Topic
Home / Berita / Internasional / Asia / Forum Para Aktivis Dunia Islam ke-6 (Aliansi Internasional Penyelamatan Al-Quds dan Palestina)

Forum Para Aktivis Dunia Islam ke-6 (Aliansi Internasional Penyelamatan Al-Quds dan Palestina)

Konferensi Aliansi Internasional Penyelamatan Al-Quds dan Palestina di Istanbul, Turki (aspacpalestine.com)
Konferensi Aliansi Internasional Penyelamatan Al-Quds dan Palestina di Istanbul, Turki (aspacpalestine.com)

dakwatuna.com – Istanbul. Turki kembali menjadi tuan rumah sebuah konferensi internasional (21-23 Oktober 2014), kali ini Aliansi Internasional untuk Penyelamatan al-Quds dan Palestina yang memiliki agenda annual meeting para aktivis dari berbagai negara. Bekerja sama dengan Turk-Arap Iliskileri Merkezi dan beberapa organisasi regional, di antaranya Asia Pacific Community for Palestine, forum internasional ini digelar selama tiga hari.

Pada hari pertama, para aktivis perempuan dari berbagai negara berkumpul untuk merancang program bersama dan bertukar pengalaman sebelum mendeklarasikan komitmen bersama bergabung dalam Aliansi Perempuan Internasional untuk Palestina. Indonesia diwakili oleh Adara Relief Internasional, dan di akhir acara para santriwati dari Nurul Fikri Islamic Boarding School, Lembang, menyuguhkan penampilan kesenian angklung, khas Jawa Barat.

Acara umum forum aktivis ini dibuka pada pagi hari Rabu, 22 Oktober 2014. Bertempat di Ball Room Hotel Kaya Ramada Plaza yang terletak di Beylik Duzu di Istanbul, acara ini dihadiri beberapa tokoh penting baik perwakilan pemerintah Turki maupun NGO dan tokoh-tokoh Turki, juga beberapa tokoh dari negara-negara Arab.

Saud Abu Mahfouzh, mewakili penyelenggara menyampaikan visi misi Aliansi Internasional untuk Palestina beliau menyampaikan latar belakang berdirinya organisasi ini juga beberapa capaiannya.

Sambutan kedua, mewakili tuan rumah disampaikan oleh Dr. Nuruddin Nabati, salah seorang wakil AK Party. Beliau menyampaikan ucapan selamat datang dengan penuh kehangatan kepada para aktivis dari berbagai negara. Prakata yang didahului pemutaran potongan pidato Erdogan ini sangat menyentuh, menegaskan dukungan Turki secara penuh kepada Al-Quds, Masjid al-Aqsha dan Palestina umumnya. “Sekarang adalah sesi bertukar pikiran dan berbicara pada dunia, di lain waktu ada saatnya kita ungkapkan lebih kuat dengan bekerja dan berbuat. Masing-masing memiliki tempat dan waktunya” Dr. Nuruddin menyemangati para peserta konferensi, beliau melanjutkan, “Para birokrat, politisi, ulama dan semua unsur sosial di tengah masyarakat harus kita libatkan untuk mendukung saudara-saudara kita di Palestina”

“Dan terakhir yang tak kalah pentingnya, saat saya saksikan banyak perempuan di sini. Mereka adalah para ibu yang memiliki sensitivitas tinggi, kasih sayang dan jiwa keibuan yang tidak dimiliki oleh selain mereka. Mari tularkan kepada perempuan di seluruh dunia untuk mendoakan saudari-saudari mereka di Palestina dengan penuh ketulusan dan jiwa keibuan mereka”

Sesi sambutan ketiga disampaikan oleh Kamal Khatib, salah satu orang dekat Syeikh Raid Shalah aktivis pembela Masjid al-Aqsha di Al-Quds. Dalam sambutannya Syeikh Kamal memberikan analogi hijrah sebagai perjuangan yang menginspirasi. Terkhusus apa yang dilakukan oleh Asma’ binti Abi Bakar, simbol para murabithin yang gigih menunggui gua dan membuntuti ayahnya serta Nabi Muhammad SAW untuk mensuplay makanan. Maka saat ini di al-Quds dan Masjid al-Aqsha ada ribuan Asma’ lainnya yang menunggui Masjid al-Aqsha menjauhkannya dan menjaganya dari sentuhan para penjajah Israel.

