Topic
Home / Narasi Islam / Dakwah / Menjaga Keutuhan Dakwah

Menjaga Keutuhan Dakwah

Refleksi untuk Mengiringi Penetapan Para BCAD dan ABCD

Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Menjelang pemilihan umum (Pemilu) legislatif, selalu ada prosesi pembahasan yang panjang dan bertanggung jawab, untuk menentukan Bakal Calon Anggota Dewan (BCAD). Demikian pula dalam menyambut Pemilu tahun 2014 ini. Sebagian kecil kader akan ditetapkan sebagai BCAD, yang diberi amanah berjuang melakukan dakwah di parlemen. Sebagian sahabat bergurau, akan menjadi ABCD (Aleg Bukan, Caleg Doang). Ssssstt…. Jangan dipikirin istilah ABCD itu, cuma canda saja…..

Obsesi Adalah Energi

Dalam Majelis kemarin (Rabu 28/11/2012) yang berlangsung sejak jam 09.00 hingga 00.30 WIB di Markaz Dakwah, ada ungkapan yang sangat menarik dari ustadz Arifinto selaku pimpinan Majelis. “Tumuhat (obsesi) adalah energi yang besar dalam beraktivitas. Jika tidak ada tumuhat, maka akan membuat lemahnya aktivitas disebabkan tidak ada energi yang memadai”.

Kalimat itu mengomentari “aduan” saya, yang menyatakan keberatan untuk dijadikan calon anggota legislatif. Saya menyatakan, tidak ada keinginan, minat dan obsesi sedikit pun dalam diri saya untuk menempati posisi jabatan politik seperti di lembaga eksekutif ataupun legislatif. Oleh karena itu saya khawatir akan membuat kelemahan dalam berjuang di bidang itu, disebabkan tidak adanya minat dalam diri saya.

Babnya memang bukan sekadar keinginan, minat atau obsesi. Dalam konteks dakwah, penempatan setiap personal adalah amanah. Tapi minat dan obsesi adalah hal yang tidak boleh diabaikan. Tumuhat (obsesi) adalah salah satu energi dan bahan bakar yang akan menyalakan semangat perjuangan. Jika minat saja tidak ada, tumuhat tidak ada, lalu apa energi untuk bergerak? Padahal sistem pemilihan umum untuk legislatif dilakukan dengan sistem suara terbanyak. Artinya, semua calon harus berjuang secara maksimal agar bisa mendapatkan kursi.

Aplikasi Syumuliyatud Da’wah

Ustadz Ahmad Mudzofar, Lc dari Surabaya selalu mengingatkan kita tentang urgensi menjaga syumuliyatud da’wah. Sesungguhnyalah aktivitas dakwah kita bercorak syamil, integral, utuh dan menyeluruh. Mencakup seluruh aktivitas dan dinamika kehidupan. Oleh karena itu, harus ada yang berkonsentrasi untuk menumbuhkan dan mengembangkan masing-masing bagiannya. Jangan semua potensi terkonsentrasi untuk terlibat dalam politik praktis.

Sangat banyak lahan untuk beramal dalam dakwah, yang apabila dilakukan dengan kesungguhan, akan membangun keutuhan dakwah. Ada yang bergerak di jalur politik melalui lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif. Mereka berdakwah melalui mimbar lembaga resmi pemerintahan. Ada yang berdakwah melalui berbagai kegiatan sosial, ekonomi, pendidikan, seni, budaya, kesehatan, lingkungan, dan lain sebagainya. Ada yang berdakwah melalui aktivitas tarbiyah, membina berbagai komunitas masyarakat agar mengenal nilai-nilai ketuhanan. Ada yang berdakwah melalui lembaga pendidikan keagamaan, seperti madrasah, pesantren, ma’had, dan lain sebagainya.

Ada yang berdakwah melalui interaksi dengan kalangan yang terpinggirkan, seperti para pengamen, anak-anak jalanan, dan para penyandang patologi sosial. Ada yang berdakwah melalui sarana media baik cetak maupun elektronik dan digital. Ada yang berdakwah melalui kegiatan kemasyarakatan, pendampingan terhadap kelompok ekonomi lemah, pendampingan terhadap petani, nelayan, buruh, dan komunitas lainnya.

Seluruh sisi kehidupan masyarakat memerlukan sentuhan dakwah, melalui lembaga formal kenegaraan ataupun melalui aktivitas swadaya kemasyarakatan. Melalui partai politik, ormas, LSM, yayasan, sekolah, madrasah, pesantren, masjid, mushalla, rumah tangga, komunitas masyarakat, tokoh adat, dan lain sebagainya. Semua cara, semua metode, semua sarana perlu ditempuh untuk memberikan penguatan dakwah dalam berbagai bidang kehidupan.

