Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Air Mata untuk Allah

Air Mata untuk Allah

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Jiwa yang gersang, hati yang hilang kepekaan, dan mata yang kering akan air mata berarti ada Hak Allah yang belum kita tunaikan. Mungkin ada cinta kita pada Allah yang belum tersambungkan, ruhiyah kita belum dekat dengan Tuhannya. Mata kita tidak pernah menangis untuk betul-betul menghambakan kepada Allah.

Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur’an yang serupa ( mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpin pun.” QS. Az Zumar: 23

Meneteskan air mata adalah kodrat manusia. Ada banyak sebab yang menjadikannya menangis; gembira, sedih, takut, haru, rindu dan banyak lagi sebab yang lain. Namun Ibnu Qayyim rahimahullah menyebutkan ada lebih dari sepuluh air mata, namun hanya ada satu air mata yang terbaik; air mata yang menetes karena takut kepada Allah. Dia merupakan indikasi kematangan iman. Dan Rasulullah saw bersabda, “Tidak akan masuk neraka laki-laki yang menangis karena takut kepada Allah, hingga air susu kembali ke kambingnya.”(HR. Tirmidzi)

Tapi terkadang kita lupa kapan terakhir kita menangis bersimpuh dalam sujud kita, dalam munajat kita kepada Allah. Hingga hati ini menjadi gersang, ruhiyah ini terasa kurang air.  Apalagi dosa dan kesalahan itu yang akan selalu membakar diri ini, dengan apa api itu akan kita padamkan jika diri ini tidak pernah dekat dengan Allah? Tidak pernah ada air mata penghambaan diri ini kepada-Nya?

Keangkuhan, kesombongan dan jauhnya kita dari Allah akan membuat diri semakin gersang dan hati semakin kering kerontang. Padahal dosa dan kesalahan itu meninggalkan luka yang semestinya mampu membuat kita menangis, seperti para salafushalih dalam setiap kekhilafan yang mereka lakukan.

Dikisahkan suatu hari Sufyan Ats Tsauri terlihat menangis dan cemas. Melihat hal itu, salah seorang sahabatnya berkata, “Tetaplah engkau berharap kepada Allah. Ampunan Allah lebih besar dari dosa-dosamu.” Lalu Sufyan Ats Tsauri menjawab, “Tidak bolehkan aku menangisi dosa-dosaku? Jika saja aku telah mengetahui bahwa aku akan mati dalam keadaan tetap mengesakan Allah, maka aku tidak akan peduli dengan dosa-dosaku yang sebesar gunung-gunung itu.”

Menangislah kita di sini, di dunia ini karena dosa-dosa. Karena hanya di sini tangisan dan tetesan airmata itu bermanfaat. Dan kita berlindung kepada Allah dari nasib orang yang banyak tertawa di dunia ini dengan dosanya, sementara di akhirat menangis karena memohon ampun atas dosanya.

Pernah suatu hari di jumpai Rasulullah sedang menangis. Melihat beliau para sahabat pun, bertanya, “Apa yang membuatmu menangis wahai Rasulullah? Beliau menjawab, “Aku rindu kepada saudara-saudaraku!”

“Bukankah kami ini saudaramu, wahai rasulullah,” sergah para sahabat beliau.”Bukan. Kalian adalah sahabatku. Sedangkan saudara-saudaraku adalah kaumku yang akan datang setelah (kepergian)ku, mereka beriman kepadaku dan tidak pernah melihatku,” tegas beliau (Sirah Ibnu Hisyam).

Rasulullah telah menitikkan air mata karena rindunya beliau kepada umatnya yang tak pernah dilihatnya namun beriman kepadanya. Namun pernahkah kita membalas kerinduan itu dengan deraian air mata? Adakah deraian air mata karena ingin berjumpa dengan beliau?

Bahkan Mikail pun tidak pernah tersenyum sejak api neraka di ciptakan oleh Allah. Dari sahabat Anas bin Malik ra meriwayatkan, bahwa Rasulullah saw bertanya kepada malaikat jibril, ”kenapa aku tidak pernah melihat Malaikat Mikail tertawa sama sekali?” Jibril menjawab, “Mikail sudah tidak pernah tertawa sejak api neraka diciptakan.”

