![ilustrasi (inet)](https://www.dakwatuna.com/wp-content/uploads/2014/11/ilustrasi-perbedaan-320x242.jpg)
dakwatuna.com – Perbedaan pandangan dalam masalah-masalah fiqih di kalangan para ulama terjadi karena beberapa alasan dan beberapa kondisi. Sikap terbaik dalam menghadapi perselisihan di antara ulama adalah sebagaimana ayat berikut:
ููุฅููู ุชูููุงุฒูุนูุชูู ู ููู ุดูููุกู ููุฑูุฏููููู ุฅูููู ุงูููููู ููุงูุฑููุณูููู ุฅููู ููููุชูู ู ุชูุคูู ูููููู ุจูุงูููููู ููุงููููููู ู ุงููุขุฎูุฑู ุฐููููู ุฎูููุฑู ููุฃูุญูุณููู ุชูุฃููููููุง
Kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Alquran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (An-Nisa: 59)
Ini adalah prinsip agung yang mesti diikuti oleh setiap muslim, yaitu mengembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya. Apa maksudnya?
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan:
ููุงูู ู ูุฌูุงููุฏู ููุบูููุฑู ููุงุญูุฏู ู ููู ุงูุณูููููู: ุฃููู: ุฅูููู ููุชูุงุจู ุงูููููู ููุณูููุฉู ุฑูุณูููููู
(ููููุฐูุง ุฃูู ูุฑู ู ููู ุงููููููุ ุนูุฒูู ููุฌููููุ ุจูุฃูููู ููููู ุดูููุกู ุชูููุงุฒูุนู ุงููููุงุณู ููููู ู ููู ุฃูุตูููู ุงูุฏููููู ููููุฑููุนููู ุฃููู ููุฑูุฏูู ุงูุชููููุงุฒูุนู ููู ุฐููููู ุฅูููู ุงููููุชูุงุจู ููุงูุณูููููุฉูุ ููู ูุง ููุงูู ุชูุนูุงููู: ููู ูุง ุงุฎูุชูููููุชูู ู ููููู ู ููู ุดูููุกู ููุญูููู ููู ุฅูููู ุงูููููู (ุงูุดูููุฑูู:10
ููู ูุง ุญูููู ู ุจููู ููุชูุงุจู ุงูููููู ููุณููููุฉู ุฑูุณูููููู ููุดูููุฏูุง ูููู ุจูุงูุตููุญููุฉู ูููููู ุงููุญููููุ ููู ูุงุฐูุง ุจูุนูุฏู ุงููุญูููู ุฅููููุง ุงูุถููููุงูู
Mujahid dan lebih dari satu orang salaf berkata: yaitu kembalikan kepada kitabullah dan sunah Rasul-Nya. Ini adalah perintah dari Allah โAzza wa Jalla bahwa semua hal yang diperselisihkan manusia, baik perkara pokok-pokok agama dan cabang-cabangnya, maka hendaknya perselisihan itu dikembalikan menurut keterangan Alquran dan As-Sunnah. Sebagaimana firman-Nya: tentang sesuatu apapun kamu berselisih, Maka putusannya (terserah) kepada Allah. (Syura:10) Maka, apa-apa yang dihukumi oleh kitabullah dan sunah Rasul-Nya, dan hal tersebut dinyatakan benar oleh keduanya, maka itulah Al-haq (kebenaran), dan selain itu adalah kesesatan. (Tafsir Alquran Al-โAzhim, 2/345)
Ini yang pertama. Kemudian, jika kedua pihak merasa pendapatnyalah yang lebih sesuai dengan Alquran dan As-Sunnah dengan penelitian masing-masing, tanpa hawa nafsu dan fanatik, maka hendaknya mereka memegang dan meyakini pendapatnya itu, tanpa mengingkari pendapat saudaranya, apalagi meremehkannya, dan menyerang pihak yang berbeda.
Oleh karenanya, perlu nampaknya kita perhatikan nasihat dan contoh baik dari para imam terdahulu dalam menyikapi perselisihan ini.
