Asia

Pihak otoritas Nepal sendiri, Sabtu (25/4) telah resmi menyatakan negaranya dalam keadaan darurat bencana dan mengundang organisasi kemanusiaan dunia turun memberikan bantuan kemanusiannya.

PKPU sendiri akan terus berkoordinasi dan menjalin komunikasi dengan Pemerintah Republik Indonesia dan stakeholder lainnya untuk proses pemberian bantuan.

Jubir Kementerian Pertahanan Nasional Arab Saudi, Muhammad Al-‘Umry, mengungkapkan bahwa pasukan khusus negaranya telah tiba dan mulai bertugas menjaga perbatasan Arab Saudi di sebelah selatan, berbatasan langsung dengan Yaman.

Sumber pejabat Nepal menyebutkan bahwa korban tewas yang disebabkan oleh bencana gempa berkekuatan 7,9 SR mencapai angka 2000 orang. Sebagaimana dilansir Islam Memo (26/4/2015), menurut sumber kepolisian Nepal jumlah korban tewas yang telah terdata di Nepal mencapai 1953 orang.

Sedikitnya 876 orang tewas akibat gempa besar di Nepal dan pihak berwenang mengatakan masih banyak korban yang terperangkap di bawah puing-puing. Dilansir BBC (25/4/2015), gempa berkekuatan 7,8 skala Richter itu menghantam kawasan antara ibukota Kathmandu dan kota Pokhara, dikutip dari Kantor Geologi Amerika Serikat.

Pengguna salah satu jaringan media sosial menyampaikan pujian dan simpatinya terhadap gambar seorang tentara Arab Saudi yang sedang menggendong seorang balita Yaman dan mencium kepalanya. Sebagaimana dikutip Islam Memo (25/4/2015), pengguna medsos mengungkapkan bahwa foto itu mengirimkan pesan penting tentang “rasa kemanusiaan.”

Wakil Ketua Parlemen Palestina di Jalur Gaza, Dr. Ahmad Bahar, meminta Raja Arab Saudi, Salman Bin Abdul Aziz, agar bersedia mendorong rezim berkuasa di Mesir saat ini untuk membuka Pintu Perbatasan Rafah.

Menurut Meshaal permasalahan yang dihadapi oleh Palestina saat ini tidak ada apa-apanya apabila dibandingkan dengan permasalahan di internal faksi-faksi Palestina seperti beda pendapat antara Hamas dengan Fatah. Ia kemudian mengingatkan pentingnya persatuan untuk menggapai Palestina yang kuat. "Palestina yang merdeka dan berdaulat hanya bisa dicapai dengan kesungguhan," jelas Meshaal.

"Israel memberikan pesan bahasa rasis-nya kepada para peserta KAA, diantara bentuknya adalah membatalkan izin kunjungan dari Menteri Afsel ke Palestina yang sudah diagendakan pada tanggal 25-28 April 2015," tutur nya.