Pertanyaan:
dakwatuna.com – Assalamuโalaikum wr wb. Sebelumnya saya mohon maaf jika mengganggu kesibukan Antum. Ada beberapa pertanyaan terkait dengan shalat tepat waktu dan persepsi shalat pada waktunya. Studi kasusnya seperti ini.
Di tempat kerja saya, ada 7 karyawan terdiri dari 6 laki, dan 1 perempuan yang mempunyai peran sesuai dengan jobdesknya masing-masing. Manager, Keuangan, Admin, Kasir, Logistik, dan 2 orang operator mesin.
Waktu kerjanya dari jam 8 pagi hingga jam 5 sore. Pada saat Istirahat dan waktu shalat Zhuhur dan Ashar, Toko ini tentu tidak bisa tutup. Maka ada yang jaga sekitar 2-3 orang. Nah, ada satu orang yang bersih kukuh untuk shalat berjamaah tepat waktu. Namun, dia berada di posisi kasir. Dengan Alasan mendahulukan kepentingan akhirat. Sedangkan pelanggan di tempat kami bekerja intensitasnya sangat sering pengunjung. Kecuali pas shalat Jum’at. Menurut Antum, bagaimana solusinya ustadz? Jazakallah khair. (Findik Surya)
Jawaban:
Wa โAlaikum Salam wa Rahmatullah wa Barakatuh. Bismillah wal Hamdulillah wash Shalatu was Salamu โAla Rasulillah wa โAla Aalihi wa Shahbihi wa Man waalah, wa baโd:
Jazakallah khairan kepada saudara penanya, Findik Surya โฆ semoga Allah Taโala selalu menaungi Antum, keluarga, dan kaum muslimin yang istiqamah dengan hidayah dan rahmat-Nya.
Diperintahkan Shalat Di awal waktu
Shalatย ย di awal waktu memiliki perintah dalam agama dan mengandung keutamaan yang banyak, bahkan disebut sebagai amal yang lebih utama dibanding berbakti kepada kedua orang tua dan jihad fi sabilillah.
Dari Hanzhalah Radhiallahu โAnhu, bahwa Rasulullah Shallallahu โAlaihi wa Sallam bersabda:
” ู ููู ุญูุงููุธู ุนูููู ุงูุตููููููุงุชู ุงููุฎูู ูุณู: ุฑููููุนููููููุ ููุณูุฌููุฏููููููุ ููููุถููุฆููููููุ ููู ูููุงูููุชููููููุ ููุนูููู ู ุฃููููููููู ุญูููู ู ููู ุนูููุฏู ุงููููุ ุฏูุฎููู ุงููุฌููููุฉู ” ุฃููู ููุงูู: ” ููุฌูุจูุชู ูููู ุงููุฌููููุฉู “
โBarang siapa yang menjaga shalat lima waktu; baik rukuknya, sujudnya, wudhunya, waktu-waktunya, dan dia tahu bahwa itu adalah hak yang berasal dari Allah, maka dia masuk surga.โ Atau Beliau bersabda: โwajib baginya surga.โ (HR. Ahmad No. 18345, juga 18346 dengan lafazh: hurrima โalan naar โ diharamkan neraka baginya. Syaikh Syuโaib Al Arnauth mengatakan: shahih bisyawaahidihi โ hadits ini shahih dengan berbagai riwayat lain yang menguatkannya. Lihat Taโliq Musnad Ahmad, 30/287)
Rasulullah Shallallahu โAlaihi wa Sallam pernah ditanya oleh Abdullah bin Masโud Radhiallahu โAnhu:
ุฃ ููู ุงููุนูู ููู ุฃูุญูุจูู ุฅูููู ุงูููููู ููุงูู ุงูุตููููุงุฉู ุนูููู ููููุชูููุง ููุงูู ุซูู ูู ุฃูููู ููุงูู ุซูู ูู ุจูุฑูู ุงููููุงููุฏููููู ููุงูู ุซูู ูู ุฃูููู ููุงูู ุงููุฌูููุงุฏู ููู ุณูุจูููู ุงููููู
ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย โAmal apakah yang paling Allah cintai?โ Rasulullah menjawab: โShalat tepat waktu,โ Orang itu bertanya: โKemudian apa lagi?โ Beliau menjawab: โBerbakti kepada kedua orang tua.โ Orang itu bertanya lagi: โKemudian apa lagi?โ Beliau menjawab: โJihad fi sabilillah.โ ย (HR. Bukhari No. 527,ย 2970 dan Muslim No. 139)
Dari sini kita bisa mengetahui keutamaan yang sangat tinggi tentang shalat tepat waktu, bahkan lebih Allah Taโala cintai dibanding berbakti kepada kedua orang tua dan jihad fi sabilillah.