Imam Abu Nuโaim mengutip ucapan Imam Sufyan Ats-Tsauri, sebagai berikut:
ุณููุงู ุงูุซูุฑู ูููู ุฅุฐุง ุฑุฃูุช ุงูุฑุฌู ูุนู ู ุงูุนู ู ุงูุฐู ูุฏ ุงุฎุชูู ููู ูุฃูุช ุชุฑู ุบูุฑู ููุง ุชููู
โJika engkau melihat seorang melakukan perbuatan yang masih diperselisihkan, padahal engkau punya pendapat lain, maka janganlah kau melarangnya.โ (Imam Abu Nuโaim Al-Asbahany, Hilyatul Auliyaโ, 3/133)
Berkata Imam an Nawawi Rahimahullah:
ููู ูู ููุง ููุชูุนููููู ุจูุงููุงุฌูุชูููุงุฏู ููู ู ูููููู ููููุนูููุงู ูู ู ูุฏูุฎูู ููููู ุ ููููุง ููููู ู ุฅูููููุงุฑู ุ ุจููู ุฐููููู ููููุนูููู ูุงุกู . ุซูู ูู ุงููุนูููู ูุงุก ุฅููููู ูุง ููููููุฑูููู ู ูุง ุฃูุฌูู ูุนู ุนููููููู ุฃูู ููุง ุงููู ูุฎูุชูููู ููููู ููููุง ุฅูููููุงุฑ ููููู ููุฃูููู ุนูููู ุฃูุญูุฏ ุงููู ูุฐูููุจููููู ูููู ู ูุฌูุชูููุฏู ู ูุตููุจู . ููููุฐูุง ูููู ุงููู ูุฎูุชูุงุฑ ุนูููุฏ ููุซููุฑูููู ู ููู ุงููู ูุญููููููููู ุฃููู ุฃูููุซูุฑูู ู . ููุนูููู ุงููู ูุฐูููุจ ุงููุขุฎูุฑ ุงููู ูุตููุจ ููุงุญูุฏ ููุงููู ูุฎูุทูุฆ ุบูููุฑ ู ูุชูุนููููู ููููุง ุ ููุงููุฅูุซูู ู ูุฑููููุน ุนููููู
โDan Adapun yang terkait masalah ijtihad, tidak mungkin orang awam menceburkan diri ke dalamnya, mereka tidak boleh mengingkarinya, tetapi itu tugas ulama. Kemudian, para ulama hanya mengingkari dalam perkara yang disepakati para imam. Adapun dalam perkara yang masih diperselisihkan, maka tidak boleh ada pengingkaran di sana. Karena berdasarkan dua sudut pandang setiap mujtahid adalah benar. Ini adalah sikap yang dipilih olah mayoritas para ulama peneliti (muhaqqiq). Sedangkan pandangan lain mengatakan bahwa yang benar hanya satu, dan yang salah kita tidak tahu secara pasti, dan dia telah terangkat dosanya.โ (Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, 1/131. Mawqiโ Ruh Al-Islam)
Jadi, yang boleh diingkari hanyalah yang jelas-jelas bertentangan dengan nash qathโi dan ijmaโ. Adapun zona ijtihadiyah, maka hendaknya menerima dengan lapang dada dan tidak saling mengingkari.
Imam As-Suyuthi Rahimahullah berkata dalam kitab Al-Asybah wa An Nazhair:
ุงููููุงุนูุฏูุฉู ุงููุฎูุงู
ูุณูุฉู ููุงูุซููููุงุซูููู ููุง ููููููุฑู ุงููู
ูุฎูุชููููู ููููู ููุฅููููู
ูุง ููููููุฑู ุงููู
ูุฌูู
ูุนู ุนููููููู
Kaidah yang ke-35, โTidak boleh ada pengingkaran terhadap masalah yang masih diperselisihkan. Sesungguhnya pengingkaran hanya berlaku pada pendapat yang bertentangan dengan ijmaโ (kesepakatan) para ulama.โ (Imam As-Suyuthi, Al-Asybah wa An Nazhair, 1/285)
Berkata Asy Syaikh Dr. Umar bin Abdullah Kamil:
ูุงูุงุฌุชูุงุฏ ุฅุฐุง ูุงู ููููุง ูุฃุตูู ุงูุงุฌุชูุงุฏ ูู ูุงูุฌ ุงูุงุณุชูุจุงุท ูู ุนูู ุฃุตูู ุงูููู ูุฌุจ ุนุฏู ุงูุฅููุงุฑ ุนููู ููุง ูููุฑ ู ุฌุชูุฏ ุนูู ู ุฌุชูุฏ ุขุฎุฑ ููุง ูููุฑ ู ููุฏ ุนูู ู ููุฏ ุขุฎุฑ ูุฅูุง ุฃุฏู ุฐูู ุฅูู ูุชูุฉ
โIjtihad itu, jika dilakukan sesuai dengan dasar-dasar ijtihad dan manhaj istimbat (konsep penarikan kesimpulan hukum) dalam kajian ushul fiqh (dasar-dasar fiqih), maka wajib menghilangkan sikap pengingkaran atas hal ini. Tidak boleh seorang mujtahid mengingkari mujtahid lainnya, dan tidak boleh seorang muqallid (pengekor) mengingkari muqallid lainnya, jika tidak demikian maka akan terjadi fitnah.โ (Dr. Umar bin Abdullah Kamil, Adab Al-Hiwar wal Qawaid Al-Ikhtilaf, hal. 43. Mauqiโ Al-Islam)
