Topic
Home / Keluarga / Kesehatan / Mari Sadari dan Luruskan Persepsi, Skizofrenia Itu Penyakit Medis, Bukan Mistis

Mari Sadari dan Luruskan Persepsi, Skizofrenia Itu Penyakit Medis, Bukan Mistis

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (jalbot.blogspot.co.id)
Ilustrasi. (jalbot.blogspot.co.id)

dakwatuna.com – Apabila anda melihat seseorang yang perilakunya aneh, bicaranya kacau tidak dapat dimengerti oleh anda, dan orang lain, atau bahkan suka bicara sendiri , mendengar suara-suara yang sebenarnya tidak ada, padahal sebenarnya ia masih bisa melakukan hal-hal seperti orang normal, bekerja, berolahraga dan aktivitas lainnya, hati-hati bisa jadi itu adalah gejala penyakit skizofrenia.

Dari sekian kisah mengenai keluarga yang memilki sanak saudara yang menderita skizofrenia, sebagian besar dari mereka tidak menyadari, tidak membayangkan atau bahkan tidak percaya bahwa keluarganya yang bersikap tak normal ternyata mengalami gangguan mental atau gangguan jiwa, apalagi mereka fikir itu adalah penyakit sihir. Kata skizofrenia cenderung asing di telinga awam, sehingga mereka menyangka seseorang yang sebenarnya dapat hidup normal dan produktif itu hanya terkena gangguan mistis, namun setelah pergi ke psikiater dan mendengar penjelasan darinya, ciri-ciri gejala skizofrenia bisa jadi memang yang ada pada sanak saudara, adik, kaka atau orang tua yang mulai bersikap aneh.

Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani yaitu skhizein (belah) dan phrén (an jiwa). Eugene Bleuler memperkenalkan istilah ini pada tahun 1911, maksudnya adalah terpecahnya atau ketidakselarasan antar komponen pembentuk jiwa seseorang, diantaranya proses berfikir, emosi dan perilaku orang tersebut. Skizofrenia umumnya bersifat kronis (menahun) dan tergolong gangguan jiwa berat, karena penderitanya mengalami psikosis yaitu kesulitan untuk menilai realita, membedakan antara kenyataan dengan waham atau delusi yaitu sebuah keyakinan atau pemikiran yang salah, misal seseorang itu merasa dicurigai, diikuti orang yang tidak terlihat dan hal-hal yang sulit dikoreksi oleh orang normal.

Hal lain yang dialami Orang dengan Skizofrenia (ODS) selain Delusi adalah halusinasi, yaitu persepsi yang salah, yang membuat seseorang menangkap rangsangan atau stimulus dari yang sebenarnya tidak ada entah mendengar, melihat atau mencium bau tertentu. Gejala lain adalah bicara yang kacau (disorganized speech), atau bahkan prilakunya tidak beraturan, bicara sendiri, tiba-tiba mengamuk, mendengar bisikan dan gejala lainnya.

Sebagian besar masyarakat Indonesia yang belum mengetahui mengenai skizofrenia, akan menyagka bahwasanya sanak saudara mereka yang berprilaku aneh seperti itu adalah seseorang yang terkena sihir atau santet dari orang lain. Akibatnya, karena persepsi yang salah, penanganan pun akan salah. Seyogyanya sebagaimana sakit fisik, yang kemudian datang pada dokter sebagai wasilah kesembuhan yang diberikan Allah, maka penyakit mental ini pun bukan untuk dibawa ke paranormal apalagi dukun. Hal yang patut kita sadari dengan sigap, gejala halusinasi, delusi, bicara kacau dan prilaku tak lazim lain yang dilakukan seseorang hendaknya konsultasikan dengan psikiater, psikolog atau konselor bukan dukun, apalagi harus menjalani ritual-ritual yang tidak dibenarkan agama dan jauh dari Ridlo Allah atau juga dengan memasung dan mengurung seseorang itu karena dianggap gila. Na’udzubillahimindzalik. Mulai membuka mata untuk mengasihi dan menolong mereka adalah cara terbaik yang bisa kita lakukan, karena gangguan mental termasuk skizofrenia adalah penyakit medis, bukan mistis.

Ingatlah sebuah hadits Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari ‘Atha, dari Abu Hurairah bahwa ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan Dia menurunkan obatnya.”,

Wallahua’lam bishowab.

Beberapa sumber :

Djuari, Lilik dan Azimatul Karimah. 2015. Lebih dekat dengan Skizofrenia. Surabaya

(dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Pegiat pendidikan anak dengan menjadi pengajar di beberapa tempat, selain itu mulai tertarik pada psikologi anak dan dunia kejiwaan, serta ingin berbagi lewat tulisan.

Lihat Juga

Pantaskah untuk Menyakitinya?

Figure
Organization