Topic
Home / Pemuda / Cerpen / Seberapa Tangguhkah Dirimu?

Seberapa Tangguhkah Dirimu?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (ofhersilentvoice.tumblr.com)
Ilustrasi. (ofhersilentvoice.tumblr.com)

dakwatuna.com – Hallo, namaku Laura, biasa dipanggil Lau oleh teman-temanku. Aku adalah mahasiswi salah satu perguruan tinggi negeri di Jakarta. Sore ini aku dan beberapa kawan telah membuat janji temu di rumah salah satu teman untuk rapat membicarakan persiapan sebuah acara di kampus kami.

Hmm, sore ini mendung sekali ya, mungkin sebentar lagi hujan akan turun, aku harus segera berangkat agar tak kehujanan, begitu kata batinku. Aku bergegas mengunci pintu indekos lalu mulai menyalakan motor dan berangkat menuju lokasi janjian dengan teman yang akan nebeng motor. Aku tak ingin membuatnya menunggu.

Sepuluh meter motorku berjalan, tiba-tiba hujan turun, semakin lama butiran-butirannya semakin menghunjam keras menampar-nampar pipi dan bahu yang belum sempat terlindungi. Oh Allah, aku lupa mengecek apakah ada jas hujan di motor?

Aku berhenti, berteduh di emper toko, kemudian aku membuka jok untuk mengambil jas hujan, namun ternyata aku tak membawanya. Aku memutar otak, bagaimana agar aku bisa mendapatkan jas hujan. Kutengok kanan kiri, tak kudapati toko swalayan yang mungkin menjual jas hujan. Aku tak menyerah, kuterjang derasnya hujan untuk berlari, berharap menemukan swalayan yang menjual jas hujan di ujung jalan sana.

Cukup jauh aku berlari, kusapu kerudungku: basah! Tak apa, aku hanya perlu bersabar menahan dinginnya air hujan yang membasahi bajuku.

“Mas, maaf, ada jas hujan nggak ya?”

“Wah maaf mbak sedang kosong”

“Oh ya, terima kasih, Mas”

Oke baiklah, mungkin memang belum rezekiku makanya di sini nggak ada jas hujan yang kucari, itu tandanya Allah ingin aku berusaha lebih keras lagi. Bukankah kadang kita hanya terlalu cepat menyerah dengan keadaan padahal kita belum berupaya maksimal?

Aku teringat dengan Sofi, temanku yang berencana nebeng denganku sore ini. Kuhubungi dia melalui telepon genggamku, dia mengatakan terjebak hujan dan masih belum berangkat dari rumahnya. Dia minta aku duluan saja agar tidak semakin terlambat.

Aku masih di emperan swalayan, menunggu hujan agak sedikit reda agar aku bisa berlari lagi mencari swalayan lain dengan misi pencarian jas hujan. Kemudian hp ku berbunyi, ternyata ada chat masuk dari Galih.

“Lau, hujan deres nih, jadi naik motor? Posisi di mana?”

“Iya nih kehujanan. Di swalayan X, di motor nggak ada jas hujan dan ini udah lari ke swalayan tapi ternyata lagi kosong jas hujannya.”

“Walah terus gimana? Sendirian to? Kirain tadi jadi berangkat berdua sama sofi… Saya mau nawarin kalian bareng mobil saya aja biar nggak kehujanan.”

“Emm, tadi Sofi bilang masih di rumahnya, akan lama kalau menunggu dia, makanya dia minta ditinggal aja. Galih sama siapa di mobil? Kalau ada temannya, saya mau bareng aja deh, karena hujannya deres banget gini.”

“Sendirian sih.”

“Oh yaudah kalau sendirian, dan nggak mungkin kita nungguin Sofi karena masih jauh, mendingan sekarang Galih berangkat duluan aja biar nggak semakin telat. Nggak enak nih sama Nining yang udah merencanakan rapat hari ini jam 4.”

“Yakin nggak papa? Saya mau jalan sekarang takut dzalim ninggalin yang kehujanan tapi nih.”

Aku belum sempat membalasnya, karena aku sedang menerobos hujan (lagi) menuju swalayan berikutnya dengan satu tekad: aku harus segera menemukan jas hujan. Sederas apapun hujan sore ini, aku harus terus berusaha memegang prinsipku untuk tidak berdua-duaan di dalam mobil dengan laki-laki yang bukan mahram, lebih baik aku kehujanan daripada Allah tak ridha atas apa yang aku lakukan. Dan taraaaa, Allah mengizinkanku menjaga prinsipku: penjaga swalayan mengatakan ada jas hujan di swalayan kedua ini.

“Alhamdulillah… Saya beli satu ya, Mbak.”

Selesai aku bertransaksi, aku bergegas menuju motorku, lalu mengecek hp ku. Kubuka chat dari Galih yang tadi belum sempat kubalas.

“Lau, gimana udah dapet jas hujannya?”

“Gal, saya udah dapet jas hujannya nih. Saya on the way.”

“Saya masih di seberang tempat motormu parkir. Hati-hati ya”

“Ya”, aku menengok ke arah seberang, kulihat ada mobil warna putih disana, mungkin itu Galih, mungkin.

***

Sepanjang hidup, ada hal-hal yang bisa kita tolerir namun ada juga yang tidak. Terkadang Allah menempatkan kita pada sebuah kondisi dan situasi yang “menjebak” untuk menguji seberapa tangguh kita menghadapi ujian dan seberapa kuat kita mampu memegang apa yang telah dipilih menjadi prinsip dalam hidup.

Semoga Allah senantiasa menjaga kita dari segala bentuk godaan dan kemaksiatan, baik yang sengaja maupun tidak kita sengaja. Semoga Allah juga mampukan kita memegang prinsip dan juga melewati ujian dengan predikat taqwa. Keep fighting to be a good muslim.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswi Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan UI Angkatan 2010 | Kaderisasi Salam UI 2014 | DPM UI 2013 | BPM FIK UI 2012 | FPPI FIK UI 2011 | BEM FIK UI 2011 | Lembaga Dakwah Sahabat Asrama UI 2010

Lihat Juga

Pengadilan AS Tangguhkan Perintah Eksekutif Trump Terkait Imigrasi

Figure
Organization