“Ketahuilah, bahwa Zionis Israel bukanlah yang pertama yang melakukan kejahatan kepada Masjid al-Aqsha. Mereka lupa bahwa sejarah akan mengulangi akhir dari segala bentuk penistaan”.

Syeikh Kamal berterimakasih kepada semua aktivis di seluruh dunia yang turut serta membela Masjid al-Aqsha meski mereka tak melihat secara langsung apa yang terjadi sesungguhnya. Penistaan dan penghancuran yang nyata. Beliau mengecam orang-orang yang mengetahui kondisi ini tetapi lebih memilih diam. Beliau bahkan menganalogikan dengan sebuah cerita. Ada tida orang pemuda yang berperangai buruk berkumpul. Kemudian mereka saling menantang, siapa diantara mereka yang paling buruk akhlaknya, paling jahat dan paling hina.

Tak lama setelah itu lewatlah seorang peremuan setengah baya, salah satu dari mereka tiba-tiba menamparnya, kemudian tertawa sambil berkata, “Aku yang paling hina di antara kita. Lihat apa yang aku lakukan pada perempuan ini”

Pemuda kedua kemudian bangkit dan –maaf- memperkosa perempuan tersebut, kemudian berteriak sambil tertawa, “Aku yang lebih buruk dari kamu. Lihatlah apa yang aku lakukan padanya”

Tak lama setelah itu, pemuda ketika tertawa sambil berteriak, “Akulah yang paling buruk dari kalian!”

Kedua temannya penuh heran bertanya, “Bagaimana mungkin. Kamu bahkan tidak melakukan apa-apa”

Pemuda tersebut bertanya, “Tahukah kalian siapa perempuan aniaya itu?”

Kedua temannya menggelengkan kepala.

“Dia adalah ibuku. Dan aku tak melakukan apa-apa untuk membelanya!”

Itulah kehinaan bagi mereka yang mengetahui apa yang terjadi di al-Quds dan Masjid al-Aqsha yang merupakan segala-galanya bagi umat Islam tapi mereka diam tak berbuat apa-apa untuk membelanya.

Syeikh Kamal Khatib mengkritik OIC yang bermaksud menggulirkan program Al-Quds sebagai ibukota pariwisata Islam pada tahun 2016.

“Kami ingin umat Islam berbondong-bondong ke Al-Quds seperti Shalahuddin yang menaklukkan dan mengembalikan al-Quds kepada umat Islam. Bukan sebagai turis dan para pelancong”

Ketua Asia Pacific Community for Palestina juga menyampaikan sambutannya pada acara ini. Dr. Saiful Bahri, MA mendahului sambutannya dengan doa.

“Mahasuci Dzat yang menautkan hati Aus dan Khazraj dengan iman. Mahasuci Dzat yang menurunkan cinta pada nabi-Nya di hati Shofiyah binti Huyay. Mahasuci Dzat yang menolong Shalahuddin al-Ayubiy, Taklukkan al-Quds dan kembalikan Masjid al-Aqsha ke pangkuan alam Islamiy. Ya Allah, bebaskan Masjid al-Aqsha dari tangan para zionis dan para perampas”

Dalam sambutannya Saiful menyampaikan kerugian yang dialami oleh Bangsa Yahudi Madinah saat Aus dan Khazraj berdamai, karena selama ini merekalah yang mensuply senjata dan ikut memprovokasi terjadinya peperangan yang terjadi di antara dua suku besar tersebut bertahun-tahun lamanya.

