Topic
Home / Berita / Opini / Rindu Muhammad Ku

Rindu Muhammad Ku

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

Ilustrasi (kidsklik.com)

dakwatuna.com – “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua ibu bapaknyalah yang membuatnya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”

Saya seorang muslim, hampir sama dengan kebanyakan umat muslim di seluruh dunia dimana saya berislam karena terlahir di keluarga muslim, sebelum berhijrah, sejak kecil saya menjalani hidup sebagai seorang muslim dengan pengetahuan turun temurun tentang Islam, belajar berwudhu, shalat dan mengaji untuk menegaskan identitas saya sebagai seorang muslim, saya menjalani semua itu sebagai suatu kewajiban yang terkadang menjadi beban.

‘Ashadu Allaa ilaa ha illallah, Wa Ashadu anna Muhammad Darrasulullah’

Ketika memahami arti 2 kalimat syahadat ini, ada pertanyaan yang sangat mengusik hati ini, ‘apa istimewanya Nabi Muhammad SAW, sampai Allah mewajibkan untuk Beriman kepada Rasullullah sebagai syarat menjadi seorang muslim?’

Penasaran hanya sebatas penasaran tanpa ada usaha untuk mencari tahu, sampai pada suatu hari salah seorang kakak saya merekomendasikan 1 buku berjudul Sesungguhnya Dialah Muhammad, dia mengatakan bahwa saya wajib membaca buku ini. Setelah saya membaca buku ini barulah saya mendapat sedikit pencerahan tentang sosok Manusia Terbaik yang Diciptakan Allah, Pemimpin Besar Pencipta Peradaban yaitu Muhammad bin Abdullah.

Makin banyak literatur yang saya baca untuk lebih mengenal Kekasih Allah ini, makin terpesona saya dengan sosok Rasullullah yang kharismatik, kepribadian yang bersahaja, tutur kata yang terjaga, kesabaran dan kesederhanaannya. Hal istimewa yang baru saya ketahui setelah membaca beberapa biografi Rasullullah, salah seorang penulis mengatakan ‘wahai anakku, Zulaikha mengiris jarinya ketika terpesona pada ketampanan Nabi Yusuf, seandainya Zulaikha melihat Rasulullah di hari itu niscaya hatinya yang akan teriris karena ketampanan Rasullullah’.

Setiap helaan nafas, setiap detak jantung Rasullullah menjadi Rahmat bagi Alam
setiap perkataan dan perbuatan Rasullullah, menjadi suri teladan bagi umat muslim.

Kuteteskan air mataku membayangkan perjuangan Rasullullah dari awal menerima wahyu Allah, Rasullullah rela mewakafkan Diri, Harta, Tahta dan waktu, berpeluh keringat, darah dan air mata, dihina serta dicaci maki oleh orang kafir hanya untuk menyampaikan Ayat-ayat Cinta titipan Allah untuk para hambaNya. Padahal Rasullullah tidak mengenal umat-umatnya yang belum terlahir ke bumi, tapi Rasullullah tetap berjuang dan berjuang Lillahi ta’ala untuk menunjukkan ‘shiratal mustaqim’.

MALU dan SEDIH kurasakan bila mengingat perjuangan Rasulullah, saya yang mengaku Hamba Allah dan mengaku Umat Rasulullah, tapi sikap, perbuatan, kelakuan, perkataan dan tindakan saya masih jauh dari petunjuk Allah serta jauh dari tuntunan Rasullullah , saya yakin bila Rasullullah masih hidup, saya pasti termasuk salah seorang umatnya yang membuat Rasullullah meneteskan airmata karena MALU memiliki Umat yang tak berhenti berbuat dosa. Betapa hina dan takaburnya diri ini ya Allah.

Teringat di detik-detik terakhir dalam hidup Rasullullah ketika nyawa Rasullullah dicabut secara perlahan oleh Izrail, detik demi detik urat Rasullullah menegang, wajahnya bersimbah peluh, sambil menggigit bibir Rasullullah menatap Jibril

“Ya Jibril, betapa sakitnya derita sakaratul maut ini”

Malaikat Jibril memalingkan muka.

“Ya Jibril, mengapa engkau berpaling? Apakah engkau benci melihat wajahku?” tanya Rasullullah.

