Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Bagaimana Para Bintang Berpuasa saat Piala Dunia?

Bagaimana Para Bintang Berpuasa saat Piala Dunia?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Yaya Toure saat bermain untuk Pantai Gading (mcfc.co.uk)
Yaya Toure saat bermain untuk Pantai Gading (mcfc.co.uk)

dakwatuna.com – Para bintang sepak bola Muslim, yang saat ini sedang berlaga di Piala Dunia Brasil, tentu berusaha untuk menyinkronkan antara kesibukannya menjalani pertandingan-pertandingan sepak bola, yang ditonton ratusan juta penduduk dunia ini, dan kewajiban berpuasa bulan Ramadhan.

Memang banyak dari mereka tidak berasal dari negara-negara Muslim, tapi sebagai seorang Muslim mereka juga berkewajiban dan ingin melaksanakan ibadah puasa Ramadhan.

Piala Dunia kali ini bertepatan dengan bulan Ramadhan, untuk pertama kalinya sejak Piala Dunia tahun 1986. Dimungkinkan awal Ramadhan datang pada tanggal 28 Juni yang merupakan hari pertama pertandingan babak kedua, setelah selesai babak penyisihan dalam grup.

Para bintang yang terdaftar dalam timnas Prancis di Piala Dunia Brasil seperti Karim Benzema (Real Madrid), Mamadou Sakho (Liverpool), Bacary Sagna (Arsenal), dan Moussa Sissoko (Newcastle United), adalah pemain Muslim yang taat dalam melaksanakan ibadah.

Dalam timnas Côte d’Ivoire (Pantai Gading) juga terdapat beberapa orang bintang Muslim. Di antara yang terdepan adalah kakak beradik Yaya Toure (Manchester City) dan Kolo Toure (Liverpool), Gervinho (AS Roma), dan Cheick Tioté (Newcastle United).

Timnas yang banyak memiliki bintang Muslim adalah Bosnia Herzegovina. Di antaranya yang terdepan adalah Edin Dzeko (Manchester City) dan Marouane Fellaini (Manchester United). Di Timnas Belgia ada Mousa Dembélé (Tottenham Hotspur), sedangkan di timnas Swiss ada Xherdan Shaqiri (Bayern Munchen). Di antara bintang Muslim yang paling terkenal dan sering disorot media Islam adalah Mesut Özil (Arsenal) yang menjadi play masker timnas Jerman.

Keinginan besar untuk berpuasa misalnya disampaikan Kolo Toure. Dia mengatakan, “Menurutku, lima hari pertama puasa saja yang cukup berat. Tapi setelah itu, badan sudah mulai terbiasa, dan kita merasa sangat berbahagia. Kebahagiaan itu sama seperti saat kita sudah membersihkan badan kita. Sehingga setelah bulan Ramadhan badan kita malah bertambah kuat. Kukira adalah sebuah mukjizat, bagaimana bulan Ramadhan bisa membuat badanmu semakin kuat.”

Yang cukup menggembirakan mereka, durasi puasa tiap harinya di Brasil hanya 11 jam. Sangat berbeda misalnya dengan Inggris yang sampai 17 jam. Walaupun ada juga ulama atau organisasi yang mengeluarkan fatwa bolehnya mereka tidak berpuasa jika mempengaruhi kualitas permainannya. Misalnya, fatwa yang dikeluarkan Darul Ifta’ Al-Mishriyah, yang mengatakan:

“Seorang pemain yang sudah terikat kontrak kerja menjadi pegawai yang wajib untuk melaksanakan pekerjaannya. Jika pekerjaan itu menjadi sumber pencariannya, lalu harus melaksanakannya di bulan Ramadhan, dan jika berpuasa akan mempengaruhi etos kerjanya, maka pemain itu dibolehkan untuk tidak berpuasa.”

Sedangkan Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi membolehkannya jika pertandingan dilaksanakan di luar negara-negara Islam. Adapun jika dilaksanakan di negara Islam, maka panitia harus mengatur sedemikian rupa pertandingannya agar para pemain bisa tetap melaksanakan ibadah puasa, dan tidak ada yang menjadikan mereka boleh tidak berpuasa. (msa/dakwatuna)

Redaktur: M Sofwan

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
S1 Universitas Al-Azhar, Kairo-Mesir. S2 Universitas Al-Neelain, Khartoum-Sudan. Dosen Ma'had An-Nuamy, Jakarta

Lihat Juga

Sambut Ramadhan dengan Belajar Quran Bersama BisaQuran

Figure
Organization