Topic
Home / Pemuda / Mimbar Kampus / Masjid Al-Fatihah, Masjid Baru Harapan Baru

Masjid Al-Fatihah, Masjid Baru Harapan Baru

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Masjid Al-Fatihah. (Dwipa Aprianur)
Masjid Al-Fatihah. (Dwipa Aprianur)

dakwatuna.com – Suatu pagi seusai tilawah beberapa lembar, ku langkahkan kaki untuk sekadar menggerakkan dan meregangkan otot-otot tubuh semenjak kemarin padatnya aktivitas yang ku lalui. Dan juga hari ini segudang aktivitas telah menanti dan memenuhi catatan buku agendaku. Pikirku dengan berjalan-jalan di seputaran kampus dapat merilekskan tubuh serta pikiran. Aktivitas ini sering ku lakukan di pagi hari berjalan mengitari kampus, menuju taman kecil di sekitar perpustakaan Universitas Mulawarman.

Pagi itu pandangan mataku mengarah pada bangunan masjid yang sedang dibangun. Sebenarnya semenjak aku mulai kuliah, masjid ini sudah mulai dibangun. Namun dikarenakan satu dan lain hal proses pembangunannya pun terhenti. Dan pada akhirnya di akhir tahun ini baru kembali dimulai pembangunannya. Akhirnya pagi itu kuputuskan untuk mengecek lebih dekat lagi progress pembangunan bagian dalam masjid. Sempat terlintas dalam benakku, mungkin aku adalah mahasiswa yang pertama kali menginjakkan kaki di masjid kampus yang baru dibangun ini. Walaupun sebenarnya di kampus kami sudah ada masjid, namun jika dibandingkan dengan total civitas akademika yang ada terbilang sangat kecil. Karena hampir setiap shalat Jum’at masjid selalu kekurangan tempat bagi para jamaah.

Terlihat dari luar masjid ini tampak begitu megah. Masjid dengan konsep bangunan dua lantai ini berdiri tepat di belakang masjid yang lama dan terdengar kabar bahwa antara masjid yang lama dan baru akan di sambung mengingat masjid yang lama adalah milik yayasan yang tidak boleh dibongkar. Sekilas melihat konsep bangunannya adalah konsep modern dengan ornamen-ornamen masjid kebanyakan namun tanpa kubah. Direncanakan pada lantai satu untuk ibadah sedangkan pada lantai dua untuk kajian dan juga aktivitas lainnya.

Sejenak aku termenung duduk di lantai dua masjid yang baru ini. Dalam benakku aku berfikir, mungkin ini adalah saatnya suasana islami di kampus itu di mulai. Inilah pertanda cita-cita yang dahulu menjadi impian mulai jelas terlihat di hadapan mata. Dengan di bangunnya masjid yang baru ini aktivitas keislaman di kampus ini semakin berkembang. Hal ini dapat terlihat dari jumlah jamaah shalat yang semakin bertambah. Dengan berdirinya bangunan masjid kampus yang baru ini segala aktivitas pembinaan keislaman akan semakin bergairah lagi. Masih segar dalam ingatanku tatkala masjid kampus yang lama penuh sesak dijejali mahasiswa yang asyik ikut hadir dalam pembinaan keislaman intensif (mentoring). Hampir di setiap sudut-sudut masjid luar dan dalam di penuhi mahasiswa. Dan hal ini Nampak ketika mentoring akbar, sampai-sampai harus di laksanakan dua kali dalam sehari untuk fakultas dengan jumlah mahasiswa banyak. Dengan bangunan masjid yang baru ini tak perlu khawatir lagi kekurangan tempat dan aktivitas pembinaan dapat dilaksanakan dengan baik.

Gerakan Kebangkitan dari Masjid Kampus

Masih duduk termenung aku pada masjid yang baru, mengingat akan sebuah kata “gerakan kebangkitan dari masjid kampus”. Allahu Akbar! Kata-kata yang memberikan motivasi dan harapan. Segala bentuk gerakan perubahan dan perbaikan itu bermula dari masjid. Seperti baginda Rasulullah yang memulai membangun Negara Madinah dari Masjid Nabawi. Gerakan perubahan itu bermula dari masjid, gerakan perbaikan itu disusun di masjid. Menebarkan rahmat dan keberkahan Allah untuk seluruh umat yang ada di sekitarnya.

