Topic
Home / Narasi Islam / Politik / Prajurit Abu Ubaidah dan Koruptor di Indonesia

Prajurit Abu Ubaidah dan Koruptor di Indonesia

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Islam terkenal dengan pasukan militernya yang gagah berani menghadapi musuh. Dalam kurun waktu 23 tahun saja, pasukan Islam sudah bisa menguasai Jazirah Arab. Bahkan, pasukan Islam bisa mengalahkan dua negara besar sekaligus pada zaman itu; Persia dan Romawi. Pasukan Islam bertempur dengan gigih, disiplin, semangat, dan penuh pengorbanan. Mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka sampai titik darah penghabisan. Hanya dua tujuan mereka untuk berjihad fi sabilillah, yaitu memenangkan Islam atas musuh-musuhnya dan mendapat kemuliaan, atau gugur sebagai syuhada. Apakah rahasia mereka dalam memenangkan pertempuran? Tidak lain dan tidak bukan adalah karena rahmat Allah dan ketakwaan mereka kepada-Nya.

Persia, salah satu negara superpower saat itu memiliki militer yang kuat. Selain itu, mereka punya kendaraan perang yang tidak dimiliki oleh pasukan Islam, yaitu tentara gajah. Orang-orang Persia menggunakan gajah sebagai kendaraan perang yang kuat untuk mengalahkan lawan-lawannya. Umat Islam yang pertama kali berhadapan dengan tentara gajah Persia harus berpikir keras bagaimana caranya mengalahkan tentara gajah tersebut. Akhirnya, dengan memotong tali pengikat beban di atas punggung gajah tersebut, pasukan Islam dapat menggulingkan musuh dan mengalahkan pasukan bergajah dengan efektif, meskipun ada beberapa tentara Islam yang gugur diinjak gajah tersebut.

Peristiwa penaklukan Persia tersebut terjadi ketika Umar bin Khattab menjadi khalifah, menggantikan Abu Bakar Ash-Shiddiq yang meninggal akibat sakit yang dideritanya. Orang yang ditunjuk sebagai Panglima perang untuk penaklukan Persia adalah Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, salah satu sahabat Rasulullah Saw. yang dijamin masuk surga.

Abu Ubaidah merupakan salah satu sahabat terbaik Rasulullah Saw. Ketika Perang Uhud, Abu Ubaidah mencabut potongan besi yang menancap di pipi Rasulullah dengan giginya. Besi pun terlepas dari pipi Rasulullah, namun gigi Abu Ubaidah tanggal karena begitu kerasnya besi yang menancap. Gambaran peristiwa ini menunjukkan begitu cintanya Abu Ubaidah kepada Rasulullah Saw.

Ketika perang antara Islam dengan Persia berlangsung, Abu Ubaidah memimpin pasukannya dengan penuh kebijaksanaan. Singkat cerita, Abu Ubaidah beserta pasukannya berhasil menguasai Istana Putih Persia milik Kisra. Dengan ditaklukkannya Persia, benarlah sabda Rasulullah ketika membangun parit sebelum dimulai Perang Ahzab bahwa Islam akan menaklukkan Istana Putih Persia.

Islam memang rahmatan lil’ alamin. Pasukan Islam yang dipimpin Abu Ubaidah tidak melakukan tindakan kekerasan, pembunuhan, pengrusakan, atau bahkan pemaksaan pindah agama terhadap warga Persia yang beragama Zoroaster (Majusi). Inilah yang disebut toleransi, membiarkan orang lain memeluk agama yang diyakininya dan tidak memaksa untuk pindah agama. Namun di zaman sekarang ini, toleransi umat beragama seringkali disalahartikan dengan mengikuti ritual atau tradisi agama lain, Allahu a’lam.

Ghanimah (harta rampasan perang), merupakan bagian yang tidak terpisahkan ketika suatu negara/kaum memenangkan peperangan. Ketika pasukan Islam mengumpulkan ghanimah, ternyata banyak sekali harta yang dikumpulkan mengingat begitu besar dan kayanya Kerajaan Persia. Ghanimah yang sudah dikumpulkan tersebut segera dikirimkan ke Madinah untuk dibagikan kepada Kaum Muslimin oleh Amirul Mukminin Umar bin Khattab. Satu hal yang mungkin membuat kita terlupa akan salah satu momen penaklukan ini adalah begitu amanahnya Abu Ubaidah dan para pasukannya, mengapa?

Kerajaan Persia begitu kaya dengan harta benda yang berada dimilikinya. Ghanimah yang dikirim pasukan Islam dari Persia ke Madinah tidak ada yang berkurang satu pun. Bukankah hal ini menunjukkan bahwa pasukan Islam penakluk Persia begitu amanah sampai-sampai tidak berani mengambil ghanimah barang satu koin pun? Bukankah mereka mempunyai harta rampasan perang yang begitu banyak sehingga jika diambil satu koin pun tidak akan berarti apa-apa? Bukankah suatu hal yang luar biasa mengingat bangsa Arab dahulunya adalah bangsa yang terbelakang dan buruk perilakunya, sekarang menjadi bangsa yang besar karena ajaran Islam?

Amanah, memang suatu tanggung jawab yang besar. Bandingkan pasukan Islam penakluk Persia yang dipimpin Abu Ubaidah di atas dengan pejabat-pejabat korup yang ada di Indonesia. Mayoritas pasukan Islam saat itu adalah masyarakat kalangan bawah. Meskipun mereka merasa kekurangan, mereka tidak berani mengambil barang yang bukan haknya. Lain halnya dengan koruptor di Indonesia. Mereka sudah kaya, namun mereka memperkaya diri dengan uang yang bukan haknya; uang rakyat. Tidak hanya di kalangan pejabat saja, bahkan korupsi ini sudah terjadi di kalangan masyarakat. Sudah menjamurkah “tradisi” korupsi di Indonesia yang mayoritas masyarakatnya adalah Muslim?

Korupsi memang harus dihapuskan. Hal ini hanya akan terjadi jika masyarakat sudah kembali memegang teguh Al-Quran dan sunah serta menerapkan Islam sebagai hukum dan panduan hidup sehari-hari. Jika syariat sudah ditegakkan, masihkah ada orang yang melakukan korupsi walaupun hanya satu rupiah saja?

Shahibul Muslimin, mari kita jadikan Al-Quran dan sunah sebagai pedoman hidup sehari-hari agar kita merasakan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

“Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat.” (Ali Imran: 132).

Allahu A’lam.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Penulis buku "Dakwah Online", pendidik, webmaster, aktivis. Mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro UPI 2011. Kepala Divisi Teknologi dan Informasi UKM KI Al-Qolam UPI. Pimpinan Redaksi UmatMuhammad.com

Lihat Juga

Tegas! Di Hadapan Anggota DK PBB, Menlu RI Desak Blokade Gaza Segera Dihentikan

Figure
Organization