Al-Ustadz Hasan Al-Banna Rahimahullah menjelaskan -setelah Beliau menerangkan sebab-sebab perselisihan fiqih di antara umat Islam:
ูู ูุฐู ุฃุณุจุงุจ ุฌุนูุชูุง ูุนุชูุฏ ุฃู ุงูุฅุฌู ุงุน ุนูู ุฃู ุฑ ูุงุญุฏ ูู ูุฑูุน ุงูุฏูู ู ุทูุจ ู ุณุชุญูู ุจู ูู ูุชูุงูู ู ุน ุทุจูุนุฉ ุงูุฏูู ูุฅูู ุง ูุฑูุฏ ุงููู ููุฐุง ุงูุฏูู ุฃู ูุจูู ููุฎูุฏ ููุณุงูุฑ ุงูุนุตูุฑ ููู ุงุดู ุงูุฃุฒู ุงู ููู ููุฐุง ุณูู ู ุฑู ููู ููู ูุง ุฌู ูุฏ ููู ููุง ุชุดุฏูุฏ
โBahwa sebab-sebab itu membuat kita berkeyakinan bahwa upaya penyatuan dalam masalah furuโ adalah pekerjaan mustahil, bahkan bertentangan dengan tabiat agama ini. Allah menghendaki agar agama ini tetap terjaga dan abadi, dan dapat mengiringi kemajuan zaman. Untuk itu agama ini harus muncul dalam warna yang mudah, fleksibel dan lentur, tidak jumud atau keras.โ (Majmuโah Ar Rasa-il, hal. 26)
Dalam Risalah Al-Khamis beliau juga berkata:
ุฃู ุงูุฎูุงู ูู ุงููุฑุนูุงุช ุฃู ุฑ ุถุฑูุฑู ูุงุจุฏ ู ููุ ุฅุฐ ุฅู ุฃุตูู ุงูุฅุณูุงู ุขูุงุช ูุฃุญุงุฏูุซ ูุฃุนู ุงู ุชุฎุชูู ูู ููู ูุง ูุชุตูุฑูุง ุงูุนููู ู ุงูุฃููุงู ููุฐุง ูุงู ุงูุฎูุงู ูุงูุนุงู ุจูู ุงูุตุญุงุจุฉ ุฃููุณูู ูู ุงุฒุงู ูุฐูู ูุณูุธู ุฅูู ููู ุงูููุงู ุฉ ูู ุง ุฃุญูู ุงูุฅู ุงู ู ุงูู ุฑุถู ุงููู ุนูู ุญูู ูุงู ูุฃุจู ุฌุนูุฑ ููุฏ ุฃุฑุงุฏ ุฃู ูุญู ู ุงููุงุณ ุนูู ุงูู ูุทุฃ ุฅู ุฃุตุญุงุจ ุฑุณูู ุงููู ุต ุชูุฑููุง ูู ุงูุฃู ุตุงุฑ ูุนูุฏ ูู ููู ุนูู ูุฅุฐุง ุญู ูุชูู ุนูู ุฑุฃู ูุงุญุฏ ุชููู ูุชูุฉ ูููุณ ุงูุนูุจ ูู ุงูุฎูุงู ูููู ุงูุนูุจ ูู ุงูุชุนุตุจ ููุฑุฃู ูุงูุญุฌุฑ ุนูู ุนููู ุงููุงุณ ูุขุฑุงุฆูู ูุฐู ุงููุธุฑุฉ ุฅูู ุงูุฃู ูุฑ ุงูุฎูุงููุฉ ุฌู ุนุช ุงููููุจ ุงูู ุชูุฑูุฉ ุนูู ุงูููุฑุฉ ุงููุงุญุฏุฉ ูุญุณุจ ุงููุงุณ ุฃู ูุฌุชู ุนูุง ุนูู ู ุง ูุตูุฑ ุจู ุงูู ุณูู ู ุณูู ุงู ูู ุง ูุงู ุฒูุฏ ุฑุถู ุงููู ุนูู
โBahwa perselisihan dalam masalah furuโ (cabang) merupakan masalah yang mesti terjadi. Hal itu karena dasar-dasar Islam dibangun dari ayat-ayat, hadits-hadits dan amal, yang kadang dipahami beragam oleh banyak pikiran. Karena itu, maka perbedaan pendapat pun tetap terjadi pada masa sahabat dulu. Kini masih terjadi dan akan terus terjadi sampai hari kiamat. Alangkah bijaknya Imam Malik ketika berkata kepada Abu Jaโfar, tatkala Ia ingin memaksa semua orang berpegang pada Al-Muwathaโ (himpunan hadits karya Imam Malik), โIngatlah bahwa para sahabat Rasulullah telah berpencar-pencar di beberapa wilayah. Setiap kaum memiliki ahli ilmu. Maka apabila kamu memaksa mereka dengan satu pendapat, yang akan terjadi adalah fitnah sebagai akibatnya.โ
Bukanlah aib dan cela manakala kita berbeda pendapat. Tetapi yang aib dan cela adalah sikap fanatik (taโashub) dengan satu pendapat saja dan membatasi ruang lingkup berpikir manusia. Menyikapi khilafiyah seperti inilah yang akan menghimpun hati yang bercerai berai kepada satu pemikiran. Cukuplah manusia itu terhimpun atas sesuatu yang menjadikan seorang muslim adalah muslim, seperti yang dikatakan oleh Zaid radhiallahu โanhu. (Ibid, hal. 187) (usb/dakwatuna)
Redaktur: Samin Barkah
Beri Nilai: