Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Terima Kasih Paman, Kini Aku Berani Memberantas Kekhawatiran Masa Depan

Terima Kasih Paman, Kini Aku Berani Memberantas Kekhawatiran Masa Depan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Saat sekolah dasar mungkin aku bukan bagian dari murid yang serius belajar, mungkin saat itu yang ada di pikiranku hanya datang ke sekolah dan bermain dengan teman-teman. Walaupun begitu aku selalu mendapat peringkat 10 besar sampai kelas enam. Hal itu membuat aku merasa bersyukur.

Di samping sebagai murid SD yang banyak mainnya, aku memiliki paman yang sangat peduli dengan pendidikan para ponakannya. Namanya Ivan Ahda, ku panggil Mang Ivan, saat itu ia sedang menjalani rutinitasnya sebagai mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan sangat aktif di organisasi kampusnya, mulai dari Senat FPsi UI 2005-2006 sampai koordinator Pusgerak BEM UI 2007. Ya, sangat sibuk memang, tapi ia tidak pernah lupa dengan keluarganya termasuk ponakannya. Terkadang ia main ke rumah untuk silaturrahmi dan mengajakku dan kakakku jalan-jalan ke toko buku.

Setiap datang ke rumah, ia selalu menanyakan progres belajarku sudah sampai mana. Mang Ivan membantu dalam kesulitan belajar. Ia memberikan tambahan belajar untukku, seperti matematika, bahasa Inggris dan IPA. Ia tidak hanya pandai dalam bidang akademik, tapi wawasan yang dimilikinya seakan merobek ketakutanku dalam menimba ilmu.

Ketika aku beranjak remaja, ia sudah terlihat jarang main ke rumah. Bukan tidak peduli lagi denganku atau kakakku, tapi setelah lulus S1 dari Fakultas Psikologi UI, ia melanjutkan S2 Pengembangan Kepemimpinan Nasional di Kajian Ketahanan Nasional tahun 2010. Ya, aku jadi jarang melihatnya. Hanya teringat beberapa kalimat yang mendorongku agar tetap semangat menimba ilmu. Duduk di bangku SMP selama tiga tahun, aku berhasil mendapatkan posisi tiga besar sampai kelas tiga. Kali ini aku senang sekali bisa dipeluk dengan bangga oleh ibu dan ayah.

Entah ke mana setelah lulus SMP. SMK atau SMA? Kuliah atau bekerja? Pertanyaan itu menyerangku. Aku kembali khawatir dengan masa depanku dan berpikir tidak akan mampu kuliah karena biaya yang sangat mahal. Maka dari itu, aku berharap ingin masuk sekolah kejuruan saja agar bisa bekerja usai tamat belajar. Kali ini seperti berserah diri pada kehidupan.

Namun, entah dari mana asalnya percikan semangat itu hadir kembali ketika Mang Ivan mendengar kekhawatiran dari diriku. Walaupun ku tahu kini ia sibuk, ia menyempatkan diri untuk mengajak ponakannya jalan-jalan, sekali lagi bertanya bagaimana progres masa depanku dan berkata padaku, “Lanjut kuliah. Tak usah berpikir biaya, pasti ada jalan.”

Aku melanjutkan ke salah satu SMA Negeri di Jakarta. Awalnya aku sempat khawatir dan tidak percaya diri bertemu dengan anak-anak lain yang punya kelebihan akademik masing-masing. Kemudian, aku membaca tulisan Mang Ivan di sebuah buku yang menceritakan perjalanan hidupnya dalam menggapai pendidikan. Walaupun hidup sederhana, semangat pendidikannya sangat tinggi. Tulisan itu seakan meruntuhkan semua kekhawatiranku untuk menjadi pemenang. Aku sangat terinspirasi untuk kuliah.

Dari situ, aku mulai membuat target setiap semester dan membuat pilihan perguruan tinggi dan jurusan yang akan dituju. Di samping itu pula, aku aktif di OSIS, Rohis dan beladiri Taekwondo saat SMA, walaupun begitu nilai akademikku tetap progres sampai kelas tiga. Ya, kini aku berhasil menduduki peringkat 1 di SMA saat kelas tiga. Alhamdulillah.

Setelah menjalani tes masuk PTN sana-sini, aku diterima di dua Perguruan Tinggi Negeri di Jakarta. Ya, sekali lagi ini pilihan yang sangat penting. Namun, aku yakin, pilihanku saat ini telah aku persiapkan matang, dan sangat aku cintai. Ya, Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta pilihanku.

Kini, Mang Ivan telah menikah dan memiliki satu orang anak yang cantik dan pintar. Aku sudah mandiri dan berani memberantas kekhawatiran sendiri. Selain menjadi kepala keluarga, dan motivator ponakannya, Ia aktif sebagai CEO Maxima Indonesia, Project Manager of Community Leaders Program (Social Entrepreneur) di Nama Foundation, pendiri Gerakan Ayo Membaca Indonesia, Kepala Divisi Pendidikan & Pelatihan di Yayasan Proklamator Bung Hatta, Dewan Pengawas di Yayasan Kita Bisa, Kepala Divisi Program di Komunitas Sukses Mulia, dan Koordinator Nasional di Forum Indonesia Muda. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

I am Kiki, Journalism student of State Polytechnic of Jakarta. I like photography, writing, and musically. I live and was born in Jakarta. If you wish, provide comments or impressions and messages in this article or contact me in my medsoc. Thank you very much :)

Lihat Juga

Peringati Hari Kelahiran, Erdogan Ucapkan Terima Kasih Kepada Rakyat

Figure
Organization