Topic
Home / Arsip Kata Kunci: ikhlas (halaman 7)

Arsip Kata Kunci: ikhlas

Ikhlas Dalam Niat, Hukum dan Keutamaannya (Bagian ke-4, Selesai)

Orang yang berniat melakukan kebaikan, ia diberi pahala satu kebaikan karena tekad melakukan kebaikan adalah awal kebaikan, dan awal kebaikan adalah kebaikan. Orang yang berniat melakukan keburukan, lalu menjauhi keburukan tersebut karena takut kepada Allah, ia diberi pahala satu kebaikan karena niat buruk yang urung dilakukan adalah suatu kebaikan.

Baca selengkapnya »

Ikhlas Dalam Niat, Hukum dan Keutamaannya (Bagian ke-3)

Abu Hurairah RA, Abdurrahman bin Sakhr berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya, Allah tidak melihat tubuh dan rupamu. Akan tetapi, Dia melihat hatimu.” (Muslim). Pahala suatu amal sesuai dengan niat dan keikhlasan orang yang melakukannya. Seorang muslim harus memperhatikan kondisi hatinya, dan membersihkannya dari sifat-sifat yang dibenci Allah SWT. Perbaikan hati harus lebih diutamakan daripada perbaikan amal atau perbuatan.

Baca selengkapnya »

Ujian Di Atas Ujian

Sudah jatuh tertimpa tangga. Di saat istrinya harus dirawat di rumah sakit, Pak Yanto (bukan nama sebenarnya) justru mendapat Surat Peringatan dari atasannya. Cerita bermula ketika istri Pak Yanto kembali merasakan sakit pada perutnya, beberapa hari setelah dokter menyatakan kandungannya sudah bersih dan tak perlu dilakukan tindakan medis apapun, termasuk kuret.

Baca selengkapnya »

Ikhlas Dalam Niat, Hukum dan Keutamaannya (Bagian ke-1)

Para ulama sepakat bahwa niat adalah syarat mutlak agar suatu amal diganjar atau dibalas dengan pahala. Namun, apakah niat merupakan syarat sahnya suatu amal atau perbuatan, mereka berbeda pendapat. Ulama Syafi’iyah menyebutkan, “Niat adalah syarat sahnya suatu amal atau perbuatan yang bersifat ‘pengantar’ seperti wudhu, dan yang bersifat ‘tujuan’ seperti shalat.” Ulama Hanafiyah menyebutkan, “Niat hanya syarat sahnya amal atau perbuatan yang bersifat ‘tujuan’, dan bukan ‘pengantar’.”

Baca selengkapnya »

BETI (Beda Tipis) Keikhlasan

Menurut saya, di antara salah paham terhadap mafhum furqan adalah keharusan adanya perbedaan secara strik dan gamblang antara ikhlas dan tidak ikhlas. Sebagai contoh kasus, saat seseorang mengajar di sebuah sekolah dengan sungguh-sungguh, dengan maksud untuk mendapatkan gaji, maka dengan mudah saja seorang itu diberi label atau cap tidak ikhlas. Salah satu alasannya, adalah mesti ada furqan; antara mengajar dengan niat lillahi ta’ala dengan mengajar dengan niat mendapatkan gaji.

Baca selengkapnya »
Figure
Organization