Topic
Home / Berita / Analisa / Mayoritas Layanan Peta Online Belum Cantumkan Peta Palestina

Mayoritas Layanan Peta Online Belum Cantumkan Peta Palestina

Tidak adanya peta Palestina pada Google Maps. (maps.google.com)
Tidak adanya peta Palestina pada Google Maps. (maps.google.com)

Munculnya Isu “Google telah Menghapus Peta Palestina”

dakwatuna.com – Pada bulan Juli – Agustus 2016, mencuat pemberitaan bahwa Google telah menghapus peta Palestina dari layanan Google Maps. Hal tersebut memicu protes khususnya di dunia maya agar Google segera mencantumkan peta Palestina pada layanan Google Mapsnya.

Berdasarkan penelusuran, pemberitaan tersebut pada dasarnya diawali oleh sebuah petisi yang dibuat pada layanan petisi online Change.org pada bulan Maret 2016 dengan judul “GOOGLE: Put Palestine On Your Maps!”, oleh pengguna yang bernama “Google: Put Palestine On Your Maps!”.

Petisi tersebut menyatakan, “Negara Palestina tidak muncul pada Google Maps. Kenapa tidak? Israel, yang didirikan di atas tanah Palestina, jelas-jelas ditampilkan (pada Google Maps, red). Tapi tidak ada penyebutan Palestina. Berdasarkan Google, Palestina tidak ada.”

Pada bagian akhir, pembuat petisi tersebut mengajak para netizen, “Mohon bergabung bersama kami dalam menyerukan Google untuk mengakui Palestina pada Google Maps, serta untuk menunjukkan dan mengidentifikasikan dengan jelas bahwa wilayah Palestina telah diduduki oleh Israel secara ilegal”.

Ketika tulisan ini dibuat, petisi tersebut telah didukung oleh 337.291 orang, jumlah yang tergolong sangat besar.

Kemudian petisi tersebut mencuat ke permukaan setelah beberapa tokoh men-tweet tentang petisi itu pada bulan Agustus 2016, seperti yang dilakukan oleh Farshad Mohammadi (@Farshadmm), Rabia Zayyat (@rabiazayyat), Keith Taylor (@GreenKeithMEP), dan Hassan Sheheryar (@HSYCOUTUREKING).

https://twitter.com/Farshadmm/status/763053860759883776

Bersamaan dengan itu, di dunia maya, khususnya tweetland, mulai heboh mengenai keberadaan petisi tersebut. Kemudian isu agak bergeser dari “upaya agar Google mencantumkan peta Palestina” menjadi “Google telah menghapus peta Palestina”. Beberapa kantor berita pun memberitakan bahwa “Google telah menghapus peta Palestina”, seperti Middleeastmonitor.com (4/8/2016), republika.co.id (5/8/2016), hidayatullah.com (6/8/2016), metrotvnews.com (6/8/2016), dream.co.id (8/8/2016), okezone.com (8/8/2016), merdeka.com (8/8/2016), CNN Indonesia (8/8/2016), solopos.com (8/8/2016), AJ+ (9/8/2016), Sindonews.com (9/8/2016), dan dakwatuna.com (12/8/2016).

Sementara itu detikinet (8/8/2016) memberitakan sesuai dengan isu pertama, yaitu “tidak adanya peta Palestina pada Google Maps”, bukan “dihapusnya Peta Palestina dari Google Maps”.

Selanjutnya, beberapa tokoh turut mengomentari “dihapusnya peta Palestina dari Google Maps”, seperti Menkominfo Rudiantara (9/8/2016), Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (Tribunnews, 10/8/2016) dan Imam Masjid New York Amerika Serikat Shamsi Ali (detikcom, 15/8/2016). Komentar tokoh-tokoh tersebut tentunya terucap karena ditanya oleh jurnalis dengan dasar informasi bahwa “Google telah menghapus peta Palestina”.

Kemudian Google menyatakan bahwa mereka sama sekali tidak pernah menghapus peta Palestina dari Google Maps, yang benar adalah bahwa sejak awal memang tidak pernah ada label peta Palestina di layanan peta online mereka, sebagaimana dilansir The Guardian (10/8/2016) dan Fortune.com (10/8/2016).

AJ+ dalam akun Twitternya (12/8/2016) kemudian meluruskan pemberitaannya sendiri.

Hal tersebut kemudian dikabarkan Kompas Tekno dengan judul “Google Akui Tak Cantumkan Nama Palestina di Google Maps” (12/8/2016). Dalam pemberitaan tersebut, dikabarkan bahwa sejak awal memang tidak pernah ada label “Palestina”.

“Tak pernah ada label ‘Palestina’ di Google Maps,” ujar seorang juru bicara Google dalam sebuah pernyataan yang dirangkum KompasTekno dari Fortune, Jumat (12/8/2016).

“Namun, kami menemukan bug yang menghilangkan label ‘Tepi Barat’ dan ‘Jalur Gaza’,” lanjut sang juru bicara. “Kami sedang bekerja untuk mengembalikan dua label ini.”

Google sendiri menjelaskan kepada Menkominfo (10/8/2016), Rudiantara, bahwa mereka hanya mengacu kepada pengakuan dari PBB, di mana Palestina merupakan negara peninjau (observer), belum diterima sebagai negara anggota penuh (PBB, red).

Google dan Palestina

Pada saat ini, Google memiliki domain google.ps pada layanan search-engine-nya dengan sebutan “Google Palestine” dalam bahasa Arab. Google Palestine awalnya dinamakan “Google Wilayah Palestina”, kemudian pada 1 Mei 2013, layanan tersebut diubah namanya menjadi “Google Palestina”. Hal tersebut dilakukan Google setelah mengikuti langkah PBB, International Organisation for Standardisation (ISO) dan organisasi-organisasi internasional lainnya. Walau sederhana, tentunya ini langkah yang patut diapresiasi.

Dakwatuna.com sendiri pada 1 Agustus 2014 pernah memuat peta dari layanan Google Earth pada tulisan analisis berjudul “Benarkah Google Adakan Polling di Situs “israel-vs-palestine.com” untuk Layanan “Google Earth”?”. Pada peta yang ditampilan dalam tulisan itu, Palestina memang belum pernah ditampilkan oleh Google Earth, hanya ada label Tepi Barat dan Jalur Gaza yang dipisahkan oleh penjajah Israel. Antara Google Earth dan Google Maps menggunakan citra satelit dan data yang sama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sejak itu Google memang belum pernah mencantumkan peta Palestina pada layanan peta onlinenya.

Sumber Data Google Maps

Namun yang menarik perhatian adalah bahwa untuk wilayah Timur Tengah, selain dari Google sendiri, Google Maps menggunakan data dari MAPA GISrael dan ORION-ME. ORION-ME adalah sebuah perusahaan pemetaan dan navigasi yang berkantor di Uni Emirat Arab dan Lebanon.

Sedangkan GISrael adalah produk yang dibuat oleh Mapping and Publishing Ltd. (MAPA), sebuah perusahaan peta dan atlas yang berkantor pusat di Tel Aviv Israel.  Kemudian MAPA diakuisi oleh Ituran Location and Control Ltd, sebuah perusahaan sistem pelacakan kendaraan dari Israel, pada tahun 2007. Penggunaan data dari MAPA bahkan dicantumkan dalam halaman “Legal Notices” untuk Google Maps dan Google Earth yang terakhir dimodifikasi pada tanggal 17 Desember 2015.

Selain dari beberapa perusahaan, Google juga mendapatkan data dari crowd melalui layanan Google Map Maker. Layanan ini hanya tersedia untuk beberapa negara, tidak termasuk Palestina dan Israel.

Penggunaan data dari MAPA GISrael tentunya berpotensi dalam keberpihakan terkait geografi politik, khususnya dalam hal pendudukan tanah Palestina oleh Israel.

Selain itu, Google Earth memiliki fitur “Historical Imagery” yang memungkinkan penggunanya melihat perubahan citra satelit yang digunakan oleh Google Earth. Namun sayangnya, fitur tersebut tidak memperlihatkan perubahan data peta teritorial negara dari waktu ke waktu yang ditampilkan oleh Google Earth.

Layanan Peta Online Lainnya

Layanan peta online tidak hanya Google Maps dan Google Earth. Di samping kedua layanan tersebut, ada juga beberapa layanan peta online lainnya seperti Wikimapia, Yandex Maps, ArcGIS, OpenStreetMap, dan Bing Maps.

Sebagian besar layanan peta online di atas juga belum mencantumkan peta Palestina sebagai sebuah negara pada layanannya. Khusus untuk Wikimapia, layanan ini tidak mencantumkan nama negara, hanya mencantumkan nama kota.

Seluruh layanan di atas memiliki kesamaan yang sama, yaitu jika di-search dengan keyword “Palestine”, maka akan menampilkan wilayah Tepi Barat (West Bank) dan Jalur Gaza (Gaza Strip) yang dipisahkan oleh penjajah Israel, tanpa ada label Palestina atau Palestine sama sekali.

Kesimpulan dan Saran

  1. Google telah mengakui Palestina sebagai sebuah negara dengan indikasi pada penamaan layanan google.ps, namun belum jelas dalam mendefinisikan peta Palestina.
  2. Google tidak pernah menghapus peta Palestina pada layanan Google Maps dan Google Earth karena sejak awal memang belum pernah mencantumkan label peta Palestina pada layanannya tersebut.
  3. Pada wilayah Timur Tengah, Google Maps memiliki potensi keberpihakan dalam pencantuman peta sebuah negara, khususnya Palestina, karena data yang digunakan Google Maps bersumber dari data yang dimiliki sebuah perusahaan yang kantornya berada pada entitas penjajah Israel.
  4. Mayoritas layanan peta online lainnya juga belum mencantumkan peta Palestina sebagai sebuah negara.
  5. Petisi atau kampanye mengenai pencantuman peta Palestina harus diperluas tidak hanya ditujukan kepada Google, tapi juga kepada seluruh penyedia layanan peta online.

(dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization