
dakwatuna.com – Pernahkah kau menatap matanya?
Tatapan lusuh, sayup memudar di bawah bias mentari
Bilakah kau lihat bibir mungilnya?
Pucat dan terbungkam dalam tubuh lunglai terkulai
Gadis kecil itu, di kolong jembatan
Suaramu parau nyaris tergilas suara bising ibukota
Hari bagimu hanya siang dan malam
Pergantian waktu tegas melapukan jiwa ragamu
Sebatang kara
Kadang hati kecilmu terusik tentang cinta
Tentang rindu yang telah kau kubur dalam
Tak ada satu pun narasi mampu kaudendang
Saat keindahan melintas sekitar ragamu
Saat seorang ibu mendekap erat bayi dalam gendongan
Saat seorang bocah menuntun santun sang kakek
Saat putri kecil menggelayut mesra di tangan ayahnya
Saat muda-mudi tergelak ceria
Saat satu keluarga bergandengan bahagia
Bagimu, semua itu hanya impian yang tak pantas
Gadis kecil di kolong jembatan…
Kembali tubuhmu didera luka dan duka
Kau akrabi mata-mata jalang
Kadang bercengkrama pada kekejaman
Kerap melenggang dalam amukan orang sekitar
Tak ada kasih sayang yang datang
Pilihan bagimu: bertahan atau berpulang
—
Catatan buatku dan kepada hati nurani…dimana kita “titipkan” mereka?
Redaktur: Pirman
Beri Nilai: