Topic
Home / Pemuda / Pengetahuan / Puasa Ramadhan dalam Tinjauan Neurosains

Puasa Ramadhan dalam Tinjauan Neurosains

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Otak sebagai pusat perilaku manusia. (Badrul Munir)
Otak sebagai pusat perilaku manusia. (Badrul Munir)

dakwatuna.com –  Penciptaan manusia sungguh sempurna dan telah dilebihkan atas makhluk hidup lainnya, Allah Berfirman dalam Alquran: “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”. (QS Al-Isro’: 70)

Kehebatan dan misteri otak

Misteri tentang otak manusia dalam beberapa dekade terakhir ini sedikit banyak mulai terungkap, penelitian para ahli neurosains dan penemuan beberapa alat kedokteran canggih membantu menguak tabir misteri tentang otak manusia, walaupun demikian semakin terkuat tabir misteri semakin muncul misteri baru, dan sangat menantang untuk diteliti dan dicari jawaban dari misteri baru tersebut.

Penemuan beberapa neurotransmiter (zat kimia otak) dan penemuan alat diagnostik radiologi canggih mulai menemukan jawaban tentang perilaku manusia bila dihubungkan dengan kerja otak manusia.

Area otak saat bahagia dan sedih (MR Spectometri). (Badrul Munir)
Area otak saat bahagia dan sedih (MR Spectometri). (Badrul Munir)

Fungsi utama otak manusia yang sangat mengagumkan dan sekaligus yang membedakan dengan mahluk hidup lain adalah kemampuan otak menjalankan fungsi luhur (high cortical function), fungsi tersebut di antaranya: berperilaku, berbahasa (berkomunikasi), berpikir (kognisi), memori, analisis dan lainnya.

Ilmuwan neurosains dunia memberi perhatian khusus tentang otak dan perilaku manusia dengan pendekatan teori neuroplastisiti, neurogenesis dan neurokompensasi, ketiga teori tersebut mengungkapkan bahwa sel otak bisa “berubah” sifat dan fungsinya sesuai dengan paparan yang diterima secara berulang dan terus menerus, bila paparan bersifat positif maka akan terbentuk “sirkuit positif” dan bila paparan bersifat negatif maka akan terbentuk “sirkuit negatif”.

Puasa dan neurosains

Puasa yang kita lakukan di Ramadhan sebenarnya melatih kita untuk mengaktifkan otak dengan cara memberi stimulus kepada otak agar berperilaku sesuai dengan fitrah manusia. Sehingga dalam syariat berpuasa selain mencegah hal yang membatalkan puasa seperti makan, minum dan hubungan seks di siang hari, juga dianjurkan banyak melakukan amalan sholeh, justru dengan amal sholeh tersebut hakikat puasa dilaksanakan.

Beberapa amalan sholeh yang dicontohkan oleh baginda Rosulullah SAW mengandung faedah yang luar biasa: sholat malam, membaca Quran, membantu kesulitan orang lain, infaq-shodaqoh dan amalan sholeh sosial lainnya, bukan hanya dilipatgandakan pahalanya, akan tetapi juga mengandung manfaat kesehatan bagi orang yang mengerjakannya. Begitu juga larangan berbuat tidak baik (fahsya’mungkar) terdapat faedah yang luar biasa.

Bershodaqoh

Sebuah penelitian dilakukan terhadap anak sekolah di Amerika Serikat, setiap anak sekolah diberi uang saku yang cukup banyak, saat diberi uang kemudian otaknya diperiksa dengan alat radiologi canggih yang bernama MR Spectometri, tampak area otak yang menjadi pusat senang-bahagia (nukleus accumban) yang mengalami ekskalasi listrik dan didapat neurotransmiter dopamin dan serotonin (zat kimia otak yang menyebabkan rasa bahagia).

Setelah diberi uang saku para murid diberi kebebasan untuk membelanjakan uang tersebut, boleh untuk membeli makanan/mainan, atau boleh diberikan kepada orang lain yang membutuhkan. Sesaat setelah membelanjakan dilakukan pemeriksaan MR spectometri ulang, ternyata didapat hasil yang menakjubkan, kelompok anak yang menggunakan uang saku untuk membantu orang yang membutuhkan, mengalami ekskalasi listrik lagi di nuklues accumban sedangkan kelompok lainnya tidak. Artinya membantu orang lain (bershodaqoh) ternyata memberikan rasa bahagia bagi yang mengerjakannya.

