Topic
Home / Narasi Islam / Dakwah / Menelaah Dakwah dari Sudut Pandang Sirah Nabawiyah

Menelaah Dakwah dari Sudut Pandang Sirah Nabawiyah

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Dakwahdakwatuna.com – Tulisan ini hanyalah sekedar analisa sederhana terhadap kasus yang sedang melanda PKS akhir-akhir ini, dikaji dari sudut pandang sejarah kenabian Muhammad SAW, dalam perjuangan beliau, khususnya peristiwa yang terjadi disekitar masa awal Kenabian, hijrah ke Thaif, hingga Perang Ahzab. Penulis mencoba mengungkap fakta sejarah dan kemudian mengambil beberapa poin penting dari sisi sisi peristiwa yang memiliki kemiripan perjalanan sejarah singkatnya, kemudian menukik secara khusus dan menelaah lebih detail pada periode antara kondisi seputar perang Badar, Uhud, dan Ahzab dengan sejarah kemunculan PKS hingga  prahara yang menimpa PKS belakangan ini.

RUANG LINGKUP PEMBAHASAN

Kerangka pembahasan ini dimulai dari analisa dan telaah terhadap latar belakang, anatomi gerakan, mainstrem dan opini gerakan, reputasi sejarah, sikap dan perlawanan, pergulatan politik, konfrontasi fisik dan factor-faktor yang melatarbelkanginya. Teknik pembahasan dilakukan dengan cara mengungkap fakta sejarah kemudian dikorelasikan segi-segi kemiripan dengan kasus yang sedang menimpa PKS.

Latar Belakang Gerakan dan Reputasi Sejarah

Dunia Islam mengenal sebutan Jahiliyyah yang merupakan sebutan khusus terhadap sikap dan perilaku masyarakat Arab yang jauh dari peradaban maju dan mulia kala itu, sekiatar pada abad 6 Masehi. Dalam kondisi yang tak menentu itu,  Muhammad SAW hadir membawa konsep atau ajaran pembaharuan yang secara substansi ajaran tersebut berbeda dan bertentangan secara diametral dengan keyakinan dan perilaku relegius dari masyarakat Arab yang musyrik kala itu. Sebenarnya konsep yang di bawa Rasulullah SAW bukanlah konsep yang sama sekali baru, melainkan konsep yang dahulu pernah diajarkan oleh para Nabi dan Rasul sebelumya, (hal ini dapat diketahui dari penyebutan subyek pelakunya dengan kata musyrikiin). Karena dalam perjalannya kemudian konsep dan pengamalan dari ajaran ini mengalami penyimpangan yang dilakukan oleh para penganut ajaran tersebut, maka Allah SWT sebagai pemilik dan sumber dari ajaran ini bermaksud meluruskannya kembali, dan dalam rangka itulah Muhammad SAW diutus. Misi kehadiran Muhammad SAW adalah mengembalikan konsep dan ajaran agama ini kepada substansi keasliannya, yaitu ajaran Tauhid dengan bentuk implementasinya dalam kehidupan nyata secara benar.

Pada titik inilah gerakan ini mendapat perlawanan yang sangat serius, dimulai dari pelecehan hingga upaya pembunuhan. Padahal sebelum Rasulullah Muhammad SAW diutus menjadi Nabi, masyarakat telah memberikan gelar Al-Amin, yang artinya orang yang dapat dipercaya, atau dalam makna yang lebih luas adalah orang yang memiliki kredibelitas moral terbaik yang dibuktikan dengan berbagai sifat-sifat dan akhlaq terpuji dalam kehidupan sehari hari di masyarakatnya.

Anatomi Gerakan

Tema yang diusung dan diketengahkan oleh Rasulullah SAW adalah berorientasi pada Tauhid, dengan menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah, ditakuti, dan dicintai sekaligus. Dan menjadikan Rasulullah SAW sebagai model bagi penghambaan dan ketaatan kepada Allah SWT. Makna syahadatain sesungguhnya adalah menjadikan Allah SWT sebagai central dari orbit semesta amal dengan menjadikan Rasulullah SAW sebagai panduan dalam putaran orbit semesta itu. Sesungguhnya Tuhan yang dikenalkan oleh Rasulullah SAW kepada masyarakat jahiliyyah kala itu adalah juga Tuhan yang mereka kenal dan mereka sembah selama ini. Hanya ketika ditilik dari sisi motivasi, tatacara penyembahan, serta objek sembahannya telah mengalami banyak penyimpangan yang serius. Konsekuensi dari bentuk penyimpangan yang sudah terlanjur mengakar dan mentradisi ini terasa teramat berat ketika masyarakat Arab jahiliyyah harus mengubahnya, dengan mengikuti pola baru yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Terlebih ketika mereka mendapati bahwa sosok yang harus mereka teladani adalah Rasulullah SAW adalah manusia biasa, yang secara usia masih muda, yang menurut tradisi mereka, dalam kedudukan yang demikian itu bukanlah seseorang yang patut ditaati. Sebab dalam tradisi mereka bahwa orang muda tidak boleh menjadi guru bagi yang lebih tua.

Artinya dalam masalah ini bangsa Arab terhalang oleh dua persoalan, yaitu persoalan kesiapan mengubah orientasi dan tujuan disatu sisi, dan kesiapan untuk mengikuti arahan dan tatacara ibadah yang baru, dan mencontoh kepada golongan yang patut dicontoh dan diiukti agamanya di sisi yang lain. Kritik dan perlawanan yang dilakukan Rasulullah SAW terhadap masyarakat Arbah jahiliyyah mencakup semua ranah kehidupan. Pada sistem agama dan peribadatan, beliau melakukan pelurusan aqidah, dengan hanya tunduk dan menyembah kepada satu Tuhan, yaitu Allah SWT, dan menjadikan Rasulullah sebagai model dari aplikasi ketundukan dan keta’atan tersebut. Dalam sistem sosial diantaranya menyoroti sistem sosial yang tidak manusiawi, ketika perbudakan sesama manusia masih terjadi, perempuan yang hak-haknya  terjajah dan terzalimi oleh kaum pria, penindasan terhadap kaum yang lemah, dan prostitusi yang merajalela. Pada ranah ekonomi Islam datang untuk memastikan keadilan ekonomi bagi semua warga, dengan mengembangkan model dan semangat berbagi dan tolong menolong, serta menolak system ribawi dan rente yang sangat menguntungkan penguasa dan orang kaya atau pemilik modal. Dalam sistem Hukum dan Pemerintahan Rasulullah menolak adanya kekuasaan mutlak yang tak tersentuh oleh hukum dan keadilan, dan menolak distribusi kekuasaan bukan berdasarkan kelaikan dan kepatutan. Sistem Koalisi dalam Islam menolak sistem sistem koalisi yang mewujud dalam dinamika pembagian kekuasaan berdasarkan kesukuan dan fanatisme sempit, yang selama ini dimaknai sebagai sikap membela habis-habisan terhadap ide dan perilaku indidvidu atau kelompok tertentu, tanpa memandang benar atau salah. Kontrak politiknya bersifat fanatisme sempit, sarat dengan politik kepentingan,  dan tak memiliki pijakan moralitas yang baik. Bahkan pembelaan buta ini dapat menyeret pada perang suku yang memakan korban besar, dan jauh mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan, yang sekaligus menurunkan derajat kemanusiaan mereka.

Inilah model cara beragama yang baru yang dicetuskan oleh Muhammad SAW, yang mengaitkan antara sistem nilai, keyakinan dengan akhlak mulia, ssstem peribadatan dengan sistem sosial, ekonomi, kekauasaan, agama dan pemerintahan, dan seluruh aspek kehidupan manusia. Prinsip dan konsep keterpaduan inilah yang kemudian menjadi arus keyakinan baru yang ditentang dan mendapat perlawanan serius oleh bangsa Arab, sebab pada kenyataannya sistem inilah yang menggugat dan mengganggu eksistensi dan kemapanan para penguasa saat itu.

Sikap, Perlawanan, dan Pergulatan Politik

Bentuk-bentuk perlawanan dan serangan kaum musyrikin kepada Rasulullah SAW pada awalnya memang terkesan bersifat menyerang individu Rasulullah SAW, dengan melancarkan tuduhan-tuduhan palsu, antara lain mulai dari penyair, tukang sihir, pendusta, dan orang gila. Namun sesungguhnya operasi politik juga bertujuan melemahkan, dan bahkan memukul dan membunuh gerakan dakwah Islam.  Inilah fase pergulatan politik yang amat mematikan bagi pribadi Rasulullah SAW dan kaum muslimin, karena pihak musuh berhasil melakukan berbagai upaya dengan menghalalkan segala cara untuk menempatkan kaum muslimin dalam objek dan sasaran tembak kemarahan publik yang tak terbendung lagi.