Gerakan kebangkitan dari masjid kampus. Pembinaan keislaman kepada generasi muda di lakukan di masjid kampus. Mereka dibekali dan dibina dengan pembinaan nilai aqidah, ibadah dan akhlaq yang baik dan benar. Mereka dibekali kemampuan baca Al-Qur’an agar mampu mempelajari dan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Mereka di persiapkan untuk dapat memimpin diri mereka, keluarga mereka, masyarakat dan juga negara nantinya. Terbayang olehku betapa indahnya ketika melihat kelompok-kelompok mentoring itu melingkar di seantero penjuru masjid kampus yang besar ini. Lantunan ayat-ayat Al-Qur’an di bacakan. Ada yang asyik berdiskusi, ada yang sibuk dengan hafalan Al-Qur’annya dan tak jarang ada yang berkelompok mengerjakan tugas perkuliahan. Hati mereka terpaut dengan masjid. Merekalah generasi yang di impikan dan dinanti zaman ini untuk menumbangkan dan menggantikan generasi yang lama. Mereka adalah generasi baru yang lahir dari rahim masjid kampus, yakni generasi emas.

Gerakan kebangkitan dari masjid kampus. Terbayang olehku tatkala masjid ini dipenuhi oleh ribuan jamaah shalat Jum’at. Taka ada lagi jamaah yang tak mendapatkan tempat. Tak ada lagi jamaah yang harus berpanas-panasan karena bangunan masjid yang tak mampu menampung. Semua khusyu’ mendengarkan khutbah Jum’at, semua merasa nyaman berada di rumah Allah ini, semua bisa lebih khusyu’ dalam shalatnya. Allahu Akbar! Seakan-akan keberadaan kampus islami itu ada di hadapan mata.

Gerakan kebangkitan dari masjid kampus. Kampus sebagai miniatur dari sebuah Negara hendaknya memperhatikan akan hal ini. Yakni bagaimana mencetak generasi yang unggul sesuai kebutuhan zaman. Generasi yang mampu menyeimbangkan komponen-komponen yang ada pada dirinya. Antara fikriyah (pikiran), jasadiyah (jasad) dan ruhiyah (ruhani). Jika ketiga komponen ini diberi makan yang sesuai maka jadilah ia pribadi yang tawazun (seimbang). Namun kebanyakan saat ini yang kita amati adalah ketidakseimbangan ketiga komponen ini, sebagai dampak ada bagian yang tidak diberikan makanan. Dan gerakan kebangkitan dari masjid kampus ini diharapkan mampu mencetak dan mempersiapkan generasi pemimpin masa depan yang cerdas (pikiran terpenuhi), sehat (jasad terpenuhi) dan yang tak kalah pentingnya yakni shalih (spiritual terpenuhi).

Gerakan kebangkitan dari masjid kampus. Adalah sebuah langkah nyata yang ditempuh dengan kerja-kerja yang tak mudah. Kita harus kembali meramaikan dan memakmurkan masjid. Pada waktu Rasulullah SAW hijrah dari Mekah ke Madinah dengan ditemani sahabat, Abu Bakar RA. Beliau melewati daerah yang disebut dengan Quba di sana beliau mendirikan Masjid pertama sejak masa kenabian, yakni masjid Quba. Selanjutnya setelah di Madinah beliau juga mendirikan masjid, tempat umat Islam melaksanakan shalat berjamaah dan melaksanakan aktivitas sosial lainnya. Jadi semakin jelas bahwa masjid adalah salah satu kebutuhan primer untuk sebuah cita-cita perubahan menuju keadaan yang lebih baik. Karena masjid didirikan untuk memenuhi kebutuhan umat Islam (khususnya kebutuhan spiritualitas) untuk mendekatkan diri pada penciptanya, menghambakan diri, tunduk dan patuh mengabdi padaNya. Masjid juga menjadi tambatan hati, pelabuhan pengembaraan hidup dan energi kehidupan umat Islam.

Gerakan kebangkitan dari masjid kampus. Semangat ini yang harus terus ada dalam benak civitas akademika dunia kampus di manapun berada. Jika ingin mengawali perubahan dan perbaikan, mulailah dari masjid. Curahkan perhatian kita pada masjid, ramaikan masjid dengan aktivitas-aktivitas, shalatlah berjamaah di masjid, rapatkan dan eratkan tali persaudaraan antar sesama umat muslim, insya Allah kebangkitan dari masjid kampus, kemenangan dari masjid kampus dan gerakan perubahan dari masjid kampus bukan hanya mimpi dan harapan akan perubahan itu kembali lahir bak kupu-kupu yang siap menaburkan serbuk sari cinta di taman-taman kampus, negeri ini dan dunia. Kemudian melahirkan bunga-bunga kebaikan dan keberkahan. Karena harapan itu akan selalu ada. Allahu Akbar! Wallahu’alam bi showab.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (2 votes, average: 8.50 out of 5)
Loading...

Tentang

Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur.

Lihat Juga

Harapan Masih Ada

Figure
Organization