Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Aku Mencintai-Mu, Sederhana

Aku Mencintai-Mu, Sederhana

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Aku mencintai-Mu, sederhana. Semampu ghirah juang dalam diriku membuktikan itu. Kau ciptakan aku dengan sebaik bentuk, Kau bekalkan aku denganberagam potensi. Karena hakikatnya Engkau tidak pernah meninggalkan hamba-hamba-Mu seorang diri dalam kepayahan, ketidakberdayaan. Seperti dalam sabda Nabi, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih Allah cintai daripada mukmin yang lemah. Dan setiap diri pastilah memiliki potensinya masing-masing. Bersemangatlah kalian dalam melakukan sesuatu yang bermanfaat, mintalah pertolongan kepada Allah. Dan janganlah kalian merasa tidak mampu.” (HR. Bukhari)

Aku mencintai-Mu, sederhana. Semampu lisanku menyatakan itu. Lewat keteguhan kata, tutur kalimat terarah, sapaan lembut pada tiap saudara yang tiap kali aku bersua. Seperti dalam sabda Nabi, “Selamatkanlah diri kalian dari siksa neraka, walaupun dengan separuh kurma. Jika kalian tidak mendapatkannya, maka cukup dengan bertutur kata yang baik.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Aku mencintai-Mu, sederhana. Semampu bibirku membuktikan itu. Lewat senyum manis dan tulus, wajah ceria, pada tiap orang yang kutemui. Bukankah Nabi-Mu pernah berkata, “Jangan sepelekan kebaikan, meskipun sekadar menampakkan wajah ceria di hadapan saudaramu.” (HR. Muslim).

Aku mencintai-Mu, sederhana. Semampu nalarku memaknai makna kata cinta itu sendiri. Bahwa apa-apa yang kutemui adalah milik-Mu. Setiap jiwa, setiap raga. Dan iman kepadamu, melewati makna teritorial cinta dalam kamusku sendiri. Seperti dalam lantunan sabda Nabi, “Tidak beriman seseorang dari kalian sebelum mencintai saudaranya seperti mencintai diri kalian sendiri…” (HR. Muslim).

Aku mencintai-Mu, sederhana. Semampu upayaku membuktikan itu. Lewat daya, menyerahkan segenap cinta, dalam rangka ketaatan kepada-Mu. Mendermakan seluruh jiwa raga, dalam rangka menegakkan panji-panji agama-Mu. Seperti yang Kau katakan dalam Firman-Mu, “Siapa yang menolong agama Allah, maka Allah akan menolongnya dan meninggikan kedudukannya…” (QS. Muhammad: 7).

Aku mencintai-Mu, sederhana. Semampu hatiku melakukan itu. Tertatih menetapi kebenaran, menyemai kebaikan, karena sesungguhnya itu yang Engkau perintahkan. Seperti Nabi yang bersabda, “Ketahuilah, sesungguhnya dalam jasad terdapat segumpal daging, apabila dia baik maka jasad tersebut akan menjadi baik, dan sebaliknya apabila dia buruk maka jasad tersebut akan menjadi buruk, Ketahuilah segumpal daging tersebut adalah hati.” (HR. Bukhari).

Aku mencintai-Mu, sederhana. Semampu patuhku membuktikan itu. Patuhku untuk menutup aurat karena perintah-Mu, bukan sekadar karena kepentinganku semata agar aku tak diganggu. Ya, karena itu Firman-Mu, “…Dan hendaklah mereka (para perempuan) menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya)…” (QS. An Nuur: 31).

Aku mencintai-Mu, sederhana. Semampu ketetapan hatiku mencerminkan itu. Kutahu, apa-apa yang kualami adalah ketetapan dari-Mu. Ialah yang terbaik, melewati batas nafsu tentang keinginan-keinginan melainkan itulah yang aku butuhkan. Kau tidak pernah salah takar, karena Engkaulah yang Maha Adil dan Seimbang. Seperti dalam Firman-Mu, “…Boleh jadi tidak menyukai sesuatu padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 216).

Aku mencintai-Mu, sederhana. Semampu keyakinan hatiku menyiratkan tentang itu. Bahwa apa-apa yang kuhadapi, tak pernah melebihi kapasitas kesanggupanku. Kau tahu aku makhluk yang lemah, namun kekuatan dari-Mu yang membuatku masih sanggup bertahan. Kau tahu aku rapuh, namun kobaran semangat yang Kau hembuskan bersama dengan aliran darahku, yang membuatku masih sanggup berdiri. Sungguh, Engkau telah menyadarkan aku lewat Firman-Mu, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebaikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya.” (QS. Al Baqarah: 286).

Aku mencintai-Mu, sederhana. Semampu harap-harap dalam penantianku memerintahkan itu padaku. Kututup rapat, kusimpan erat, semua gejolak rasa yang hadir menghiasi kalbu, mewarnai fitrahku. Karena hakikatnya Engkau telah siapkan, Engkau telah pilihkan. Yang terbaik, pada waktu yang tepat. Sungguh tak ada yang perlu dirisaukan. Seperti dalam lantunan Firman-Mu, “…Perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik…” (QS. An Nuur: 26).

Aku mencintai-Mu, sederhana. Semampu perangaiku membuktikan itu. Perangai yang kuharap dapat menuntunku pada kebaikan dunia dan akhirat. Seperti dalam lantunan Firman-Mu, “Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan, bahwa untuk mereka disediakan surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai…” (QS. Al Baqarah: 25)

Aku mencintai-Mu, sederhana. Semampu amalanku menyiratkan tentang itu. Menyerahkan tiap untaian waktu, dentingan episode perjalanan hidupku, memang tulus dalam rangka beribadah kepada-Mu. Dalam rangka ketaatan kepada-Mu. Seperti termaktub abadi dalam lantunan Firman-Mu, “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al An’am: 162).

Aku mencintai-Mu, sederhana. Semampu rasa syukurku mewujudkan itu. Pada apa-apa yang kutemui, pada apa-apa yang kusaksikan, pada apa-apa yang kurasakan. Nikmatku sejak memejamkan mata, membuka kembali di pagi harinya, hingga kuterbangun dan siap untuk mewarnai dunia. Nikmat yang aku tahu, ada insan jelata di luar sana yang bahkan tak mampu menangkap hikmahnya. Seperti dalam Firman-Mu, “Dan pada pergantian siang dan malam, hujan yang diturunkan Allah dari langit, lalu dengan air hujan itu dihidupkan bumi setelah mati (kering), dan pada perkisaran angin, terdapat pula tanda-tanda bagi kaum yang mengerti.” (QS. Al Jaasiyah: 5).

Aku mencintaimu, sederhana. Semampu ketaatanku membuktikan itu. Kumpulan firman-Mu sebagai pedoman, tauladan Rasul-Mu sebagai tuntunan.

Untuk-Mu, ada ruang yang tak tergapai. Untuk-Mu, ada segenggam cinta yang sederhana. Ya, hanya segenggam cinta sederhana, karena memang baru itu yang sanggup aku persembahkan. Rasanya tak sanggup jika kukatakan bahwa cintaku lebih dari itu, namun ekspresi kerjaku masih tidak sanggup memuaskan telaga kehausanku dalam menyerap seluruh rahmat atas penciptaanku. Aku tak mau menjadi seorang munafik! Biarlah, cinta itu dibuktikan oleh lelah-lelahku dalam memperoleh makna cinta itu sendiri kepada-Mu.
Biarlah, kerja-kerjaku yang membuktikan makna cinta itu.

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswi S1 Departemen Biologi Institut Pertanian Bogor 2011 asal Kota Patriot, Bekasi.

Lihat Juga

Bahagia Itu Sederhana

Figure
Organization