Tujuan dari tuduhan yang dilancarkan kepada Rasulullah SAW sebagai seorang  penyair dan tukang sihir, adalah upaya suntuk membuat keragu-raguan dan penyesatan terhadap publik dari informasi dan kenyataan yang sesungguhnya. Tuduhan pendusta dan gila adalah upaya  untuk melakukan degradasi dakwah melalui demoralisasi terhadap Rasulullah SAW dan para pengikutnya.

Tuduhan tersebut dilakukan secara sadar, sistematis, kolaboratif, dan massif, dikemas dengan sangat baik, dengan public sebagai sasarannya.

Sadar artinya dilakukan dengan penuh perhitungan, memiliki tujuan dan sasaran, serta target yang diinginkan. Sistematis berarti melibatkan seluruh lapisan masyarakat dengan beragam kelompok, profesi dan usia, dan juga melibatkan institusi-institusi resmi Negara. Kolaboratif berarti melibatkan pihak lain sebagai steakholder, yaitu media, dan dilakukan secara terkoordinasi dan bersifat mutualisme. Massif berarti dilakukan secara serentak, dan terus menerus, diberbagai media, dengan sasaran dan jangkauan yang sangat luas.

Apa yang menimpa PKS hari ini lebih mirip sebagai upaya pemburukan citra, yang dilakukan terhadap kalangan elit politiknya, orang orang yang berada disekelilingnya, dengan menjadikan KPK sebagai aktor lapangan yang berkolaborasi secara mutual dengan beberapa atau banyak media, baik cetak maupun elektronik. Upaya pembusukan citra ini berlangsung secara sistematis dan terkoordinasi secara matang. Upaya pemberangusan ini mendapat suplai SDM secara mutualisme dari kalangan dan pihak tertentu, yang merasa diuntungkan dengan operasi pilitik ini, kemudian memanfaatkan momentum ini sekaligus sebagai wahana untuk melampiaskan dendam lama terhadap PKS. Pihak-pihak yang diduga mengambil keuntungan dan ikut menjadi penumpang gelap dalam operasi ini adalah Partai Politik, sedangkan pihak yang sakit hati adalah orang-orang yang tersingkir dari PKS, dan yang melampiaskan dendam lebih diwarnai benturan kepentingan, baik bermotiv ekonomi ataupun ideology. Kelompok yang berlatarbelakang ideology yang berseberangan dengan PKS ini disinyalir banyak bercokol dibeberapa institusi, baik Partai Politik, Lembaga Negara tertentu (seperti KPK misalnya), LSM (seperti LPSK, ICW), dan berbagai MEDIA. Sudah diketahui oleh publik bahwa beberapa petinggi partai politik di negeri ini memiliki lebih dari satu media, baik cetak maupun elektronik.

Konfrontasi Fisik

Pada periode Dakwah Makkiyah, upaya pemberangusan terhadap gerakan dakwah dimulai dari pencitraan buruk terhadap pemimpinnya, pembunuhan karakter dengan menuduh dan memfitnahnya dengan berbagai hal buruk yang tidak dilakukannya, membujuk dan memalingkan dari jalan dakwah dengan tawaran dunia dan jabatan yang menggiurkan, membatasi akses dan gerak langkahnya dengan mengintimidasi orang-orang yang lemah, bahkan membunuh mereka secara keji, mengisolasi dengan perjanjian sepihak, dan kemudian berusaha membunuh para pemimpinnya. Ini berarti bahwa upaya terhadap pemberangusan dakwah tidak hanya dilakukan secara politis, namun juga dilakukan melalui terror dan penyiksaan secara fisik, sebagai bentuk perlawanan lanjutan.

Legitimasi yang dipinjam untuk melakukan hal tersebut dengan menggulirkan isu dalam rangka penggirngan opini publik, bahwa Rasulullah SAW telah membawa ajaran baru dengan doktrin yang sesat dan menyesatkan, memecah belah kesatuan bangsa, memisahkan istri dengan suaminya atau sebaliknya, mengajarkan anak berani melawan orang tuanya, budak berani membantah perintah tuannya, dan tuduhan palsu lainnya. Semua alibi palsu itu dilakukan oleh kaum musyrikin dengan alasan untuk mempertahankan keutuhan bangsa, melestarikan tradisi nenek moyang yang luhur, yang telah mendatangkan banyak keberkahan bagi mereka.