Imam Ibnu Baththal menjelaskan sebagai berikut:
ย ย ููููู ุฃูููู ุงููุจูุฏูุงุฑู ุฅูููู ุงูุตููููุงุฉู ููู ุฃูููููู ุฃูููููุงุชูููุง ุฃูููุถูู ู ููู ุงูุชููุฑูุงุฎูู ูููููุง ุ ููุฃูููููู ุฅููููู ูุง ุดูุฑูุทู ูููููุง ุฃููู ุชูููููู ุฃูุญูุจู ุงููุฃูุนูู ูุงูู ุฅูุฐูุง ุฃููููู ูุชู ููููููุชูููุง ุงููู ูุณูุชูุญูุจูู .
ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย โDalam hadits ini ditegaskan bahwa bersegera shalat pada waktunya merupakan perbuatan paling utama dibanding mengulur-ngulur waktu, karena tepat waktu merupakan syarat amal tersebut menjadi amal yang paling utama, maka ditegakkannya shalat pada waktunya, itulah yang dianjurkan.โ ย ย (Imam Ibnu Baththal, Syarh Shahih Al Bukhari, 2/157. Lihat juga Al Hafizh Ibnu Hajar, Fathul Bari, 2/9)
Menunda shalat tanpa alasan syarโi
Dalam hal ini, Allah Taโala berfirman:
ูููููููู ููููู ูุตููููููู (4) ุงูููุฐูููู ููู ู ุนููู ุตูููุงุชูููู ู ุณูุงููููู (5)
โMaka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.โ (QS. Al Maโuun: 4-5)
Apakah makna orang-orang yang lalai dari shalatnya? Beragam makna disampaikan para mufassir generasi salaf,ย di antara mereka ada yang menafsirkan ayat itu sebagai orang yang mengulur waktu shalat.
Imam Abu Jaโfar bin Jarir Ath Thabari mengutip beberapa perkataan para ulama salaf sebagai berikut:
ุนู ู ุตุนุจ ุจู ุณุนุฏุ ูุงู: ููุช ูุฃุจูุ ุฃุฑุฃูุช ููู ุงููู ุนุฒู ูุฌูู :( ุงูููุฐูููู ููู ู ุนููู ุตููุงุชูููู ู ุณูุงููููู ) : ุฃูู ุชุฑููุงุ ูุงู: ูุง ูููู ุชุฃุฎูุฑูุง ุนู ููุชูุง.
ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย Dari Mushโab bin Saโad, dia berkata: Aku bertanya kepada ayahku, โapa pendapatmu tentang ayat: โYaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya,โ apakah itu maksudnya meninggalkan shalat?โ Ayahku menjawab: โBukan, tetapi mengakhirkannya dari waktunya.โ
ุนู ุงุจู ุนุจุงุณุ ูู ูููู:( ุงูููุฐูููู ููู ู ุนููู ุตููุงุชูููู ู ุณูุงููููู ) ูุงู: ุงูุฐูู ูุคุฎููุฑูููุง ุนู ููุชูุง.
ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย Dari Ibnu Abbas, dia berkata tentang ayat: โOrang-orang yang lalai dari shalatnya,โ yaitu orang-orang yang mengakhirkannya dari waktunya.โ
Dan masih banyak lagi para ulama salaf yang menafsirkan demikian. ย (Imam Abu Jaโfar bin Jarir Ath Thabari, Jami al bayan fi Taโwil Al Quran, Juz. 24, Hal. 631. Muasasah ar Risalah Cet. 1, 2000M-1420H. Tahqiq: Syaikh Ahmad Muhammad Syakir)
Demikianlah keutamaan menyegerakan shalat di awal waktunya dan ancaman bagi mereka yang suka menunda-nunda tanpa alasan.
Lalu bagaimana jika kita memiliki udzur syarโi yang membuat dia mengalami masyaqqat (berbagai kesulitan) untuk dapat di awal waktu dan berjamaah? Jika kita memiliki berbagai udzur tersebut, maka dimaafkan shalat tidak pada awal waktunya sebagaimana keterangan nash-nash berikut.
Tertunda karena udzur syarโi
Dari Abdullah bin Fadhaalah, dari Ayahnya, katanya:
ุนููููู ูููู ุฑูุณูููู ุงูููููู ุตููููู ุงูููู ุนููููููู ููุณููููู ู ููููุงูู ูููู ูุง ุนููููู ูููู ยซููุญูุงููุธู ุนูููู ุงูุตููููููุงุชู ุงููุฎูู ูุณูยปุ ููุงูู: ููููุชู: ุฅูููู ููุฐููู ุณูุงุนูุงุชู ููู ูููููุง ุฃูุดูุบูุงูู ููู ูุฑูููู ุจูุฃูู ูุฑู ุฌูุงู ูุนู ุฅูุฐูุง ุฃูููุง ููุนูููุชููู ุฃูุฌูุฒูุฃู ุนูููููุ ููููุงูู: ยซุญูุงููุธู ุนูููู ุงููุนูุตูุฑูููููยป
ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย ย Rasulullah Shallallahu โAlaihi wa Sallam mengajarkan saya, di antara yang pernah dia ajarkan adalah: โJagalah shalat yang lima.โ Aku berkata: โSaya memiliki waktu-waktu yang begitu sibuk, perintahkanlah kepada saya dengan suatu perbuatan yang jika saya lakukan perbuatan itu, saya tetap mendapatkan pahala yang cukup.โ Beliau bersabda: โJagalah shalat al โashrain. โ (HR. Abu Daud No. 428, Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 51, 717, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 2188, Ibnu Abi โAshim dalam Al Aahad wal Matsaani No. 939, Ath Thabarani dalam Al Muโjam Al Kabir No. 826. Hadits ini dishahihkan oleh Al Hafizh Ibnu Hajar. (Al Imtaโ Al Arbaโin, Hal. 48), Imam Al Hakim: shahih sesuai syarat Imam Muslim. (Al Mustadrak No. 717), dan disepakati oleh Imam Adz Dzahabi. Syaikh Al Albani juga menshahihkan. (As Silsilah Ash Shahihah No. 1813))
Dalam riwayat tersebut dijelaskan tentang shalat Al โAshrain adalah:
ย ยซุตูููุงุฉู ููุจููู ุทููููุนู ุงูุดููู ูุณูุ ููุตูููุงุฉู ููุจููู ุบูุฑููุจูููุงยป
Shalat sebelum terbit matahari (Shalat Subuh) dan Shalat sebelum tenggelam matahari (shalat Ashar). (Ibid)
Dalam hadits ini nabi mengajarkan kepada sahabatnya untuk menjaga shalat lima waktu, tetapiย ย sahabat itu mengeluh kepada Nabi Shallallahu โAlaihi wa Sallam, tentang kesulitannya menjaga shalat lima waktu itu, lalu nabi memerintahkan dia untuk menjaga shalat subuh dan Ashar. Apa maksudnya? Apakah berarti dia boleh meninggalkan shalat lainnya karena kesibukannya, dan dia cukup shalat subuh dan Ashar saja? Bukan itu! Sangat mustahil nabi memerintahkan sahabat itu hanya shalat subuh dan Ashar tapi meninggalkan shalat wajib lainnya. Tetapi makna hadits ini mesti diartikan bahwa dia sangat sibuk dan kesulitan untuk menjaga shalat berjamaah, maka dia dianjurkan oleh nabi untuk menjaga shalat berjamaah subuh dan Ashar, bukan menjaga shalat subuh dan Ashar semata-mata.
Inilah Al Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah, dia telah menjelaskan hadits ini dengan begitu bagus sebagai berikut:
ููููู ุงููู ูุชูู ุฅูุดูููุงู ููุฃูููููู ููููู ุฌูููุงุฒ ุงููุงููุชูุตูุงุฑ ุนูู ุงููุนูุตูุฑูููู ููููู ูู ุฃูู ูุญู ู ุนูู ุงููุฌูู ูุงุนูุฉ ููุง ุนูู ุชูุฑูููุง ุฃุตูุง ููุงูููููู ุฃูุนูููู ู
Pada redaksi hadits ini nampak ada hal yang membingungkan, karena seakan nabi membolehkan cukup dengan shalat al ashrain (subuh dan Ashar), kemungkinan maksud hadits ini adalah tentang meninggalkan shalat berjamaah, bukan meninggalkan shalatnya itu sama sekali. Wallahu Aโlam. (Al Imtaโ Al Arbaโin, Hal. 48)
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani Rahimahullah menambahkan:
ูุงูุชุฑุฎูุต ุฅูู ุง ูุงู ู ู ุฃุฌู ุดุบู ูู ูู ุง ูู ูู ุงูุญุฏูุซ ููุณู. ูุงููู ุฃุนูู
Rukhshah (keringanan) ini terjadi hanyalah karena kesibukan yang dimiliki orang itu sebagaimana keterangan dalam hadits tersebut. Wallahu Aโlam. (As Silsilah Ash Shahihah No. 1813)
Demikianlah, kesibukan apa pun yang mendatangkan kesulitan untuk shalat pada awal waktu, boleh bagi seseorang untuk tidak shalat tepat waktu dan berjamaah. Inilah di antara udzur syarโi itu. Tetapi, ini hanya berlaku bagi kesibukan pada aktivitas yang halal dan bermanfaat bagi kehidupan manusia di dunia dan akhirat, bukan kesibukan karena kesia-siaan apalagi sibuk karena perkara haram dan maksiat.
