Topic
Home / Berita / Internasional / Asia / Israel Nantikan Pengunduran Diri Mahmoud Abbas

Israel Nantikan Pengunduran Diri Mahmoud Abbas

Mahmud Abbas (inet)

dakwatuna.com – Tel Aviv. Surat kabar “Israel al-Youm”, Rabu (02/08/2017), memuat sebuah artikel yang ditulis oleh Jendral Moshe Elad terkait penyakit yang diderita oleh Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas.

Menurut Jendral Elad, penyakit tersebut bisa saja berujung pada pengunduran Mahmoud Abbas sebagai presiden otorits Palestina, atau kematiannya secara tiba-tiba.

Elad – seorang yang telah menduduki berbagai jabatan di militer zionis itu- mengatakan, kelelahan Abbas berdasarkan pada tekenan psikologis yang besar yang dialaminya beberapa bulan terakhir.

Sebagai contoh, Elad menyebutkan permintaan Presiden AS, Donald Trump, kepada Abbas untuk menghentikan pemberian santunan kepada keluarga tahanan Palestina di Israel. “Itu merupakan langkah yang tidak akan pernah bisa dilakukan presiden Palestina baik yang saat ini maupun yang akan datang. Karena hal itu berarti bunuh diri politik,” lanjut Elad.

Elad melanjutkan, tekanan pada Abbas juga datang dari Presiden Mesir, Abdul Fattah Al-Sisi, yaitu saat lawan politik Abbas, Mohammed Dahlan, mengumumkan akan menguasai Jalur Gaza dengan dukungan dari Kairo.

Ketegangan di Masjid Al-Aqsha baru-baru ini, tambah Elad, juga turut memberikan tekanan pada Abbas. Semua tahu, tidak ada satupun yang memperhatikan keberadaan presiden otoritas Palestina tersebut. Israel dan AS hanya menjalin komunikasi dengan Yordania, Mesir, Negara-negara Teluk, Dewan Wakaf Islamiyah, serta mengecualikan Otoritas Palestina.

“Hal-hal tersebut yang mungkin akan mendorong Mahmoud Abbas untuk mengundurkan diri,” llanjut Elad.

Lebih lanjut, Jendral zionis Israel itu menyebutkan, pengunduran diri atau ketiadaan Mahmoud Abbas di panggung politik, membuat Washington, negara-negara Barat dan Tel Aviv, merasa perlu menyiapkan hari yang akan datang. “Karena Abbas sama seperti pendahulunya, Yasser Arafat, yang tidak mengangkat penggantinya,” kata Elad.

Namun, Elad mengingatkan, Abbas menguasai panggung politik di Palestina sebab karakternya, bukan kedudukannya. “Maka tidak mungkin membandingkannya (Abbas, red) dengan Arafat yang kharismatik itu,” timpal Elad.

Yang menjadi pertanyaan utama, lanjut dosen di Western Galilee College itu, terkait dengan sosok yang akan menggantikan Abbas. Katanya “Karena Marwan al-Barghutsi (salah satu pimpinan Gerakan Fatah dan sedang berada di tahanan Israel, red) telah kehingan banyak kekuatannya akhir-akhir ini. Tidak ada satupun di Israel yang berniat membebaskannya.”

Sedangkan Mohammad Dahlan, menurut Elad, banyak memiliki uang dan musuh. Abbas telah membuatnya tidak dapat kembali ke Ramallah kecuali dengan membeli dukungan baik dari elit keamanan maupun elit politik di Otoritas Palestina.

Jendral Moshe Elad, mengungkapkan dua sosok yang mungkin dapat menggantikan Abbas. Tapi, pengaruh mereka di panggung politik sangatlah sedikit.

“Setiap yang ingin menjadi penguasa, maka harus mematuhi Kepala Intelijen, Mayor Majid Faraj, sebagai pintu masuk setiap skenario. Selain itu juga kepada Otoritas Keamanan yang kuat di Tepi Barat,” lanjut Elad.

Terkait skenario yang harus diperhitungkan pasca mangkatnya Abbas, imbuh Elad, kemungkinan pengambilalihan Tepi Barat oleh Hamas secara bersenjata. “Meskipun Otoritas Palestina punya tujuh batalyon militer, namun kekuatan Hamas masih lebih besar lagi,” katanya.

Sedangkan skenario lain yang mungkin terjadi, gagalnya pemerintahan Otoritas Palestina saat ini. Hal itu, lanjut Elad, berarti kembali kepada kepemimpinan lokal serta berdirinya Emirat-emirat kecil di Jenin, Nablus, dan Tepi Barat. (whc/dakwatuna)

Sumber: Aljazeera.net

Redaktur: William

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Palestina Tolak Rekonsiliasi Tanpa Kemerdekaan

Figure
Organization