Setelah aksi perlawanan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat itu, kaum muslimin dan Rasulullah SAW mengalami masa-masa pahit dalam dakwah mereka, menerima berbagai perlakuan buruk yang melampaui batas kemanusiaan. Bahkan Rasulullah SAW juga termasuk sebagai objek yang mengalami peristiwa penyiksaan, dan percobaan pembunuhan, sebelum beliau berhijrah ke Madinah.

PASKA HIJRAH

HIJRAH SEBAGAI TITIK TOLAK KEBANGKITAN

Hijrah adalah upaya mencari lahan baru yang subur bagi dakwah Islam, karena kondisi psikologis, politik dan keamanan di Makkah sudah sangat memprihatinkan dan diprediksi tidak akan berdampak baik untuk masa depan dakwah, bahkan akan semakin memprihatinkan. Beberapa negeri telah dijajaki untuk dijadikan sebagai tempat dan objek baru bagi dakwah, diantaranya adalah Habasyah, Thoif, dan Madinah.

Ketika Rasulullah SAW berhijrah ke Thoif, maka kaum musyrikin Mekkah segera melakukan aksi pembusukan terhadap diri beliau, dengan menyebarkan berita dan tuduhan palsu tentang beliau. Akibat operasi pembusukan ini kemudian beliau diusir sambil diiringi dengan cacian dan lemparan batu-batu cadas keras, yang membuat beliau berdarah-darah, adalah cara keji yang amat menyakitkan. Disini pula kita menjadi mengerti bahwa media berperan penting dalam upaya melakukan operasi pembusukan ini. Namun Allah SWT tidak akan tinggal diam menyaksikan kekasih-Nya diusir, dihina, dan disakiti. Ia berkehendak memenangkan dakwah ini dengan cara-Nya sendiri, yang menjadi rahasia bagi semesta selama ini. Kemudian berhembuslah angin segar Madinah, memberi harapan akan masa depan dakwah dan kemenangan atas semua kesabaran, ketulusan, ketangguhan, dan keihkhlasan yang telah teruji selama ini.

Para sejarawan menilai bahwa persitiwa hijrah dianggap sebagai titik tolak kebangkitan dakwah Rasulullah SAW yang hampir punah kala itu. Inilah momentum yang kemudian mampu memutarbalikkan sejarah, dari kaum tertindas dan terusir, kemudian menjadi pemenang dan penentu peradaban. Dengan hijrah ini pulalah momentum penanggalan Islam dilakukan oleh Umar bin Khottob ra.

BADAR ADALAH PERTARUNGAN EKSISTENSI

Perang Badar adalah perang pertama yang terjadi antara Kaum Muslimin melawan Kaum Musyrikin Makkah. Perang ini terjadi di bulan Suci Ramadhan, tahun ke 2 sejak Rasulullah berhijrah. Kedua kubu bertemu di Sumur Badar, dengan kekuatan pasukan Kaum Muslimin sekitar 300 orang melawan Kaum Musyrikin yang berjumlah sekitar 1000 orang. Latar belakang perang ini adalah keluarnya kaum muslimin untuk mengambil hak milik mereka yang ditinggalkan di Makkah, yang kemudian diambil haknya secara paksa oleh kaum musyrikin, kemudian harta mereka dijual melalalui kafilah dagang Abu Sufyan di Damsyik atau Syam. Namun atas kehendak Allah SWT, kafilah besar itu lolos, dan kemudian yang dihadapi Rasulullah SAW adalah pasukan besar dengan persenjataan dan logistik yang lengkap. Perang yang sejatinya tak pernah dibayangkan, apalagi diinginkan oleh kaum muslimin. Sebuah keadaan yang amat sulit, namun mereka tak punya pilihan, kecuali maju dan lawan. Jumlah yang tak seimbang, kekuatan persenjataan yang amat berbeda, dan logistik yang ketersedianya berbeda  pula, memyebabkan secara peluang, kaum muslimin akan hancur dan kaum musyrikin akan menag telak. Namun dengan bebrbekal keyakinan akan janji Allah SWT yang selalu benar, atas kesabaran, kegigihan, kepatuhannya pada pimpinan, seraya memohon pertolongan kepada Aallah SWT, akhirnya Allah SWT memenangkan perang ini.

