Topic
Home / Pemuda / Cerpen / Semua Berkat Mentoring

Semua Berkat Mentoring

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (ummunashrullah.blogspot.com)
Ilustrasi. (ummunashrullah.blogspot.com)

dakwatuna.com – Nurul, Sutan, Zahra, Dinda dan Sulthon merupakan mahasiswa tingkat pertama di salah satu universitas ternama di Indonesia. Suatu hari ada rekrutmen terbuka untuk mahasiswa tingkat pertama mengikuti organisasi bernama Badan Eksekutif Mahasiswa. Tanpa saling berkomunikasi dulu, kelima sahabat ini mendaftarkan diri menjadi anggota BEM. Yang uniknya lagi, kelima mahasiswa ini mendaftar di satu divisi yang sama yakni divisi Budaya, Olahraga, dan Seni. Dengan latar belakang, pengalaman dan jurusan berbeda akhirnya mereka semua lolos dan dinyatakan menjadi keluarga besar Badan Eksekutif Mahasiswa Kabinet Harmoni.

Satu minggu setelah dinyatakan lolos, semua mahasiswa yang tergabung di BEM tingkat pertama tersebut harus ikut gathering untuk diperkenalkan visi, misi, program kerja dan arah gerak BEM itu sendiri. Tentunya mereka semua diminta untuk berkumpul bersama teman satu divisinya dan diminta berkenalan satu sama lain.

Sang Ketua BEM meminta divisi Budaya, Olahraga dan Seni yang berisi Nurul, Sutan, Zahra, Dinda dan Sulthon untuk berkumpul di bawah pohon rindang dan berkenalan.

Kala itu suasana hening

“……….”, Nurul bertanya-tanya dalam hati sambil menundukkan kepalanya.

“……….”, Sutan diam dan hanya mengusap sepatu basket warna biru putih baru miliknya.

“……….”, Dinda yang acuh tak acuh dan hanya bermain akun sosmed di gadget miliknya.

“……….”, Sulthon yang fokus mempelajari buku mata kuliah yang akan di ujiankan besok.

Tak lama setelah itu, tiba-tiba seorang dengan suara lantang langsung mengagetkan mereka

“Bismillah . . .

Assalamualaikum wr wb “, Zahra mengucapkan salam dan berharap ada balikan salam yang semangat dari keempat temannya tersebut.

“Waalaikumsalam wr wb“, hanya Nurul yang menjawab.

“Assalamualaikum wr wb”, Zahra mengucapkan salam untuk yang kedua kalinya.

Barulah semuanya membalas salam Zahra dengan semangat.

“Karena Allah suka yang ganjil. So, izinkan saya salam lagi ya hehe..

Assalamualaikum wr wb”, untuk ketiga kalinya Zahra mengucapkan salam kepada teman-temannya.

“Waalaikumsalam wr wb”.

Zahra memang seorang sosok yang mempunyai kepemimpinan yang kuat. Karena memang selain pengalaman organisasinya yang banyak, ia pun orang yang ruhiyahnya kuat.

“Jadi gini temen-temen, temen-temen udah tau kan kita mau ngapain?“ Zahra bertanya kepada rekan-rekannya.

“Gathering”, Sulthon menjawab.

“Foto-foto“, Dinda menjawab sambil senyum.

“Bersenang-senang”, ceplosan Sutan saat itu.

“Berdakwah”, jawaban Nurul dengan nada rendah.

“Ya, kita di sini hari ini akan bersenang-senang”, Zahra memberitahukan maksud dan tujuan gathering tersebut.

“Nah, kita kenalan dulu yuk siapa aja yang ada disini. Saya jadi penasaran siapa aja yang kemungkinan satu tahun ke depan bakal jadi keluarga saya hehe..

Eh tapi sebelumnya kita buka kenalan ini dengan basmallah dulu ya”, Zahra meminta semunya untuk berkenalan dan membaca basmallah bersama-sama.

“Bismillahirahmanirahim”, semuanya menjawab.

“Dimulai dari yang kanan dulu ya”, ujar Zahra.

“Bismillah . . . perkenalkan nama saya Nurul, saya dari Bandung. Jurusan Ekonomi angkatan 2015”, Nurul memperkenalkan diri dengan nada khas sundanya.

“Perkenalkan nama aku Dinda, aku dari jurusan Komunikasi angkatan 2015”

“Perkenalkan nama gue Sutan, gue dari jurusan Menejemen angkatan 2015“

“Perkenalkan nama aku Sulthon, dari jurusan Biologi angkatan 2015”

“Ok semuanya udah kenalan kan ya, izinkan saya kenalan juga. Nama saya Zahra dari jurusan Pertanian angkatan 2015. Nah di sini kita bakal nentuin siapa yang bakal jadi kadiv. Kira-kira ada dari temen-temen yang mau ngajuin diri atau ngajuin orang?“

“Udah Zahra aja”, sontak semuanya menjawab secara bersamaan.

Akhirnya terpilihlah Zahra sebagai kepala divisi dan Nurul sebagai sekertaris divisi. Perpaduan pemimpin yang pas yang bisa membawa divisi mereka menjadi divisi terbaik. Setelah berkenalan hingga kepala dan sekertaris divisinya terpilih. Di sinilah perjalanan mereka mengarungi lautan organisasi dimulai…

Masa-masa awal pertemuan mereka dihiasi dengan semangat dan keikhlasan yang sangat tinggi. Rapat rutinan tiap minggu pasti selalu lengkap. Canda tawa dan komitmen mereka selalu terlihat. Namun itu semua tidak bertahan lama hingga memasuki pertengahan tahun kepengurusan. Sutan mulai sibuk dengan agenda teman-temannya, Sulthon mulai sibuk dengan laporan-laporan praktikumnya dan Dinda mulai disibukkan dengan pacar barunya. Di sana Zahra dan Nurul sebagai orang tua ideologis mereka merasa punya tanggung jawab lebih akan ukhuwah keluarganya tersebut. Dengan tegas, Zahra memberikan waktu satu minggu untuk Zahra dan Nurul mengajak mereka kembali ke keluarga kecilnya itu.

“Di, antum malem ini kosong ga? Makan-makan yuk sama ane, entar ane traktir deh”, bujuk Zahra kepada Sutan via sms.

“Wah, gue ga bisa euy. Gue ada futsal hari ini. Entar gue kasih tau deh kapan gue kosong okay”, jawab si Sutan yang mencari-cari alasan untuk tidak bertemu dengan Zahra.

“Ter, eh malem ini kita rapat yuk. Udah kangen nih pengen foto-foto hehe”

“Hualah aku engga bisa Nurul. Ada temen aku yang mau ngajak belajar bareng hehe”, menjawab pertanyaan Nurul dengan sedikit berbohong.

“Assalamualaikum Sulthon, eh kumaha kabarna? hehe

Malem ini kosong ga? Aku lagi mau masak-masak, kita masak bareng yuk hehe”, obrolan sang Nurul kepada Sulthon via medsos.

“Punten banget Nurul, aku ada dua laporan belum beres. Besok deadlinennya hehe

Eh Waalaikumsalam, lupa hehe”, jawab Sulthon yang sibuk dengan laporannya.

Zahra dan Nurul saling melaporkan satu sama lain kondisi rekan satu divisinya tersebut. Esoknya. Zahra dan Nurul melakukan hal yang sama, namun sekarang mereka menanyakan kapan jadwal mereka kosong.

Setelah satu minggu menanyakan dan mencocokan jadwal, didapat kesimpulan bahwa mereka semua kosong di hari jum’at malam. Melihat kesempatan ini, Zahra membawa sedikit konsep rapat yang berbeda. Mereka tidak sama sekali membahas BEM dan program kerjanya sedikitpun. Mereka berkumpul dan hanya sekedar bertanya kabar dan aktivitas ruhiyah.

Hampir semuanya menjawab pertanyaan yang sama, yakni aktivitas ruhiyahnya kurang terjaga. Akhirnya, Zahra mencoba memberikan solusi kepada Sutan, Sulthon, dan Dinda untuk ikut mentoring. Karena Zahra yakin salah satu kendala yang membuat mereka menjadi kendor dalam banyak hal adalah mentoringnya belum maksimal.

“Di, antum ikut mentoring bareng ane aja yuk. Murrabi ane yang punya lapangan  futsal di depan kampus. Biasanya kelompok ane rutinan futsal disana bareng anak-anak”, bujuk Zahra kepada Sutan.

“Ter, kamu ikut mentoring aja. Di kelompok aku akhwat ada yang jago banget ngedesain. Siapa tau bisa kerja sama”, bujuk Nurul kepada Dinda.

“Ja, kamu ikut mentoring ya. Murrabiah aku dosen berprestasi 1 nasional tahun ini loh. Entar kamu bisa dapet banyak ilmu yang banyak dari beliau”, bujuk Nurul kepada Sulthon.

Setelah membujuk, pertanyaan yang terlontar dari ketiga orang tersebut hampir sama, yakni:

“Mentoring itu apa? Murrabi itu apa? Murrabiah itu apa?

Aku takut agamanya aneh-aneh “

Rupanya Zahra dan Nurul lupa belum menjelaskan apa itu mentoring dan segala isinya. Maklumlah mereka baru ikut mentoring semenjak masuk awal kuliah.

“Mentoring itu simplenya kamu belajar tentang Islam dengan terstruktur. Ada modulnya, ada tingkatan-tingkatannya, sampai ada pembinaannya. Ingat loh, Islam itu bukan hanya membaca Al-Qur’an. Semua aspek kehidupan ini itu berhubungan banget dengan Islam”

Setelah dijelaskan panjang lebar, mereka mulai paham dengan istilah mentoring. Di saat itu juga mereka mencoba untuk ikut mentoring. Satu bulan, dua bulan, tiga bulan mereka ikut mentoring. Mereka berhasil menjadi pribadi-pribadi yang unggul dan komitmen kembali. Nilai akademiknya tiba-tiba tinggi, kemampuan menejemen organisasinya langsung professional, jejaring yang mereka punya tiba-tiba luas, dan hal-hal baik lainnya. Ini mengantarkan mereka semua menjadi divisi terbaik di BEM selama satu kepengurusan tersebut.

Di akhir kepengurusan BEM, Sutan, Dinda dan Sulthon menangis tersedu-sedu karena harus berpisah dengan Zahra dan Nurul yang telah membuat mereka menjadi pribadi yang lebih baik. Namun ada satu jawaban Zahra dan Nurul yang membuat mereka terharu.

“Mungkin di BEM ini kepengurusan kita telah berakhir, tapi ingatlah ukhuwah kita tidak akan pernah berakhir hanya di sini. Kita masih mempunyai kesempatan bertemu, kalaupun tidak di kampus ini, kita akan dipertemukan kembali di Jannah-Nya. Ingat masih ada kelompok mentoring. Karena sesungguhnya kelompok mentoring itu bukan hanya kelompok belajar islam, tetapi mentoring adalah keluarga dunia akhirat”. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lahir dari keluarga yang sederhana. Mencoba meraih mimpi dengan meniti ilmu di Kampus Rakyat Institut Pertanian Bogor. Saat ini sosok Ryan Frizky sedang duduk di semester tujuh jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB. Beberapa pengalaman yang dipunyai oleh seorang Ryan adalah founder Inspiranessia, Desain Untuk Negeri, Kita Gerak, dan CEO Baju Gue Halal. Sekarang Ryan sedang aktif menjadi seorang peserta dua beasiswa yakni Bidik Misi IPB dan Rumah Kepemimpinan PPSDMS. Ryan aktif di organisasi dan kepanitiaan serta tak lupa dengan kewajibannya sebagai seorang da�i produktif. Ryan bercita-cita menjadi seorang ustadz yang juga merupakan CEO sebuah E-Commerce makanan halal tingkat internarsional.

Lihat Juga

Aku Anak Mentoring, Kini dan Nanti

Figure
Organization