“Sama sekali tidak, ya Rasulullah. Siapakah yang tega menyaksikan Kekasih Allah dalam keadaan seperti ini? Siapakah yang sampai hati melihat Tuan kesakitan?” jawab Jibril terbata-bata.

Rasa sakit itu kian memuncak. Sekujur tubuh Rasullullah menggigil. Wajah Rasullullah semakin memucat.

Dalam keadaan sakit tak tertahankan Rasullullah berdoa,
“Ya Allah, timpakanlah sakitnya sakaratul maut ini hanya kepadaku, jangan kepada umatku.”

Ketika nyawa sudah sampai tenggorokan, Rasullullah menggerakkan bibir yang telah membiru,
Rasulullah memanggil-manggil, “Umatku, Umatku….”

Dengan memanggil-manggil umatnya inilah, Rasul Akhir Zaman wafat di pangkuan istri tercinta.

Meledaklah tangis para sahabat. Sang kekasih Allah telah wafat, membawa cinta yang agung, cinta kepada umat, hingga akhir hayat. Bahkan dibawanya sampai Padang Mahsyar.

Walaupun saya yakin bahwa semua Rencana Allah adalah yang terbaik bagi HambaNya, Namun ada kalanya hati ini mengajukan protes kepada Allah (semoga Allah mengampuni khilafku), Mengapa begitu cepat Allah mengambil Rasulullah?
Mengapa tak Allah biarkan Rasulullah menemani Umatnya hingga akhir zaman?

……………………………………

Madinah, penghujung November 2006

Debutku menjejakkan kaki di Masjid Nabawi,
masjid yang teramat istimewa di hati ini,
karena di sinilah Sang Kekasih Allah di makamkan,
masjid yang menjadi saksi perjuangan Rasullullah,
masjid yang di dalamnya terdapat Raudah yaitu salah satu taman surga,
dimana semua doa yang dipanjatkan ditempat ini akan langsung diangkat oleh malaikat.
Hati ini selalu bergetar setiap kali menziarahi makam Rasullullah,
entah kapan bisa hadir di sini lagi.
Di Raudah khusyuk kupanjatkan seluruh doa dengan segenap jiwa,
Seakan-akan hanya ada Allah, Rasulullah dan Saya di Taman Surga ini,
Tangis haru tak lagi tertahan,
kukeluarkan semua isi hatiku di hadapan Allah di taman surga ini.

Kuakhiri doa dan shalat sunnat di Raudah, tibalah waktunya untuk berpisah dengan tempat yang mulia ini, di tengah isak tangis dan rasa sedihku yang teramat sangat karena harus meninggalkan Raudah, dengan tersedu-sedu kukatakan permintaan pilu dari lubuk hatiku :

‘Ya Allah aku suka tempat ini,
aku tak ingin pergi dari sini,
biarkan aku menjadi air agar bisa meresap di tanah surgaMu,
agar aku tak perlu berpisah jauh dari KekasihMu’.

Bisa kurasakan bahwa Allah sedang berdampingan dengan Rasulullah dengan senyum haru Mereka melihat kami sedang berjejal, saling berdesakan untuk berdoa dan melaksanakan shalat sunnat di salah satu tempat yang mustajab ‘tuk meminta padaNya.

Di hadapan Allah & Rasulullah kusampaikan…..
Ya Allah, kami hadir di tanah suciMu Lillahi ta’ala atas petunjuk RasulMu
Terima kasih ya Rabb atas hadirnya Rasulullah di BumiMu
Dari seluruh penjuru dunia,
Dari semua suku bangsa,
Ini kami ya Rasulullah, Umat yang engkau ingat di akhir nafasmu,
Kami hadir atas nama Cinta dan Rindu kami padamu,
Engkau telah menyatukan kami di Tanah Suci ini dalam keadaan Beriman
‘Ashadu Allaa ilaa ha illallah, Wa Ashadu anna Muhammad Darrasulullah’
Ya Rabb limpahkanlan Shalawat yang sempurna bagi junjungan kami Rasulullah

Hari ini dengan bangga kukatakan
Ishadu Bi Anna Muslimun

(hdn)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (60 votes, average: 9.55 out of 5)
Loading...

Tentang

isyhadu bi anna muslimun \(^^,)/ [email protected]

Lihat Juga

Merindu Baginda Nabi

Figure
Organization