Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Sang Murabbi dari Bumi Tadulako

Sang Murabbi dari Bumi Tadulako

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Muhammad Ali Lamu, Lc.
Muhammad Ali Lamu, Lc.

dakwatuna.com – Sedih, sedih rasanya hati ini, kehilangan sosok Guru Kehidupan. Ibarat bergugurannya dedaunan dari pepohonan, tak peduli apakah daun itu masih hijau, merah kekuningan, kuning, bahkan kecoklatan, atas izin Allah daun akan terus berguguran tak melihat warnanya. Begitupun manusia, tak peduli tentang usianya, mau tua ataupun muda, kalau ajal sudah menjemput maka tamatlah riwayatnya. Untuk kali ini, para Aktifis Dakwah Sulawesi Tengah sedang dirundung duka karena kehilangan sosok Murabbi. Kaget bukan main rasanya ketika penulis mendapat kabar duka ini disiang hari. Seorang Ustadz yang berwawasan luas, bijaksana, ramah, dan dengan kemampuan membina yang luar biasa. Telah mengantarkan begitu banyak orang di bumi tadulako ini untuk mencapai pintu hidayah dari Allah SWT. Begitu banyak orang-orang di bumi tadulako ini yang tercerahkan oleh ceramah-ceramah dan taujih-taujih dari beliau, begitu banyak orang yang tersadarkan tentang betapa jauh dirinya dari Allah SWT. Melalui perantara Ustadz Muhammad Ali Lamu, Lc orang-orang yang tercerahkan dan tersadarkan tersebut menjelma menjadi aktivis dakwah yang siap memperjuangkan kebaikan di manapun dan kapanpun, siap berkorban bagi agama dan bangsa ini, siap menegakkan panji-panji Allah, siap mengokohkan Aqidah masyarakat Sulawesi Tengah melalui dakwah, tak peduli caci dan maki mereka terus berjuang tanpa kenal lelah.

Di bumi tadulako ini, beliaulah salah satu Murabbi yang berkarakter dan tak pantang menyerah ketika awal-awal membuka peluang dakwah di Sulawesi Tengah. Ustadz Muhammad Ali Lamu, Lc., adalah putra Sulawesi Tengah kelahiran Donggala, 28 Agustus 1971, terlahir dari pasangan orang tua yang selalu mengajarkan pentingnya ilmu agama kepada putra-putri mereka. Ayahandanya, Ustadz Ali Lamu (Alm) adalah sosok pendidik yang cukup dikenal, khususnya di kalangan warga dan keluarga besar Al-Khairaat, sedang ibundanya, Ustadzah Hj. Syifa Abd. Rauf Sulaiman (Almh), juga adalah pendidik, pensiunan PNS Departemen Agama (sekarang, Kementerian Agama). Ustadz Muhammad, demikian ia biasa disapa, memulai pendidikan formal di SDN Ujuna dan Madrasah Al-Khairaat Palu kemudian melanjutkan pendidikan menengah juga di Al-Khairaat: Madrasah Tsanawiyah Al-Khairaat dan Madrasah Aliyah Al-Khairaat Palu. Sementara itu, pendidikan dan gelar akademik, License (Lc.), diperoleh dari Fakultas Syariah Universitas Muhammad Ibnu Saud Cabang Jakarta (LIPIA).

Sejak kecil, ia telah memperlihatkan bakat orator dan sikap kritis terhadap permasalahan sosial-keumatan. Menjadi aktivis berbagai ormas kepemudaan—di antaranya, Himpunan Pemuda Al Khairaat (HPA) Kota Palu, Ikatan Pemuda Al Khairaat Jakarta, dan Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat LIPIA Jakarta—pun menjadi bagian dari pengalaman hidupnya. Hal itulah yang memantapkan langkahnya untuk menjadi seorang da’i ilallah secara profesional hingga kemudian ia diberikan amanah untuk memimpin Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Wilayah Sulawesi Tengah, periode 2012—2016. Dari pernikahannya dengan Ustadzah Erni Yulianti yang juga seorang penggerak dakwah asal DKI Jakarta—Allah mengaruniakan kepada mereka 6 orang putra-putri, masing-masing (1) Haninah Ainun Mardiah, (2) Sumayyah Nurus Syahadah, (3) Salman Izzuddin, (4) Naila Izzah Salsabila, dan (5) Umar Abdul Aziz dan (6) Syifa, yang lahir 15 Desember 2014.

Dalam pandangannya, Islam adalah agama yang selalu concern terhadap problem dan dinamika kehidupan dalam seluruh aspeknya. Dalam perspektif itu pula, sampai saat ini, Ustadz Muhammad Ali Lamu juga “mengampu” beberapa amanah yang lain. Di antaranya, Ketua Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP) Sulawesi Tengah, Ketua Dewan Syariah Wilayah Partai Keadilan Sejahtera (DSW PKS) Sulawesi Tengah, Ketua Fraksi PKS DPRD Kota Palu, dan Ketua Dewan Pengawas di Yayasan dan Lembaga Bimbingan al-Quran (LBQ) Al-Itqan Sulawesi Tengah.

Bagi penulis pribadi, yang menjadi Mutarabbi beliau kurang lebih 3 tahun lamanya, membimbing penulis menjalani kehidupan dan bertarung di medan juang dakwah kampus hingga dakwah pasca kampus, merupakan suatu kebanggaan dapat dididik langsung oleh beliau. Menjadi sosok ayah bagi penulis pribadi yang tak lagi memiliki ayah, taujih-taujih penyejuk hati yang menggerakkan hati, pikiran, dan perasaan.

Di bumi tadulako ini, Ustadz Muhammad menjadi sosok yang mencerahkan begitu banyak orang, sudah ribuan orang yang tercerahkan oleh perjuangan dakwah beliau. Bahkan sebelum gerakan dakwah ini menjelma menjadi partai politik. Beliaulah sosok Sang Murabbi, Sang Murabbi dari Bumi Tadulako.

Tidak ada sakit yang berkepanjangan yang Allah berikan, hanya sesak dada beberapa saat saja, yang akhirnya Ustadz Muhammad menemui Allah Sang Maha Pencipta, Kamis 15 Januari 2015, sekitar pukul 11.00 WITA.

Beberapa tokoh masyarakat seperti tidak ingin kehilangan momen kebersamaan terakhirnya dengan Ustadz Muhammad, beberapa diantaranya hadir pada Jum’at 16 Januari 2015 untuk memberikan ungkapan duka, di antaranya Ketua Harian KNRP H. Caca Cahayaningrat, SE., Ketua DPW PKS Sulawesi Tengah H. Zainuddin Tambuala, dan Tokoh Masyarakat Palu Habib Syaikh Segaf Al Jufri yang sekaligus memimpin shalat jenazahnya.

Meskipun diliputi rasa duka yang mendalam, sang isteri yang tegar mengungkapkan rasa bangganya terhadap perjuangan sang suami, terlebih dengan sepak terjangnya untuk memberikan pemahaman kepada kaum muslimin khususnya di Sulawesi Tengah terhadap isu kemanusiaan Palestina.

Satu ungkapan Ustadz Muhammad dua hari sebelum kepergiannya, saat memberikan kajian tentang isu kemanusiaan Palestina, beliau mengatakan, “Andaikata, saya diminta untuk memilih amanah atau jabatan, saya akan memilih bersama KNRP, karena bersama lembaga kemanusiaan yang membantu perjuangan rakyat Palestina, lebih dekat menuju KESYAHIDAN.”

Selamat jalan Ustadz Muhammad, semoga kelak Allah SWT mengumpulkan bersama orang-orang baik yang engkau cintai. Cinta Allah dan rahmat-Nya, insya Allah, selalu menyertaimu.

Sungguh kematian adalah nasihat bagi yang hidup.

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 5.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Alumni Universitas Tadulako Sulawesi Tengah, Penulis Lepas, Trainer Nasional Faktor Destruktif Remaja Kemenpora RI, Trainer Nasional Character Building Kemenpora RI, Aktif di KAPMEPI Sulawesi Selatan.

Lihat Juga

Halaqah dan Solusi Hijrah

Figure
Organization