Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Risalah Rindu

Risalah Rindu

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Apa kabar adik-adikku? Dalam lilitan keresahan terbesit nama kalian yang kucintai. Mereka yang selalu kukasihi dan kusayangi meski wajah tak terlihat terhalang jarak yang tak berpihak. Dengan sugesti rindu yang menggebu perlahan aku mulai takut kehilangan mereka. Aku semakin gelisah ketika melihat zaman tak bisa lagi dikendalikan, dan adikku sendiri dalam mengarungi kehidupan tak ada siapapun yang mengingatkan ketika kaki mereka salah dalam melangkah, ketika mata mereka salah dalam memandang, ketika mulut mereka salah dalam mengucapkan kata. Aku takut Allah akan murka pada mereka dan lebih murka kepadaku yang tak bisa member peringatan.

Adik-adikku tersayang cintaku menuntunku pada diri kalian. Cinta yang suci cinta yang tumbuh karena siraman cahaya ilahi. Cinta yang tak akan pernah pudar hingga raga ini menyusut menjadi debu yang bertebaran di atas bumi. Tak sengaja dalam tadabur malam mataku terbentur pada sebuah titik bacaan yang suci.

“و أنذر عشيرةك الأقربين”

“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat” (as-Syu’aro: 214)

Perlahan air mataku menetes dan tertegun sendiri dalam sepi hingga mulut ini tak bergerak lagi menghayati setiap kalimat yang suci yang begitu indah dan kuat menusuk hati. Hingga gejolak keresahanku membawa jiwaku terbang menatap samar bayang wajah adik-adikku yang sudah kutinggalkan hampir bertahun-tahun.

Ingatlah adik-adikku ketika manusia agung yang terpilih mengucapkan sabdanya “Aku tinggalkan untukmu dua perkara yang apa bila kamu berpegang teguh kepadanya, kamu tidak akan pernah tersesat selamanya. Dua perkara itu adalah Al-Quran dan sunnahku “. Masih tergambar jelas dalam ingatanku, ketika kalian bertanya siapakah orang yang agung dan terpilih itu? Lalu kujawab dia adalah sosok yang harus kalian cintai lebih dari apapun setelah Allah SWT. Seorang manusia yang menjadi utusan Allah, nabi akhir zaman yang menjadi penutup risalah nabi-nabi terdahulu. Seorang nabi yang diutus untuk menyempurnakan akhlak kita, dia adalah Muhammad Shalallahu alaihi wasalam.

Dengan mata yang berkaca-kaca dan senyum penuh bangga aku menatap wajah kalian. Wajah yang lugu dan polos wajah seorang anak yang jatuh cinta pada sosok Muhammad, sosok yang belum pernah sekalipun kalian lihat. Senyumku semakin mengembang ketika kalian memintaku membawa kalian agar bisa menemui Muhammad. Lalu kujelaskan berkali-kali bahwa suatu saat nanti ditempat yang maha indah kita akan menemuinya bersama-sama. Tapi kalian tetap memaksa agar aku bisa membawa kalian ketika itu juga. Berhari-hari kalian marah padaku karena aku tidak bisa menuruti keinginan kalian. Bahkan kalianpun tidak mau lagi ikut mengaji denganku sebelum aku bisa mempertemukan kalian dengan Muhammad.

Namun akhirnya kalianpun menyerah dengan kemarahan kalian sendiri, ketika aku mengatakan Allah dan Muhammad sangat cinta terhadap anak yang berakhlak mulia, dan kita tidak akan menjadi mulia kalau kita tidak belajar dan tidak mengaji. Lalu setelah shalat Maghrib kalian kembali pada buku Iqra’ kalian dan mulai membaca huruf-huruf hijaiyah huruf Arab yang tidak sedikit pun kalian pahami. Aku semakin menyayangi kalian ketika kalian memberiku tiga buah amplop putih yang berisikan surat dengan tulisan tangan kalian yang masih susah untuk dibaca. Dengan nada kecewa dan memohon kalian memintaku agar mengirimkan surat-surat itu “Kalau kita tidak bisa bertemu dengan nabi Muhammad, bisakah kita mengirim surat kepadanya?”.

