para pahlawan yang lainnya, perang terhadap keyakinan yang salah, perang terhadap kebodohan, perang terhadap kerusakan moral, perang terhadap ketergantungan pada orang lain, memerangi kemiskinan mental, memerangi kemiskinan karakter, yang  telah hilang dari kehidupan kita.

Belajar memiliki karakter pemuda Soedirman yang memiliki keyakinan yang kuat, keilmuan yang universal, ketangguhan fisik dan jiwa dalam melanjutkan nilai-nilai luhur para pahlawan dan karakter mulia para pahlawan Indonesia.

Salam Pendidikan, Selamat Hari pahlawan.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (5 votes, average: 8.20 out of 5)
Loading...
Sekretaris Umum Forum Lingkar Pena Wilayah Yogyakarta. Mahasiswi Prodi Teknik Arsitektur UGM angkatan 2009.

Lihat Juga

ICMI Rusia Gelar Workshop Penulisan Bersama Asma Nadia

Figure
Organization