Topic
Home / Narasi Islam / Dakwah / Keikhlasan Dalan Kerja Dakwah

Keikhlasan Dalan Kerja Dakwah

Ilustrasi (marhabadirectory.com)

dakwatuna.com – Nilai kita secara perorangan pada amal kita sendiri bukan pada rutbah tarbawiyah (level keanggotaan tarbawi).

Mas’uliyah (tanggung jawab) kita adalah mas’uliyah fardiyah (tanggung jawab individu). Berjamaah adalah kebutuhan fitrah. Kebutuhan kita kepada jamaah secara syar’i adalah kebutuhan dalam penggandaan amal.

Jadi jamaah adalah faktor pengganda. Inti yang mempertemukan kita dalam jamaah adalah fikrah. Ada orang-orang yang sering disanjung terhadap sesuatu yang tidak pernah mereka lakukan.

Mas’uliyah fardiyah adalah sumber kebebasan kita.

Abdel Fatah Mourou (Partai An Nahdah Tunisia) saat sharing tentang dakwah politik di Tunisia mengatakan, “Apa yang dilakukan di Tunisia mungkin hanya cocok di Tunisia dan keputusan di Tunisia adalah tanggung jawab pribadi saya.”

(red: Jamaah Tunisia melakukan ijtihad dengan menanggalkan ‘Partai Agama’ dan jadi partai umum)

Semua sarana dawah (termasuk Partai) tidak ada yang sakral. Ulama terdahulu sering berbeda pandangan tapi di antara mereka tidak saling menjatuhkan.

Pujian orang tidak akan mempercepat kita masuk surga dan kritikan tidak menjadikan kita cepat masuk neraka. Segala hal yang tidak bisa dipertanggungjawabkan di hadapan Allah sebaiknya ditinggalkan.

Hal yang terjadi saat ini, kebanyakan kaum islamis tidak bisa membedakan antara analisis dengan harapan.

Ada sebuah kutipan dari Ibnul Qayyim Al-Jauziyah “Teman seorang pahlawan bukanlah seorang pahlawan”.

Hari-hari seperti sekarang ini yang diperlukan adalah shidqul iman (Iman yang benar). Pikirkan apa yang kita bisa pertanggungjawabkan di hadapan Allah.

Jika ada masalah di hati kita, Allah akan mengeluarkan dengan cara-Nya sendiri. Tidak akan kata yang keluar dari hati kita melainkan Allah akan “mengujinya”.

Ada faktor waktu yang menentukan peran amal. Amal itu harus benar pada waktu yang benar karena yang dipertanggungjawabkan kepada Allah adalah yang terjadi saat itu.

Dalam surat Asy-Syarh ayat 4 Allah menegaskan bahwa Dialah yang akan mengangkat derajat kita. Contohnya: Kita lebih banyak mengingat nama para imam dibanding nama khilafah dalam sejarah Islam.

Kita merdeka jika kita memiliki kedekatan dengan Allah. Sungai jika airnya sedang keruh tidak akan bisa jernih seketika. Tidak ada dakwah yang enak di dunia ini

Sepanjang kita hidup, dunia tidak akan dijadikan seperti surga tapi tidak juga menjadi seperti neraka.

Kita harus menjadi risk taker (pengambil risiko) tapi jangan sampai kita menjadi risk raker yang tidak perlu. Kalau kader sudah “menunggu” perintah qiyadah itu tanda ada sesuatu yang tidak beres.

Masa kritis sekarang adalah situasi global yang rusak dan mempengaruhi nasional. Saat ini di Asia Pasifik ada 4000 pangkalan militer Amerika yang mengarah ke Cina. Ke depan, potensi konflik akan jauh lebih besar.

Umur Khulafaur Rasyidin 30 tahun tetapi siklus perubahan terjadi setiap 20 tahun. Masa 30 tahun Khulafaur Rasyidin, 10 tahun terakhir adalah masa konflik.

Segala sesuatu yang dimulai dengan dendam ujungnya pasti hangus. Fokus pada kebenaran jangan fokus pada reaksi orang.

Kita harus mengetahui peta dari awal untuk menentukan arah perjalanan kita.

Pemilu 2019 akan sangat berbeda dibandingkan dengan Pemilu sebelum ini. Jangan terbiasa mempersonalisasi masalah.

Indonesia mungkin akan jadi alternatif pertemuan-pertemuan Dunia Islam di masa yang akan datang. Dunia Islam saat ini menjadi ‘outsider‘ (penonton) dalam percaturan global. Tugas gerakan Islam adalah menjadikan dunia Islam menjadi ‘insider‘ (pelaku).

Jaga suasana bekerja, persiapkan suasana untuk hal buruk di masa datang. Allah jika mencintai hamba-Nya, dipakailah ia untuk agama-Nya. (sb/dakwatuna.com)

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (2 votes, average: 4.00 out of 5)
Loading...
Politikus Indonesia. Salah satu pendiri Partai Keadilan 1998 dan PKS 2003. Terpilih menjadi anggota DPR periode 2004-2009 dan 2009-2014. Merampungkan sarjana jurusan syariah pada 1992. Diangkat menjadi presiden dalam situasi badai yang menerpa PKS. Ia menggalang konsolidasi partai dengan tagline “Cinta. Kerja. Harmoni.” Mengikuti program American Council for Young Political Leader (ACYPL) di Amerika Serikat (2000) dan Kursus Singkat Angkatan ke-9 Lemhanas. Menulis 10 buku di antaranya Delapan Mata Air Kecemerlangan (2009), Momentum Kebangkitan (Kumpulan Pidato) (2014) dan Gelombang Ketiga Indonesia (2014).

Lihat Juga

Jalan Meraih Taqwa

Figure
Organization