Aku hanya bisa tersenyum, tertawa kecil melihat kesungguhan kalian. Lalu beramai-ramai kalian memelukku erat setelah kujawab, surat kalian pasti akan sampai pada nabi Muhammad, tapi dengan syarat kalian harus selalu bershalawat kepadanya, mengikuti sunah dan akhlaknya serta menjadikannya Idola yang menjadi contoh teladan dalam hidup kalian. Lalu hari esok setelah selesai mengaji kalian memintaku untuk mengajari kalian bagai mana caranya bershalawat kepada nabi. Dan bertanya kembali apakah dengan bershalawat kita benar-benar akan bertemu nabi Muhammad? Waktu itu aku hanya bisa mengatakan “sebakhil-bakhilnya orang di dunia ini adalah orang yang tidak pernah bershalawat kepada nabi, mana mungkin orang yang bakhil akan dicintai oleh nabi, dan bisa bertemu nabi, karena nabi tidak suka terhadap orang-orang yang bakhil” setelah mendengar perkataanku lalu kalian saling melempar senyum. Senyum yang indah, senyum yang selalu kurindukan sampai saat ini.

Adik-adikku yang selalu kucintai, hampir lima tahun lamanya kita dipisahkan oleh jarak yang jauh membentang, seribu enam ratus lima puluh hari kita tidak pernah saling bertatap muka, kita tidak pernah saling bertegur sapa, bercanda ria dan dalam waktu selama itu aku tidak pernah lagi mengajari kalian mengaji. Aku yakin kalian yang dulu berbeda dengan kalian yang sekarang. Kalian sekarang pasti bertambah gagah bertambah cantik, dan dewasa telah membawa kalian pada dunia yang baru, dunia yang tidak sama dengan kalian sewaktu kalian masih bermain boneka dan menarik mobil-mobilan. Sekarang kalian pasti sudah mengerti kenapa dulu ayah dan ibu sering menghukum kalian ketika kalian melakukan kesalahan, walaupun itu hanya kesalahan yang kecil. Tapi aku masih takut dan bimbang karena aku tidak berada di sisi kalian, takut karena tak bisa mengingatkan kalian ketika kalian khilaf dan melakukan kesalahan, dan takut tak ada yang mengingatkanku ketika aku lupa. Karena betapapun kita hanya manusia biasa jauh dari kesempurnaan.

Adik-adikku yang tercinta. Iman dan taqwa adalah awal dari segalanya, sebuah pondasi hidup yang akan membawa kalian pada kebahagiaan yang hakiki, kebahagiaan abadi yang hanya akan dirasakan oleh mereka yang memilikinya. Namun untuk menjadi orang yang beriman dan bertaqwa tidak semudah membalikkan telapak tangan banyak cobaan dan rintangan yang akan kalian hadapi. Dan ujian adalah bagian dari mereka yang akan menuju ke tempat maha indah itu. Adik-adikku kita tidak akan menjadi orang yang bertaqwa sebelum kita berilmu. Dan kita tidak akan menjadi orang yang berilmu sebelum kita mengamalkannya secara baik sehingga kita mau mengamalkannya. Maka tuntutlah ilmu semenjak kalian masih dalam buaian sampai kalian akan menuju liang lahat, karena menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan.

Adik-adikku tersayang. Dengan bertaqwa maka Allah akan menyayangi kalian, memudahkan jalan hidup kalian, dan akan memberikan jalan keluar untuk kalian ketika kalian dihadapkan dengan permasalahan yang sulit. Jadilah kalian manusia-manusia yang tegar yang memberikan kedamaian bagi lingkungan dan orang-orang di sekitar kalian, lalu bersabarlah karena Allah selalu bersama mereka yang sabar.

Adik-adikku sebagai seorang laki-laki jadilah seorang laki-laki yang berakhlak mulia bertanggung jawab kepada orang tua dan berbakti kepadanya. Sebagai mana dulu kalian ingin menjadi seperti Rasulullah, maka contohlah budi pekerti Rasulullah yang mulia, serta ikutilah sunah-sunah dan petunjuknya niscaya kalian tidak akan tersesat dalam mengarungi kehidupan ini. Gantungkanlah segala keluh kesah kalian hanya kepada Allah karena bergantung kepada Allah adalah tanda bagi orang yang dikarunia ma’rifah (orang yang mengena Tuhannya) serta cirri orang-orang yang mentauhidkan Allah SWT. Namun apabila kalian menyandarkan kepada selainnya maka kalian termasuk orang-orang yang jahil dan lalai.

Adik-adikku, ketika jalan kalian terbentur oleh kebimbangan karena nafsu dunia yang membutakan mata, renungkanlah masa-masa kecil kalian yang indah, yang kalian lalui tanpa lukisan-lukisan syahwat duniawi. Niscaya kalian akan ingat kembali dengan arti dunia yang sesungguhnya. Dan tarikan nafas yang bergerak dengan waktu mengalir menjadi sebuah usia yang tak bisa diterka, tak usah kalian bimbang. Teruslah menatap ke depan hingga lorong-lorong gelap jalan hidup kalian menjadi terang tersinari oleh goresan karya-karya kalian. Dari titik gelap itulah kalian akan mengerti bahwa usia adalah wasilah untuk berkarya.

Dan untuk kalian adik-adikku yang perempuan camkanlah selalu ayat Al-Quran yang suci ini “dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa tampak dari padanya” (an-Nur: 31) begitu indah makna yang terkandung dalam ayat itu, sebuah aturan yang menjaga dan memuliakan perempuan serta menempatkan mereka pada kedudukan yang begitu terhormat. Namun waktu terus berputar hingga anak zaman pun ikut berubah mengagungkan sebuah budaya yang mengusung nilai-nilai yang mendiskriminasi perempuan, dan kebanyakan mereka menutup mata tidak sadar bahwa dunia tengah menghinakan mereka.

Adik-adikku, seindah-indahnya perhiasan dunia adalah wanita shalihah maka jadilah bagian dari mereka. Aku tak ingin kalian seperti wanita-wanita jahiliyah yang menebarkan aurat kepada siapapun. Tutuplah kepala kalian dengan kerudung yang panjang hingga menutupi dada kalian, karena seluruh tubuh kalian adalah aurat, kecuali wajah dan telapak tangan. Namun apabila kalian membiarkan tubuh kalian terbuka maka sesungguhnya kalian sedang menghinakan diri kalian di depan manusia dan Allah SWT. Adik-adikku agama kita mengajarkan apabila seorang gadis sudah menginjak dewasa maka ia tidak boleh menampakkan tubuhnya selain wajah dan telapak tangannya. Maka ulurkanlah jilbab kalian hingga menutupi tubuh kalian, Karena hal itu lebih memudahkan kalian untuk dikenal dan tidak diganggu.

Adik-adikku wanita adalah manusia juga sebagai mana laki-laki. Wanita merupakan bagian dari laki-laki dan laki-laki merupakan bagian dari wanita. Maka beramal dan berkaryalah untuk dirimu dan Tuhanmu. Karena sesungguhnya Allah ta’ala menjadikan manusia melainkan untuk menguji siapa di antara mereka yang paling baik amalnya.

Adik-adikku walaupun kalian seorang wanita, tuntutlah ilmu setinggi mungkin karena tugas kalian yang pertama dan paling utama adalah mendidik generasi-generasi baru. Kalian memang dipersiapkan untuk mengemban tugas yang mulia ini. Tidak ada yang bisa mengganti wanita dalam mengemban tugas besar ini, yang padanyalah bergantungnya masa depan umat, dan dengannya terwujud kekayaan yang paling besar yaitu kekayaan berupa manusia. Kalian adalah calon ibu, dan seorang ibu adalah sebuah lembaga pendidikan bagi anak-anaknya. Jika kalian mempersiapkannya dengan baik maka kalian telah mempersiapkan sebuah bangsa yang baik pokok pangkalnya.

Adik-adikku ini adalah risalah rindu yang tak bisa kupendam. Dan aku bersyukur aku bisa menulis risalah ini untuk kalian, karena aku takut termasuk golongan orang-orang yang tidak bisa menjaga keluarganya dari jilatan panasnya api neraka yang bahan bakarnya dari batu dan manusia. Sebagai mana yang difirmankan Allah dalam al-Qur’an surat at-Tahrim ayat 6,

يأيها الذين أمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا, وقود ها الناس والحجارة

“Wahai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu”.

Semoga dengan membaca risalah ini kalian bisa mengerti bahwa betapapun jauhnya jarak yang memisahkan kita, namun aku selalu mencintai dan menyayangi kalian. Dan semoga Allah SWT menjauhkan kita dari siksa api neraka, dan mengumpulkan kita di surga-Nya kelak. Aamiin, aamiin ya rabbal ‘alamin.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswa fakultas sastra arab dan peradaban, di universitas Al-azhar Zagazig Mesir.

Lihat Juga

Merindu Baginda Nabi

Figure
Organization