Inilah doktrin pertama yang sangat diyakini kaum muslimin, bahwa kekuatan aqidah, persatuan, dan ketaatan kepada pemimpin, jauh lebih hebat dari sekedar kekuatan materi, sebab pada hakikatnya yang akan mememangkan perang ini adalah Allah SWT, dan bukan kekuatan materi, media, popularitas, dan persenjataan, atau kekuatan duniawi lainnya. Secara teori, bila dalam perang ini kaum muslimin kalah, dan dengan sendirinya, atas kekalahan itu berarti dakwah Islam akan berakhir di sini, hancur bersama kekalahan itu. Oleh karena itu perang Badar Kubra ini juga merupakan perang yang memanangkan eksistensi dakwah dan kaum muslimin di muka bumi ini.

UHUD SEBAGAI MOMENTUM KONSOLIDASI

Paska kekalahan kaum musyrikin pada Perang Badar, dengan semangat dendam yang membara kemudian mereka memobilisasi sejumlah besar pasukan menuju Madinah untuk memerangi kaum muslimin, jumlah mereka sekitar 3000 orang. Mendengar informasi ini kemudian Rasulullah SAW menyiapkan pasukannya, keluar dari Madinah untuk menjemput mereka, di sekitar bukit Uhud. Keputusan Rasulullah SAW melakukan strategi perang di luar kota Madinah ini, meskipun sudah diambil melalui mekanisme syuro,  namun masih ditentang oleh sejumlah orang. Dalam perjalanan menuju Uhud ini, akhirnya terjadi pembelotan sekitar 300 pasukan yang kembali ke Madinah dan tidak berniat perang, serta tidak tunduk kepada hasil kesepakatan untuk berperang. Perang ini terjadi pada bulan Syawal tahun ketiga hijriah. Periode pertama perang ini dimenangkan oleh kaum muslimin, namun pada putaran berikutnya kaum muslimin mengalami kekalahan telak, pasukan mereka kocar-kacir, dan Rasulullah SAW dan para sahabat pilihan terluka cukup serius. Isu yang dihembuskan dalam kancah perang ini adalah gugurnya Rasulullah SAW, sebagai upaya pelemahan terhadap pasukan kaum muslimin. Penyebab kekalahan atau kemenangan yang tertunda ini setidaknya terindikasi pada dua hal, yaitu : 1. Tergoda harta rampasan perang yang ditinggalkan musuh, yang kemudian menimbulkan 2. Ketidaktaatan kepada pemimpin mereka. Sebenarnya ini bukan fenomena umum, karena hanya terjadi pada beberapa pasukan pemanah saja yang ditempatkan diatas bukit Uhud oleh Rasulullah SAW.

Momentum kemenangan yang tertunda ini dijadikan oleh Rasullah SAW dan sahabatnya untuk melakukan konsolidasi secara matang, agar hal ini tidak terjadi dikemudian hari. Disebut kemenangan tertunda, karena sejak awal Rasulullah SAW mengabarkan kepada kaum muslimin bahwa Allah SWT akan memenangkan perang ini, namun akibat ada factor kelalaian, akhirnya janji Allah SWT itu ditunda, hingga kemudian diwujudkan dalam perang besar selanjutnya, yaitu perang Ahzab. Dikahir perang Uhud ini pihak kamum musyrikin telah membuat janji untuk bertemu dan berperang kembali tahun depan di Sumur Badar, dan janji itu disanggupi oleh Rasulullah SAW.

AHZAB MERUPAKAN TITIK BALIK KEMENANGAN

Rasulullag SAW menepati janji kepada musuhnya setahun yang lalu, kemudian beliau keluar dari Madinah dengan membawa 1500 orang menuju Badar, tempat yang disepakati mereka untuk bertempur kembali. Namun disatu sisi ternyata pasukan musyrikin yang sudah berangkat menuju Badar, karena dilanda ketakutan dan kecemasan, akhirnya mereka sepakat untuk mundur dan pulang ke Makkah, dan memutuskan secara sepihak untuk tidak melanjutkan perang yang mereka janjikan kepada Rasulullah SAW. Kenyataan ini terus menyandera kaum musyrikin dalam sikap kekalahan yang amat memalukan bagi bangsa Arab kala itu. Kemudian datanglah kepada mereka sejumlah pemimpin kabilah Yahudi Bani Nadhir untuk membantu kaum musyrikin mengalahkan kaum muslimin. Mereka juga berjanji untuk memobilisasi kekuatan seluruh kekuatan yahudi, dan kekuatan lain yang ada disekitar Madinah, yaitu kabilah Arab Badui, yang selama ini sebagian diantara mereka sudah terikat perjanjian damai dengan kaum muslimin. Berangkatlah sekitar 4000 pasukan Makkah, kemudian bergabung dengan pasukan lainnya dari kalangan yahudi dan arab badui, sehingga jumlah mereka mencapai sekitar 10.000 pasukan. Jumlah yang kala itu mengalahkan banyaknya jumlah seluruh penduduk Madinah, termasuk didalmnya adalah bani Quraizhah yang sebelum perang ini meletus masih setia dengan perjajanjian bersama kaum muslimin.

Perang ini lebih mirip dengan perang konspirasi tiga pihak, yaitu Yahudi yang bertindak sebagai akctor utama atau aktor intelektual, Kaum Musyrikin Makkah sebagai kekuatan status quo, dan Arab Badui sebagai penumpang gelap. Mereka bertemu dalam satu titik kepentingan, yaitu melakukan maker untuk menghancurkan Rasulullah SAW dan kaum muslimin, serta dakwah Islam. Strategi tersebut dilawan dengan strategi bertahan (Defensif Aktif), dibarengi dengan perang urat syaraf sebagai strategi Ofensif Strategis, oleh Rasulullah SAW dan sahabatnya. Perang ini berlangsung cukup lama, kurang lebih satu bulan, dengan kemenangan besar di pihak kaum muslimin. Jumlah yang gugur dari kedua belah pihaktidaklah banyak, 6 dari kaum muslimin, dan 12 dari pihak musuh. Disebut perang Ahzab karena konspirasi dalam perang ini melibatkan banyak pihak, dan disebut perang Khondaq karena strategi Rasulullah dalam perang ini menggunakan parit yang amat sulit ditembus oleh musuh.

KONSEKUENSI DAN REALITAS PKS SEBAGAI GERAKAN DAKWAH DAN POLITIK

Sebelum PKS mengalami metamorphoses menjadi sebuah gerakan Partai Politik, mereka adalah sebuah gerakan pendidikan dan moral yang diusung oleh anak-anak muda dan mahasiswa, yang lebih dikenal dengan gerakan tarbiyyah. Gerakan ini muncul sebagai bentuk koreksi dan perlawanan atas arus yang sudah mengakar kuat di Rezim Pemerintahan Suharto, yaitu KKN (Korupsi Kolusi dan Nepotisme) yang telah menjadi model standart dalam perilaku pemerintahannya. Isu politis yang digulirkan adalah gerakan untuk perubahan atau Reformasi Total di bidang pemerintahan (struktur lembaganya), birokrasi (system penataan, regulasi dan operasinya), dan hukum (konten, regulasi, judifikasinya). Sedangkan isu religious yang diusung adalah gerakan pembaharuan dibidang keagamaan, korelasi, dan implementasinya dalam kehidupan nyata.

Gerakan Dakwah ini kemudian menjadii gerakan Islam kontemporer, yang oleh karenanya berkiprah diberbagai bidang amal dalam rangka melayani masyarakat. Dibidang sosial gerakan tarbiyyah ini berhasil merebut simpati masyarakat dengan berbagai aksi bakti social, mulai dari pelayanan kesehatan, penyelenggaraan pendidikan usia non formal, aktif terjun menjadi relawan terdepan dalam berbagi macam bencana alam, dsb. Dibidang pendidikan, gerakan tarbiyyah telah mampu menjadi teladan sekaligus inspirasi dan model baru bagi dunia pendidikan, dengan menemukan dan mengimplementasikan konsep pendidikan terpadu, yang mengintegrasikan antara nilai-nilai agama, moralitas, pengetahuan, dan prakteknya dalam muatan kurikulumnya, dan menjadikan pembentukan karakter sebagai dasar dan model pendidikannya. Gerakan ini kemudian menjadi gerakan dan kekuatan social yang patut diperhitungkan. Dalam beberapa hal gerakan ini mirip dengan semangat dan gerakan pembaharuan yang dilakukan oleh Imam Ibnu Taimiyyah, dan secara anatomi lebih mirip kepada gerakan Ikhwanul Muslimin yang didirikan Imam Hasan Al-Banna di Mesir.

Dalam aksi reformasi yang menggulingkan rezim Soeharto, gerakan ini tampil ke depan memimpin dan menjadi arus utama perubahan itu, mengusung Amin Rais sebagai salah satu tokoh reformasi, berbaur bersama seluruh lapisan masyarakat dan TNI sebagai pengawal reformasi bersejarah itu.

Dengan semua bentuk aksinya, akhirnya gerakan ini diterima sebagai bahagian dari unsure penting masyarakat, karena dianggap memberikan kontribusi bermanfaat kepada masyarakat. Penerimaan dan pengakuan masyarakat ini (sebagai bentuk Al-Amin) kemudian menjadi modal bagi gerakan ini untuk melanjutkan perjuangannya dengan membentuk lembaga politik praktis.

Dalam kiprahnya sebagai lembaga politik, dalam perkembangan ijtihadnya, di Parlemen PKS beberapa kali melakukan koalisi strategis dengan beberapa partai politik, dalam kontrak politik yang sudah disepakati, dengan semangat amar ma’ruf nahi munkar. Namun dalam perjalanannya koalisi tersebut terlihat tidak berjalan secara mulus, hal itu disebabkan masing-masing yang terlibat dalam kontrak politik tersebut memiliki penafsiran berbeda terhadap esensi koalisi, kemudian diterjemahkan sesuai dengan kepentingan politiknya masing-masing. PKS menganggap bahwa semangat dan bingkai kontrak politik itu adalah amar makruf nahi munkar, bukan asal dukung tanpa melihat esensi dari kebijakan itu sendiri. Terhadap kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat, dan cenderung menguntungkan partai politik tertentu, PKS seringkali berbeda sikap dengan para partai lainnya yang berada dalam satu atap di koalisi. Sikap PKS yang berani berbeda, dan konsisten memperjuangkan kepentingan rakyat justru ditafsirkan sebagai sebuah bentuk pengkhianatan kepada koalisi, dan tidak dimaknai sebagai koreksi atas kekeliruan paradigma berkoalisi dalam kontrak politik yang HARUS SALING DUKUNG DAN MENUTUP MATA TERHADAP SEGALA BENTUK KEZALIMAN REKAN KOALISI yang salah kaprah selama ini. Slogan membela kepentingan rakyat, berjuang untuk Negara, seolah hanyalah bualan dan jualan politik, yang pada praktiknya malah justru mengambil keuntungan kelompok sendiri atas nama rakyat dan negara. Hal ini menggambarkan praktik politik sectarian ala zaman jahiliyyah yang terus dipelihara untuk membela kepentingan dan hegemoni kelompok, dengan megatasnamakan kepentingan rakyat, bangsa, dan Negara.

Keseringan berbeda sikap dengan rekan partai dalam satu koalisi ini, sikap getol PKS yang konsisiten memberangus korupsi yang melibatkan partai partai yang satu atap dalam koalisi tersebut membuat jengah dan gerah mereka yang berada dalam satu koalisi, dan PKS dianggap sebagai duri dalam daging koalisi. Hali ini dapat menjadi alasan untuk menjerat PKS, dengan jaring-jaring dan perangkap yang sudah disiapkan, sebagai amunisi untuk menyerang PKS.

Sesungguhnya PKS hadir untuk mencoba menjembatani cara beragama yang lurus dalam semua kehidupan, yang nilai dan ajaran saling berkorelasi, sehingga menampilkan harmoni dalam niat, kata, sikap, dan perbuatan, dan bukan hanya menjadi retorika politik, slogan kosong diruang public,  dan ritual kenegaraan yang kering, semu dan jauh, atau bahkan menyimpang dari makna Islam itu sendiri.

Perlawanan PKS kepada hegemoni dan kendali kekuatan asing dalam bidang ekonomi berbasis pertanian, salah satunya dilakukan melalui Kementan, dalam bentuk aksi swasembada daging sapi, dengan mulai memberdayakan para peternak lokal untuk memeliharan sapi sendiri, sejalan dengan itu mulai mengurangi kuota impor sapi dari negeri Paman Sam. Aksi yang lainnya adalah melakukan pengetatan kebijakan impor produk hortikultura. Keberanian PKS yang memihak kepada rakyat ini, tentu menyulut kemarahan pihak-pihak yang terganggu dengan kebijakan ini, baik pihak lokal maupun asing. Tak terkecuali pemerintah AS dan Australia yang selama ini menjadi mitra importir dalam komoditas hewan dan pangan seperti disebutkan dimuka.