Anjuran Rasulllah saat ramadhan memperbanyak sedekah seperti dalam hadist “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Alquran. Dan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi angin yang berhembus.” (HR. Bukhari)

Larangan berdusta dan amalan mungkar

Area otak bila seseorang berdusta. (Badrul Munir)
Area otak bila seseorang berdusta. (Badrul Munir)

Berbohong, marah, bertengkar, menipu (apalagi korupsi) dan perbuatan jahat lainnya juga sangat dilarang selama bulan ramadan. Sebuah penelitian tentang orang yang berdusta, kemudian dilakukan pemeriksaan respon otak terhadap dusta tersebut. Saat berdusta ternyata dikeluarkan neurotransmiter sangat banyak di daerah limbik (daerah yang mengatur emosi), dan sifat neurotransmiter tersebut “merusak” dan memengaruhi sistem tubuh lainnya secara negatif, akibatnya jantung berdetak kencang, tensi naik dan nafas tersengal. Kondisi tersebut bila berulang dan dalam jangka lama tidak baik bagi kualitas pembuluh darah manusia (sel endotel) sehingga berisiko timbulnya beberapa penyakit seperti stroke, jantung koroner dan lainnya.

Dari Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda: Di saat seseorang dari kalian berpuasa, maka jangan berkata kotor dan bertengkar. Jika ada seseorang memakinya atau memukulnya, maka hendaklah ia mengucapkan, Sesungguhnya aku sedang berpuasa. (Muttafaq ‘alaih)

Menjaga Pandangan

Menjaga pandangan mata dari hal yang diharamkan juga sangat menakjubkan, ternyata memori manusia lebih banyak diisi dari stimulus penglihatan bila dibanding stimulus panca indra lainnya, Serabut saraf penglihatan yang berjumlah milyaran sel otak berada di otak sebelah belakang (lobus occipitalis) akan langsung terhubung dengan area memori (area hipokampus dan amigdala). Bila stimulus terus didapat dan berulang maka akan terjadi memori permanen, sehingga sangat dianjurkan untuk memandang sesuatu yang positif dan menghindari pandangan yang negatif, dan betapa agama Islam sangat menekankan pentingnya menahan pandangan (ghodul bashar) dalam rangka memberi memori yang baik di otak kita. Karena memori itulah yang menjadi dasar perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari.

Area memori otak manusia. (Badrul Munir)
Area memori otak manusia. (Badrul Munir)

Artinya bila memori yang terkandung berisi negatif (memori porno, memori dusta, memori korupsi) maka akan terbentuk perilaku yang negatif. Sebaliknya bila memori yang tersimpan adalah memori positif maka akan terbentuk perilaku yang positif.

Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman dalam Quran: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (Qs. An- Nuur: 30)

Dalam Hadist Qudsi Allah berfirman: ”Penglihatan adalah bagaikan anak panah beracun yang dilepaskan dari busur panah Iblis. Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepadaku, maka aku akan memberikan suatu ketenangan yang kemanisannya itu dapat ia rasakan di dalam hatinya.” (Hadits riwayat Ahmad dan Ath-Thabari)

Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ada tiga orang yang api neraka tidak akan melihat kepada mata mereka; mata yang memelihara dijalan Allah, mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang menahan dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah.” (Hadits riwayat Ath-Thabarani)

Shalat tarawih

Sholat malam (sholat terawih) bila ditinjau dari ilmu neurosains juga menunjukan hasil yang menakjubkan, bilamana seseorang rajin sholat malam maka akan dikeluarkan neurotransmiter yang menstimulus turunnya hormon kortisol, akibatnya daya tahan tubuh membaik dan pikiran lebih tenang dibanding yang tidak rajin sholat malam dan tentunya mendapat pahala yang melimpah.

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan (yakni shalat malam pada bulan ramadhan )karena iman dan mengharap pahala dan ridho Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. al-Bukhari Muslim).

Kesimpulan

Amalan-amalan yang diperintahkan oleh Allah dan Rosul selama bulan ramadhan bila kita kerjakan setiap hari secara terus menerus dan iklhlas karena Allah maka itu akan membentuk paparan positif ke otak sehingga akan terbentuk sirkuit baru yang positif, terutama di daerah otak yang mengatur memori dan perilaku sehingga akan terbentuk perilaku yang bertakwa dan itu akan terus terjaga setelah ramadhan dan itulah tujuan kita berpuasa yakni menjadi hamba yang bertakwa.

Sebagaimana perintah puasa dalam Quran: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah: 183)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Dokter spesialis saraf RSUD Saiful Anwar Malang. Dosen ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Univ Brawijaya Malang. Penulis buku "Puasa dan Otak Manusia" penerbit UB media Malang 2014.

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization