Topic
Home / Narasi Islam / Sosial / Biar Samar tetapi Besar

Biar Samar tetapi Besar

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Sungguh, mereka yang beriman dan mengerjakan kebajikan, Kami benar-benar tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang mengerjakan perbuatan yang baik itu. (Al Kahf:30)

Yang Tak Terlihat

Tidak ada amal kebaikan yang sia-sia dan Allah pun tak pernah menyiakannya.
Tahu debu? Kira-kira untuk sesuatu yang sekecil dan selembut debu bahkan yang nyaris tak terlihat seperti itu, ada gunanya tidak? Ada. Debu bisa digunakan untuk tayamum, benar kan?

Sama seperti amal yang dilakukan oleh manusia. Amalan kebaikan yang tidak nampak sekalipun tetaplah kebaikan. Meski tak terlihat, tidak mengurangi kadar kebaikannya. Terkadang kita merasa apa yang kita lakukan sama sekali tidak ada gunanya. Kita merasa apa yang kita kerjakan tidak bernilai sama sekali sehingga untuk melakukan suatu kebaikan harus menunggu yang besar dulu. Melakukan sesuatu, berkontribusi dan sejenisnya masih sering diidentikkan dengan hadirnya fisik dan banyaknya intensitas muncul di khalayak umum. Terlihat, bahasa sederhananya.

“Wah, dia lagi.” Ini itu dan sebagainya.

Sebaliknya ketika ada seseorang yang jarak kelihatan, biasanya (saya tidak mengatakan selalu) dianggap tidak melakukan banyak hal.

“Iya ya, kok dia ngga pernah keliatan. Kemana aja, sih? Bukannya bantu, malah ngilang.”

Pernah menjumpai demikian? Pernah. Mungkin setelah ini, kita bisa belajar untuk tidak cepat-cepat mengambil suatu kesimpulan.

Tidak perlu resah dan gelisah ketika tidak ada satu orang pun yang mengetahui kebaikan-kebaikan kita. Hanya akan memakan waktu. Mereka tidak punya banyak waktu untuk mengawasi setiap detik aktivitas kita. Sejatinya, kebaikan itu untuk siapa? Untuk orang lain, kah? Atau pure karena Allah? Kalau orientasinya Allah dan kita merasa cukuplah Allah yang menjadi saksi, bukan menjadi masalah lagi jika no one knows apa yang kita lakukan. Teruslah berbuat kebaikan tanpa bayang-bayang pujian manusia. InsyaaAllah, Allah pun juga diam-diam memberikan kejutan untuk kita.

Tenang, kan?

Yang Kecil

“Jangan remehkan hal-hal kecil” tulis Ustadz Sholikhin Abu Izzudin dalam bukunya New Quantum Tarbiyah. Membetuk Kader Dahsyat Full Manfaat, ”Sering kali hal-hal yang dianggap kecil berakibat penyesalan besar bila diremehkan. Seperti kisah seorang anak kecil berlari dengan tergesa-gesa menuju Ibunya lalu berkata, “Bu, apa nama lubang yang ada di depan rumah kita?” Ibunya menjawab, “Ibu sedang sibuk masak. Pergilah ke Ayahmu!” Anak itu pun berlari menuju Ayahnya dan menanyakan hal serupa, “Ayah, apa nama lubang di depan rumah kita?” Ayahnya menjawab, “Ayah sedang membaca koran. Pergilah ke Kakakmu!” Beliau melanjutkan ceritanya, “Kemudian anak itu berlari ke arah kakaknya dan menanyakan hal serupa, “Kak, apa nama lubang di depan rumah kita?” Sang Kakak menjawab, “Namanya sumur.” Anak kecil itu lalu berkata, “Kak, cepatlah pergi ke lubang itu. Adik kita jatuh ke dalam lubang itu, Kak.”

Sesuatu yang besar bukan lahir dari yang besar tetapi dimulai dari hal-hal kecil yang tersusun rapi dan penuh kesungguhan. Tak perlu risau apalagi galau. Selagi kita bisa berbuat baik, lakukan saja meskipun hanya langkah-langkah kecil. Tidak perlu malu ketika dalam suatu acara kita hanya kebagian mempersiapkan mic dan kabelnya atau papan tulis dan spidolnya. Akumulasi kebaikan-kebaikan kecil yang kita lakukan, biarkan menjadi investasi akhirat kita kelak dengan nilai deviden yang sangat besar tiada terkira. Perhitungan Allah tentu berbeda dengan kalkulator manusia. Lakukan kebaikan entah sekecil apapun itu. Tak perlu kau repot-repot membesarkannya, biarkan Allah yang mengaturnya. Lakukan kebaikan entah sesamar apapun itu. Tak perlu kau capek-capek untuk menjelaskannya, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu dan segala isi hati.

Mengejar perhatian orang hanya akan membuatmu lelah, layaknya mengejar bayang-bayang sendiri, makin dikejar malah makin menjauh. Fokuslah pada kebaikannya, bukan pada penilaiannya. Sampai di sini, masihkah terbersit rasa ingin diketahui kebaikan-kebaikan yang telah kita semai? Masihkah berpikir dua kali untuk mengeruk pundi-pundi kebaikan dan lapis-lapis keridhoan?

Jangan behenti berbuat baik dan memberi manfaat, hanya karena tidak ada yang melihat. Jangan berhenti memberi arti, hanya karena tidak ada yang memuji. Jangan berhenti menjadi alasan orang lain tersenyum bahagia. Cukup Allah menjadi saksinya.

So, don’t ever let yourself stop helping other ya. Selamat menyemai kebaikan. (dakwatuna.com/hdn)

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswi aktif jurusan S1 Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Seorang akuntan yang jatuh cinta pada tulisan.

Lihat Juga

Amal Spesial, Manajemen Hati

Figure
Organization