Memperhatikan Kecenderungan, Minat, Bakat, Potensi dan Obsesi

Seluruh potensi personal akan menjadi optimal perannya dalam dakwah, apabila ditempatkan sesuai dengan minat, bakat, kecenderungan, potensi dan obsesinya. Jika tidak sesuai, maka akan membuat tidak optimalnya peran seseorang dalam dakwah di bidang tersebut. Tidak seluruh personal cocok untuk melakukan dakwah di semua bidang, karena kecenderungan, minat, bakat, potensi dan obsesi yang berbeda-beda.

Tidak semua kader dakwah tepat diberi amanah menjadi guru Taman Kanak-kanak (TK), karena untuk menjadi guru TK diperlukan kecenderungan, minat, bakat, potensi dan obsesi yang spesifik. Tidak semua kader dakwah bisa mendapat amanah untuk berdakwah melalui lembaga-lembaga strategis pemerintahan, karena untuk menjadi pejabat yang handal diperlukan kecenderungan, minat, bakat, potensi dan obsesi yang khusus pula. Tidak semua kader dakwah bisa diberi amanah melakukan tabligh akbar, karena kecenderungan, minat, bakat, potensi dan obsesinya tidak ke bidang itu.

Hendaknya setiap personal diberikan amanah yang sesuai dengan kecenderungan, minat, bakat, potensi dan obsesi masing-masing. Dengan itu, akan membuat optimal dalam menunaikan amanah. Organisasi harus memiliki peta yang rinci terhadap kecenderungan, minat, bakat, potensi dan obsesi dari setiap kader yang ada, sehingga ketika memberikan amanah atau penugasan, harus disesuaikan dengan hal tersebut.

Saya termasuk salah satu dari sekian kader yang merasa tidak cocok berdakwah di lembaga legislatif ataupun eksekutif, karena tidak memiliki kecenderungan, minat, bakat, potensi dan obsesi di bidang itu. Saya merasa lebih optimal berdakwah melalui serangkaian kegiatan sosial, pembinaan, pendidikan dan pemberdayaan keluarga dan masyarakat. Saya merasa bukan tipe pejabat publik, namun lebih bercorak sebagai pekerja sosial. Sebagian sahabat saya bahkan menjuluki saya sebagai “pengamen jalanan”, dan saya merasa itulah kenyataannya.

Ada sekian banyak kader dakwah lainnya yang memiliki talenta publik yang luar biasa. Mereka itulah yang harus disalurkan potensinya untuk menjadi pelaku dakwah di kabinet, di parlemen, di gedung DPR, MPR, DPD, DPRD, atau menjadi pimpinan daerah seperti Gubernur, Bupati dan Walikota atau wakilnya. Sementara sekian banyak kader dakwah lainnya, ditugaskan untuk mengelola dakwah di berbagai pos yang berbeda-beda, sesuai kecenderungan, minat, bakat, potensi dan obsesi masing-masing.

Mari Terus Bekerja dan Berkarya

Saya sangat mengapresiasi semua kader dakwah yang bekerja dengan sepenuh kesungguhan dan kecintaan, di bidang masing-masing, Di pos dakwah masing-masing. Ada yang terkenal, ada yang tidak terkenal. Ada yang tampil di publik, ada yang tidak tampil di publik. Ada yang sering muncul di koran dan televisi, ada yang tidak pernah muncul di koran dan televisi. Ada yang bekerja di lembaga pemerintahan, ada yang bekerja di tengah denyut kehidupan masyarakat. Semua dari mereka sedang bekerja dakwah, sesuai karakter tugas masing-masing bagian. Ada pos dakwah yang memerlukan publisitas dan penampilan, ada pula pos dakwah yang tidak memerlukan publisitas.

Tidak ada yang lebih mulia antara satu dengan lainnya, karena semua sama-sama mulia dengan tugas dakwahnya. Bukan berarti kader yang menjadi Gubernur lebih hebat dan keren dibandingkan dengan kader yang diberi amanah menjadi murabbi dan mudarrib kepanduan. Bukan berarti kader yang menjadi anggota DPR/MPR lebih mulia dibanding dengan para ummahat yang berjihad mendidik anak dan keluarga. Semua memiliki nilai kemuliaan di sisi Allah, semua memiliki arti dalam memenangkan dakwah.

Maka, berbahagialah dengan amanah dakwah yang tengah kita emban. Nikmati semuanya dengan segenap jiwa dan cinta. Sebagai apapun, atau tidak sebagai apapun dalam konteks posisi publik. Kita adalah pejuang yang selalu memberikan energi terbaik bagi tercapainya tujuan dakwah ini.

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (6 votes, average: 9.50 out of 5)
Loading...
Senior Editor di�PT Era Intermedia, Pembina di�Harum Foundation, Direktur�Jogja family Center, Staf Ahli�Lembaga Psikologi Terapan Cahaya Umat. Alumni�Fakultas Farmasi�Universitas Gadjah Mada (UGM).

Lihat Juga

Ada Dakwah di Dalam Film End Game?

Figure
Organization