Neraka memang tidak hanya api, tapi juga ada dingin. Namun dingin yang membinasakan. Simaklah sabda Rasulullah saw berikut ini, “Neraka mengadu kepada Tuhannya, lalu ia berkata:” Ya Rabbi, bagian tubuhku memakan antara satu dan yang lainnya, maka berikanlah aku nafas. Lalu Allah memberikannya dua nafas; satu nafas di musim dingin dan satu nafas di musim panas. Maka kalian akan menjumpai panas yang sangat luar biasa dari teriknya, dan dingin yang sangat luar biasa dari udaranya (yang amat dingin).”HR. Bukhori

Mungkin kita sudah lama tidak menangis mengingat panasnya api neraka, dahsyatnya panas dan dinginnya di dalamnya. Semoga Allah menjernihkan kembali hati dan jiwa kita. Hingga mampu menitikkan kembali air mata penuh rasa takut dan penuh penghambaan diri ini kepada Tuhannya.

Terkadang air mata ini tertahan karena penghalang yang lahir dari kesalahan dan dosa kita, kelalaian kita hingga membentuk noktah hitam dalam hati kita yang membuat hati kita tertutup dan beku karena hilangnya cahaya Allah. Sebab-sebab itu antara lain:

  • Karena kita jauh dari Allah SWT, orang yang dekat dengan Allah pasti akan merasakan kebesaran dan kekuasaan Allah. Dan orang yang mengenal Allah pasti akan memiliki rasa takut dan harap hanya kepada Allah.
  • Karena jarang bersentuhan dengan Al Qur’an. Rasulullah bersabda,” sesungguhnya hati itu berkarat sebagaimana hati berkarat.” Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah pembersihnya?” Beliau menjawab, “Mengingat mati dan banyak membaca Al Qur’an.”
  • Karena terlalu banyak tertawa dan canda.  Tertawa bukanlah suatu aib bagi seorang muslim tapi tertawa yang berlebihan dan canda yang tidak ada manfaatnya akan membuat hati kita jauh dari Allah dan akan mematikan hati kita.
  • Karena lupa akan kematian dan hari kiamat. Perlu menyadari bahwa hidup kita akan berhenti pada satu titik yaitu kematian. Dan perjalanan panjang itu akan berhenti pada ujung pemberhentian yaitu hari kiamat. Dan tidak ada yang abadi kecuali Allah, dan kita akan dimintai pertanggungjawaban saat akhir dari kehidupan dan akhir dari perjalanan ini nanti.
  • Karena pergaulan yang tidak baik. Pergaulan sangat berpengaruh terhadap kehidupan kita. Maka dari itu bergaullah dengan orang yang dekat dengan Allah, karena saat kita bergaul dengan orang yang jauh dari Allah maka jauh juga kita dari Allah. Apabila kita bergaul dengan pandai besi maka kan terkena juga kita panasnya. Dan bila kita bergaul dengan seorang penjual minyak wangi maka akan tercium juga wanginya. Jagalah pergaulan karena itu yang ikut menentukan akhir kita.
  • Karena tidak khusyu dalam doa. Berdoa sama seperti saat kita beribadah yang lain, posisi kita berdoa sama dengan saat dialog kita dalam shalat bersama Allah. Dan Rasulullah menyarankan kita untuk berbuat ihsan dalam ibadah, dalam setiap tingkah laku dan bersitan hati kita. Agar kita merasakan keberadaan-Nya, dan meyakini bahwa Dia pasti melihat kita. Karena itu, hati dan pikiran kita tidak boleh lalai, berpaling dari mengingat Allah.

Semoga Allah mengaruniai hati yang khusyu’, tunduk kepada Allah dan hati yang lembut hingga cinta-Nya dapat kita rasakan. Dan mata ini selalu mampu menitikkan air mata karena takut kepada Allah. Mata yang mampu menyelamatkan kita dari siksa api neraka.

Ya Allah ya Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, kemalasan, ketakutan, kekikiran, kepikunan, dan siksa kubur. Ya Allah ya Tuhanku, berikanlah ketaqwaan kepada jiwaku, sucikanlah ia sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik Dzat yang dapat mensucikannya, Engkaulah yang menguasai dan menjaganya. Ya Allah ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak berguna, hati yang tidak khusyu’, diri yang tidak puas, dan doa yang tidak terkabulkan.”(HR. Muslim)

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (18 votes, average: 9.28 out of 5)
Loading...

Tentang

Nama lengkap Choiriyah, lahir dan besar di kota Malang-Jawa Timur, domisili di Batam. Mulai ikut dunia tulis-menulis sejak duduk di bangku SMA, dan menang juara II Karya Ilmiah Remaja di Malang. Saat bekerja di perindustrian Batam, ikut aktif dalam pembuatan buletin dan berita perusahaan se-Asia. Mulai tahun 2011-2014 aktif di FLP Johor. Sekarang Aktif dalam FLP Batam. Semoga dapat lebih banyak berkarya untuk dakwah bil Qolam.

Lihat Juga

Konflik Air Antara Ethiopia, Sudan, dan Mesir

Figure
Organization