“Maka, siapa yang akan merugi? Siapa yang akan kecewa? Dengan bersatunya faksi-faksi di Palestina. Dengan bersatunya bangsa-bangsa Arab. Dengan bersatunya umat Islam di seluruh dunia!”

Pada kesempatan tersebut, Saiful menadabburi awal surat al-Isra’. Mengapa Allah SWT tak mengisra’kan Nabi Muhammad SAW langsung dari Masjid al-Haram ke Sidratil Muntaha. Mengapa singgah terlebih dahulu ke Masjid al-Aqsha. Di antara hikmahnya adalah untuk menunjukkan bahwa Masjid al-Aqsha menjadi tanggungjawab umat Nabi Muhammad SAW. Terlebih setelah beliau menegaskan dalam sabdanya, satu kesatuan tiga masjid yang disunnahkan dan dianjurkan untuk mengunjunginya.

Pada kesempatan ini juga dihadiri beberapa tokoh penting dari berbagai negara. Termasuk di antaranya perwakilan kepresidenan Turki yang menghadirkan Prof. Dr. Kudret Bulbul, penasehat presiden Turki urusan hubungan luar negeri.

Pada sesi sore hari secara marathon di meeting room ada dua pertemuan bersambung.

Pertama, Asia Pacific Community for Palestine selama dua jam melakukan pertemuan dengan para anggotanya, NGO-NGO dari Asia Pacific yang banyak dihadiri dari Indonesia dan Malaysia. Pertemuan yang dihadiri oleh representasi pimpinan Aliansi Internasional untuk Penyelamatan Al-Quds tersebut membahas beberapa program strategis ke depan yang akan di seriusi di forum berikutnya. Aspac for Palestine Forum ke 4 kali ini selain memaparkan program jangka pendek, menengah dan panjang juga menjadi forum tukar pengalaman dari berbagai NGO. ASPAC memulainya dengan karya andalannya, Ensikoledia Mini Masjid al-Aqsha (EMAS) dan beberapa kerja jaringannya. Adara Relief Internasional melengkapi dengan buku cerita tiga bahasa, Rose to Rose dari Malaysia menjelaskan proyek mereka yang membuat komik untuk remaja berbasis dari data-data yang ada di Buku EMAS. Dompet Dhuafa juga menjelaskan program pendidikan dan dongeng anak. Sementara Sekolah Islam Nurul Fikri bersama jaringan sekolah Islam dan pondok pesantren juga memaparkan beberapa kegiatannya. Demikian juga program kemanusiaan dari KNRP (Komite Nasional untuk Rakyat Palestina). Beberapa NGO lainnya melengkapi dan melontarkan beberapa ide dan gagasannya. Aspac Forum ini juga dihadiri oleh Syeikh Ikhsaan Hendricks seorang ulama terkemuka di Afrika Selatan dari Capetown, yang juga ikut menyampaikan rasa bangganya karena Islam di Afrika Selatan berasal dari Indonesia dan wilayah sekitarnya.

Setelah Aspac Forum selesai Majelis Umum Aliansi Internasional untuk Penyelamatan al-Quds dan Palestina diadakan. Pertemuan kali ini membahas laporan kegiatan satu tahun (2014) dan membahas program 2015 serta berbagai kendala internal dan eksternal organisasi. Acara yang diadakan di meeting room tersebut bersamaan dengan presentasi current issue di Masjid al-Aqsha di ruang utama yang dilanjutkan dengan pentas seni. Acara hari kedua ini ditutup dengan ramah tamah dan makan malam bersama. (msy/aspc/dakwatuna)

Redaktur: Muh. Syarief

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Wakil Direktur Studi Informasi Alam Islami (SINAI) Mesir 2008

Lihat Juga

Opick: Jangan Berhenti Bantu Rakyat Palestina!

Figure
Organization