Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Mencintainya Karena Kaus Kaki

Mencintainya Karena Kaus Kaki

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Love, cinta...dakwatuna.com –  Ada banyak alasan yang mendasari seseorang mencintai. Seringkali urusan fisik, materi, dan silsisah diperbincangkan di meja makan para pengagum. Namun terkadang tak perlu paras rupawan, mobil mewah, atau darah bangsawan untuk membuat seseorang jatuh hati.

Cinta bisa tumbuh dengan perihal yang sangat sederhana. Atau bahkan mencintai sama sekali tak butuh alasan. “Bagaimana denganmu? Alasan apa yang membuatmu cinta padanya?” tanya seorang teman padaku.

Aku mencintainya karena kaus kaki. Bukan karena miliknya yang berwarna menarik atau bermotif lucu. Tapi perasaan ini muncul begitu saja saat aku tahu sepasang kaus kaki melekat di kakinya. Barangkali ini bentuk cinta sederhana yang mewakili puisi Sapardji Damono.

Entahlah, mungkin ini aneh. Tapi dari kaus kaki aku melihat itikad baiknya untuk menjaga diri, lebih dari sekadar helai kain yang menutupi rambutnya, selaras dengan telungkup tangan di depan dada yang membuat laki-laki manapun sungkan bersalaman.

Menurutku seorang wanita yang sadar dan mau menjaga dirinya untuk halalnya akan mampu menjaga buah titipan yang nanti diamanahkan kepadanya. Ayah mana yang tak menginginkan anaknya dijaga dan dibesarkan oleh seorang ibu yang luar biasa?

“Mengapa tidak mencintai karena Allah?” aku tercekat dengan pertanyaannya yang menohok itu. Sungguh dari hati yang terdalam ingin kuucap alasan lillah itu padanya. Tapi tak seharusnya kupaksakan dusta untuk menutupi lemahnya imanku. Setidaknya dari kaus kaki aku berharap bisa menumbuhkan perasaan yang suci itu, sebagai sebuah perwujudan rahman dan rahim milik-Nya.

Dengan aku yang jatuh hati karena kaus kaki, maka aku juga akan mencintainya seperti kaus kaki.

“Maksudmu kau akan membungkusnya dengan kain melar yang bau?” potongnya.

Hei, biarkan aku menyelesaikan kalimatku dulu. Lagipula apa salahnya dengan bau. Aku ingin dia menerimaku apa adanya. Masa laluku memang mengecewakan. Tapi kuharap kita bisa berdamai dengan itu. Setiap kaus kaki pasti pernah bau, tapi bukan berarti tidak bisa dicuci, bukan? Bila dilakukan dengan sungguh-sungguh dan tulus, pasti bisa wangi lagi.

Bicara soal kaus kaki, aku ingin menjadi seseorang yang hangat baginya, memberi dia kelembutan dan kenyamanan tanpa perlu dipamerkan ke setiap orang. Aku juga ingin menjaganya agar aman dari lecet. Tak akan kumaafkan diriku bila ada luka di hatinya. Aku akan terus ada untuknya, sampai ia melepasku untuk bertemu dengan-Nya.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswa Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia, Kepala Departemen Keilmuan BEM FEUI, santri di asrama YKM FEUI.

Lihat Juga

Semusim Cinta, Ajang Menambah Ilmu dan Silaturahim Akbar WNI Muslimah Se-Korea Selatan

Figure
Organization