Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Rasionalitas Emosional

Rasionalitas Emosional

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Struktur kejiwaan manusia, sangat mempengaruhi keberdayaan seseorang dalam menyikapi problema kehidupan. Dari situlah mengapa kesedihan menjadi pemusnah kegembiraan. Suatu saat kesedihan memang dibutuhkan, tapi bersaat-saat kegembiraan haruslah kita jaga. Sehingga di dalam Islam ada mekanisme Tazkiyatun Nafs (penyuciaan diri) yang biasa disebut dengan muhasabah. Muhasabah-lah yang menjadi pengontrol perilaku seorang muslim. Dan muhasabah menjadi salah satu pengimplementasian mengapa kesedihan itu dibutuhkan, bahkan terkadang harus dilakukan.

Di dalam rasionalitas emosional, seorang kader dakwah harus pandai mengatur emosi di dalam diri. Kita harus tahu kapan waktunya menghadirkan kesedihan, kapan waktunya harus menjaga kebahagiaan. Karena pengetahuan kita akan pengendalian emosi di dalam diri, menentukan ketepatan kita dalam sur’atul istijabah (kecepatan merespon) situasi. Sehingga para ahli pengembangan diri menyebut parameter kecerdasan emosional dengan istilah, Emotional Quotion (EQ). Dan rasionalitas emosional menjadi bagian kecil dari EQ. Sehingga ruhiyah kader dakwah yang baik, pasti ekuivalen dengen kecerdasan emosi di dalam dirinya.

Belajar dari kinerja pesawat dalam beroperasi. Maka ada 3 tahapan penting di dalam prosesnya : 1. Take off (lepas landas), 2. Cruising, 3. Landing (mendarat). Semua tahapan membutuhkan energi yang berbeda-beda. Energi terbesar dibutuhkan pada saat take off (lepas landas), karena take off merupakan fase terberat yang dihadapi mesin di dalam sebuah siklus penerbangan pesawat. Fase terberat kedua pada saat cruising, karena pada fase tersebut pesawat sudah seimbang, dan hanya membutuhkan kecepatan mesin yang konstan. Fase termudah ialah landing, karena pada fase ini sang pilot hanya perlu menurunkan kecepatan mesin.

Ketiga tahapan tersebut mencerminkan tingkat kecepatan yang berbeda, sesuai dengan siklus penerbangan yang ada. Karena energi pesawat sangat bergantung kepada kecepatan yang dikerahkan. Apalagi jika ada badai yang menghempas pesawat, tentunya mesin memerlukan energi lebih untuk melawan turbulensi tersebut. Sehingga kebutuhan tensi kecepatan pesawat yang tinggi sangat dipengaruhi oleh faktori internal berupa; bahan bakar& kinerja mesin, juga dipengaruhi faktor eksternal berupa; badai.

Inilah jawaban mengapa rasionalitas emosional harus dimiliki para pemimpin surgawi. Agar emosi yang terpancar tidak menjadi sia-sia. Agar kecepatan dalam perjuangan sesuai dengan konteks ruang dan waktu. Semuanya itu perlu dilatih, dan terus diupgrade terus-menerus. Agar aura kita dalam berkerja, selalu menjadi aura kebahagiaan. Karena pemimpin surgawi mengetahui kapan harus menaikkan dan menurukan intensitas emosional. Apalagi emosi yang terkontrol membuat kita menjadi ringan dalam berkerja, seberat apapun amanah yang diemban.

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswa Hubungan Internasional, FISIP UIN Jakarta.

Lihat Juga

Romantisme Agama dan Semunya Rasionalitas

Figure
Organization