Kemudian hari hari belakangan ini kita menyaksikan prahara yang mendera PKS, seolah diserang habis-habisan oleh pemberitaan media yang terlalu sinis, curiga, dan amat berlebihan. Mendapat perlakuan dari institusi penegak hukum yang seolah sakral dan anti salah, yaitu KPK yang terkesan tebang pilih, arogan, disikriminatif, atraktif, dan sangat kental dengan nuansa politis ini. PKS merasa sedang dizalimi, sedang dijadikan sebagai musuh dan target operasi bersama, oleh berbagai pihak yang sama-sama punya kepentingan untuk melemahkan dan kemudian memberangus PKS sehabis-habisnya. Modus ini dimulai dengan melakukan kriminalisasi dan pembusukan terhadap Presiden PKS kala itu, yaitu LHI yang dijadikan sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap kuota impor daging sapi di Kementan. PKS meyakini bahwa LHI hanyalah sebagai sasaran tembak antara, untuk membidik dan menjatuhkan PKS sebagai sebuah gerakan dakwah dan politik yang mengusung perubahan, dan getol melakukan dukungan terhadap aksi pemberantasan korupsi.

Hari ini PKS merasa sedang menjalani sunnah dakwah yang justru harus berbenturan dengan kekuatan tirani, yang berkonspirasi dengan pihak-pihak yang memiliki kepentingan yang sama untuk mengkerdilkan PKS, kemudian memberangusnya hidup-hidup sebelum PKS berkembang menjadi gerakan fenomenal seperti di berbagai Negara, sebut saja Turki dan Mesir misalnya. Sebagai sebuah institusi dakwah, PKS merasa sedang menjalani masa-masa yang dahulu juga dialami oleh para Nabi dan Rasul, yaitu mengalami masa titik balik pengingkaran dari kaumnya yang selama ini atau sebelumnya telah menyaksikan kebaikan-kebaikan yang ada pada PKS. Semua kebaikan itu seolah sirna begitu saja, atau setidaknya adalah dituduh sebagai upaya mencari popularitas untuk tujuan politis, sekaligus penipuan terhadap public. Dilain pihak kita melihat KPK  mesra bergandengan tangan dengan berbagai media yang terindikasi dan terkesan gemar dan gencar turut secara aktif melakukan pembusukan yang sistematis dan massif terhadap PKS.

Tapi justru dengan semua kenyataan yang dialaminya kini, kader PKS semakin solid, dan meyakini bahwa meraka berada dijalan yang benar, dan menganggap bahwa prahara yang menimpa itu sesuai dengan janji Allah SWT kepada hamba-Nya yang sedang berjuang membela Agama, Rakyat, Bangsa dan Negara dan Kemanusiaan, dan untuk tujuan mulia  itu mereka harus berhadapan dengan semua kenyataan pahit ini. Mereka juga meyakini, bahwa kemenangan itu hanya masalah waktu dan pasti akan segera tiba, dan semua makar, konspirasi, dan tipu daya, fitnah, tuduhan palsu, festivalisasi busuk itu pasti akan terkuak, dan pasti akan musnah, kalah secara meyedihkan dan lebih meyakitkan. Kini yang harus terus mereka lakukan adalah dengan semangat Cinta, terus menerus melakukan koreksi dan konsolidasi, terus berjuang dan berkontribusi tanpa henti, bersujud secara ikhlas kepada Yang Maha Mematahkan Konspirasi, dan berkomitmen dalam dakwah mereka, sampai akhir hayat mereka, dengan semboyan sakral mereka, “hidup mulia dan atau mati syahid dalam dakwah ini“. Selamat berjuang PKS dan seluruh kadernya, rakyat sedang menunggu aksi ikhlas yang cerdas dari kalian, dan Allah sedang menanti dan ingin melihat siapa yang terbaik amalnya diantara kalian, dan Ia sudah menyiapkan ganjaran yang PANTAS untuk kalian. Hasbunallaah wa ni’mal wakiil, ni’mal Maulaa wa ni’man Nashiir. Allaahummastur ‘aaurootii wa aamin rou’aatinaa.

Wallaahu A’lam bish-showaab

Redaktur: Aisyah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (3 votes, average: 10.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Ada Dakwah di Dalam Film End Game?

Figure
Organization