Bahkan dibolehkan pula menunda shalat dari awal waktunya, karena sedang menuntut ilmu atau mengajarkan ilmu. Ini berdasarkan riwayat Imam Muslim berikut:
ุนููู ุนูุจูุฏู ุงูููููู ุจููู ุดูููููู ููุงูู ุฎูุทูุจูููุง ุงุจููู ุนูุจููุงุณู ููููู ูุง ุจูุนูุฏู ุงููุนูุตูุฑู ุญูุชููู ุบูุฑูุจูุชู ุงูุดููู ูุณู ููุจูุฏูุชู ุงููููุฌููู ู ููุฌูุนููู ุงููููุงุณู ูููููููููู ุงูุตููููุงุฉู ุงูุตููููุงุฉู ููุงูู ููุฌูุงุกููู ุฑูุฌููู ู ููู ุจูููู ุชูู ููู ู ููุง ููููุชูุฑู ููููุง ููููุซูููู ุงูุตููููุงุฉู ุงูุตููููุงุฉู
ููููุงูู ุงุจููู ุนูุจููุงุณู ุฃูุชูุนููููู ูููู ุจูุงูุณูููููุฉู ููุง ุฃูู ูู ูููู ุซูู ูู ููุงูู ุฑูุฃูููุชู ุฑูุณูููู ุงูููููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ุฌูู ูุนู ุจููููู ุงูุธููููุฑู ููุงููุนูุตูุฑู ููุงููู ูุบูุฑูุจู ููุงููุนูุดูุงุกู ููุงูู ุนูุจูุฏู ุงูููููู ุจููู ุดูููููู ููุญูุงูู ููู ุตูุฏูุฑูู ู ููู ุฐููููู ุดูููุกู ููุฃูุชูููุชู ุฃูุจูุง ููุฑูููุฑูุฉู ููุณูุฃูููุชููู ููุตูุฏูููู ู ูููุงููุชููู
Dari Abdullah bin Syaqiq, dia berkata: Ibnu Abbas berkhutbah kepada kami, pada hari setelah โAshar sampai matahari terbenam, hingga nampak bintang-bintang, sehingga manusia berteriak: โshalatย … shalat ..!โ Lalu datang laki-laki dari Bani Tamim yang tidak hentinya berteriak: shalat… shalat! Maka Ibnu Abbas berkata: โApa-apaan kamu, apakah kamu hendak mengajari saya sunah?โ, lalu dia berkata: โSaya telah melihat Rasulullah Shallallahu โAlaihi wa sallam menjamak antara Zhuhur dan Ashar, serta Maghrib dan Isya.โ Berkata Abdullah bin Syaqiq: โMasih terngiang dalam dada saya hal itu, maka aku datang kepada Abu Hurairah, aku tanyakan dia tentang hal itu, dia membenarkan keterangan Ibnu โAbbas tersebut.โ ย ย (HR. Muslim No. 57). Demikian. Wallahu Aโlam.
Jadi, dari keterangan berbagai hadits dan penjelasan ulama, kita mendapat pelajaran bahwa bolehnya menunda shalat dari awal waktunya jika mengalami alasan yang dibenarkan syariat, seperti menuntut ilmu, berbagai kesibukan dan kesulitan yang membuatnya boleh menjamak shalat seperti sakit, takut terhadap orang kafir, hujan, safar, cuaca panas dan dingin yang ekstrim, bencana alam, atau pekerjaan yang tidak dimungkin ditinggalkan pas bersamaan shalat itu dan jika ditinggalkan akan melahirkan mudharatย yang berbahaya bagi hasil pekerjaannya, seperti: dokter sedang membedah pasien, penjaga pintu kereta, penjaga keamanan negara, pasar,ย apalagi jika jumlah mereka sedikit dan sulit ย mencarikan penggantinya.
Namun demikian โsaran saya- janganlah keadaan itu terjadi secara terus menerus. Harus ada upaya membuat keadaan kembali normal dan wajar.ย ย Dengan itu kita bisa kembali pada aturan awalnya shalat yakni dilakukan di awal waktunya. Memang seharusnya keadaan normal dan wajar ini yang kita usahakan, dan terus dijaga keberlangsungannya, dan jangan pula kita dikalahkan oleh keadaan yang tidak wajar dan normal terus menerus. Kitalah yang mengatur kesibukan, jangan kesibukan kita yang memperbudak kita. Demikian jawaban dan saran saya.
Khusus buat kasus saudara penanya, mungkin bisa ditugaskan kepada pegawai wanita ketika jam-jam shalat untuk menjaga di tempat kasir karena wanita tidak dianjurkan shalat di masjid. Atau jika ada yang non muslim, mungkin bisa didelegasikan dulu kepada mereka. Bisa juga dengan menambah jumlah SDM yang baru, dan sebagainya.
Wallahu Aโlam
Wa Shallallahu โAla Nabiyyina Muhammadin wa โAla Aalihi wa Shahbihi wajmain.
Redaktur: Ardne
Beri Nilai: