Topic
Home / Pemuda / Cerpen / Shalat Membawaku Pada Ketenangan

Shalat Membawaku Pada Ketenangan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Aku ingin menulis, tapi entah apa yang akan aku tulis, kertas demi kertas sudah penuh dengan coretan. Rasanya ingin aku ungkapkan semua yang ada dalam pikiran ini ke dalam kertas putih. Tapi aku bingung harus memulainya dari mana? Apa yang harus aku tulis, apa yang harus aku ceritakan.

Kebosanan yang ku alami, memang menjenuhkan otak ini, tidak dapat ke mana-mana. Cuma berkutik di dalam rumah saja. Jenuh memang, namun itulah yang aku alami saat ini.

Suara azan mulai memanggil, Ya Allah, apakah aku harus bosan melaksanakan perintah-Mu ini, untuk menyembah-Mu saja, aghh malas rasanya. Namun aku selalu ingat kata-kata tengku yang mengajari aku mengaji waktu aku masih kecil. ‘Shalat itu tidak boleh ditunda-tunda, semakin di tunda akan semakin malas kita untuk mengerjakannya” kata-kata itu selalu teringat, namun masih saja tergolek ditempat tidur…

Kamar sudah seperti kapal pecah, tidak pernah terurus sama sekali. Ah biarkan saja pikirku, entarkan akan di bereskan Ummi.

Suara handphone berbunyi. ‘Tininitniit, begitulah suara handphone yang bergetar sambil mengeluarkan bunyinya. Segera ku ambil dari saku celana, dan ku baca di layar handphone sebuah pesan masuk dari orang yang aku kenal. Nama Furqan tertera di layar handphone.

Segera ku buka dan kubaca isinya. ”Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran. (QS. Quraisy: 1-3).

Azan sudah memanggilmu, apa lagi yang kau tunggu, segera basuhkan anggota badanmu untuk menghadapnya, apa lagi yang kau tunggu. Shalatlah tepat waktu, janganlah engkau menunda-nundanya. Sebab itu akan membuatmu malas dan bosan. Selamat menunaikan ibadah shalat Ashar :D

Tetap semangat dalam melaksanakan ibadah teman :D”.

Ah itu lagi, bosan juga lama-lama membacanya. Tapi bukankah dia teman yang baik, yang selalu mengingatkan temannya untuk melaksanakan shalat? Pikirku dalam hati.

Handphoneku bergetar dan berbunyi kembali. ‘‘Tininitniit. Segera ku buka isi pesan tersebut. ‘‘Shalatlah kamu di belakang imam, sebelum kamu di shalatkan di depan imam. Selamat menunaikan ibadah shalat Ashar”

Sebuah pesan dari Indah, kembali mengingatkan ku untuk menunaikan shalat.

Ah raguku masih saja malas untuk ku gerakkan. Namun batin ini seperti ada sesuatu yang hilang.

”Indra, indra” suara Ummi, memanggil-manggil namaku.

Namun aku diam saja di dalam kamar. Ketika Ummi masuk ke kamar betapa terkejutnya Ummi melihat isi kamar yang berantakan seperti kapal pecah ini.

”Astagfirullahhal’azim Indra”

‘‘Kenapa Mi” tanyaku heran.

Dengan emosi yang meluap-luap, Ummi memulai ceramahnya. Dan aku hanya bisa diam saja.

Kertas dan buku yang penuh dengan coretan beserakan di mana-mana. Baju seragam sekolah diletakkan di atas kasur.

‘Kamu ini Dra, tidak kasian apa sama umi, sehingga kamarmu ini seperti kapal pecah saja’

Tanpa sengaja Ummi melihat bungkus rokok yang terletak di samping lemari. Segera saja Ummi mengambil dan menunjukkan pada Indra.

‘Ini apa??’ tanya Ummi

Aku hanya diam saja, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Aku kembali di tampar dengan pertanyaan Ummi lagi.

‘Sejak kapan kamu mulai ngerokok??’ tangan Ummi sambil menjewer telingaku

‘Ampun Mi, indra janji gak akan ngerokok lagi’

‘Segera bereskan kamar mu, satu jam lagi harus rapi semua’

‘Baik Mi’

‘Oh ia satu lagi, udah shalat kamu??” pertanyaan Ummi seperti menamparku lagi

‘Belum Mi’

‘Hah, belum shalat, ini sudah jam 5, shalat dulu sana, baru bereskan ini’

‘Baik mi’ aku menuruti perintah Ummi.

‘Ummi, jangan bilang sama Abi ya”

Ummi hanya diam saja, sambil keluar dari kamar ku

Segera aku keluar kamar, menuju kamar mandi, untuk mengambil Wudhu, ternyata setelah berwudhu, pikiranku kembali tenang, rasa bete hilang. Setelah siap berwudhu, segera aku kembali ke kamar, segera ku bersihkan sedikit ruang kamar, tempat aku shalat Ashar. Dan ku ambilkan sajadah yang terletak di dalam lemari pakaian, dan ku lentangkan di tempat yang sudah dibersihkan.

Ku ambilkan posisi yang pas, sambil mengucapkan ”Allahu akbar”

Ternyata setelah selesaikan shalat pikiranku kembali tenang. Dan segera aku melipat kembali sajadah dan meletakkannya di tempat semula. Lalu ku melirik ke sekitar kamar ku, ternyata benar-benar berantakan. ‘Hufff’

Tanpa berfikir panjang lagi, segera ku bereskan isi kamar yang kata Ummi tadi seperti barang pecah. Ternyata capek juga membersihkan kamar yang begitu berantakan. Kasian Ummi, selalu membersihkan kamar ku seperti ini. Aku berjanji pada diriku sendiri, tidak akan membiarkan Ummi kecapean, membersihkan kamarku ini. Toh aku sudah gede, masa masih menyusahkan Ummi. Pikirku

Tapi, gimana ya?? Apakah Ummi akan mengadu sama Abi??? Semoga saja Ummi, masih sayang sama Indra, Ya Allah jangan biarkan Ummi mengadu sama Abi. Aku takut Abi marah ya Allah.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (5 votes, average: 9.40 out of 5)
Loading...

Tentang

Rahmat Amien lahir di Aceh Barat Daya (ABDya), pada tanggal 5 Agustus 1991 dari pasangan Muhammad Amin Hasan dan Nuraini Hasan. Yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Komunikasi. Anak ke 4 dari 6 bersaudara.

Lihat Juga

Ibu, Cintamu Tak Lekang Waktu

Figure
Organization