Topic
Home / Suara Redaksi / Editorial / Sang Guru

Sang Guru

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
(padang-today.com)
(padang-today.com)

dakwatuna.com – Dalam bahasa Arab, guru disebut al-mu’allim. Kata al-mu’allim merupakan ism fail dari kata ‘allama yu’allimu, artinya transfer ilmu atau mengajar. Dalam Al-Qur’an Allah menegaskan bahwa tugas para nabi adalah mengajarkan Al-Kitab dan Al-Hikmah (wa yu’allimuhul kitaaba wal hikmah). Allah berfirman: “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Ali Imran : 164). Dan dari ayat ini setidaknya ada tiga tugas pokok seorang rasul yang bisa dijadikan pegangan oleh setiap guru atau pendidik (murabbi):

Pertama: Membacakan ayat-ayat Allah (tilawah). Maksud ayat-ayat Allah: (a) ayaatullah al-masyhuudah (ayat-ayat Allah yang nampak di alam semesta). Di sini seorang guru harus juga mempunyai wawasan keilmuan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan penemuan-penemuan nya. Tentu dalam hal ini sangat dianjurkan untuk menggunakan tehnologi sebagai sarana yang paling efektif untuk menjelaskan hal tersebut. (b) ayaatullah al-matluwah (ayat-ayat Allah yang terbaca dalam Al-Qur’an). Di sini seorang guru harus juga mempunyai wawasan tentang wahyu. Lebih dari itu ia juga harus mempunyai iman yang kuat, sebab dari iman yang kuat pesan-pesan wahyu akan mudah dipahami secara mendalam. Sungguh, tidak sedikit murid yang salah paham tentang maksud Al-Qur’an, karena sang guru yang mengajarkannya tidak beriman. Itulah rahasia mengapa ulama terdahulu selalu mensyaratkan kebersihan jiwa untuk mendapatkan ilmu Allah swt. Sebab ilmu Allah adalah cahaya. Dan cahaya Allah tidak mungkin bersenyawa dengan para pendosa. Dari semua itu kita paham bahwa seorang guru tidak lain hanya mentransfer ajaran wahyu agar regenerasi kehambaan kepada Allah – sebagai Pemilik langit dan bumi – terus berlanjut.

Kedua: Membersihkan jiwa (tazkiyah). Kata tazkiyah dalam Al-Qur’an sangat penting kedudukannya. Allah swt. Mengulang-ulang kata tersebut sebagai keniscayaan untuk mencapai kepatuhan sejati. Ketika Nabi Musa as. diperintahkan untuk berdakwah kepada Firaun, Allah memerintahkan agar pertama-tama mengajaknya melakukan tazkiyah. Allah berfirman dalam surah An-Nazi’at, 18: “Faqul hallaka ilaa an tazakkaa (dan katakanlah (kepada Firaun): “Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan).” Imam Abu Saud dalam tafsirnya, menjelaskan beberapa dimensi tazkiyah: (a) Pembersihan jiwa dari penyakit hati: sombong, dengki, hasad dan lain sebagainya. Berbagai maksiat dilakukan karena kesombongan. Firaun mengaku tuhan karena perasaannya yang menipu, sehingga ia merasa hebat. Seorang guru harus bekerja keras untuk membersihkan penyakit-penyakit hati semacam ini. (b) Pembersihan jiwa dari aqidah yang salah. Sebab kesalahan aqidah akan sangat mempengaruhi kesalahan perilaku. Banyak orang yang tulus ingin berbuat baik, namun karena aqidahnya salah, perilakunya malah membawa  malapetaka bagi kemanusiaan. (c) Pembersihan jiwa dari dosa. Karena setiap dosa menyebabkan kekerasan hati. Bila hati keras maka segala kebaikan tidak akan masuk. Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 74: “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.”

Ketiga: Mengajarkan Al-Qur’an (kitab) dan sunnah (hikmah). Maksudnya menyampaikan pesan wahyu secara utuh baik yang terdapat dalam Al-Qur’an maupun yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Di sini ada penekanan pentingnya menggabung antara Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam pengajaran. Sebab antara kedua sumber ini saling melengkapi dan saling menjelaskan. Tidak mungkin seorang paham Al-Qur’an dengan benar tanpa merujuk kepada sunnah, sebab banyak dalam Al-Qur’an panduan-panduan global yang sangat membutuhkan penjelasan As-Sunnah. Contoh perintah shalat, dalam Al-Qur’an hanya berupa teks: “Tegakkanlah shalat”, tetapi bagaimana caranya secara detail terdapat dalam As-Sunnah. Itulah rahasia mengapa Rasulullah saw. Bersabda: shalluu kamaa ra aitumuunii ushalli (shalatlah kalian sebagaimana aku shalat).

Bila ditarik garis merah antara ketiga point di atas, kita akan menemukan bahwa point pertama lebih bermakna sebagai upaya membangun persepsi melalui tilawah, namun tilawah ini tidak cukup tanpa dilengkapi dengan tazkiyah, sebab dengan tazkiyah rohani akan hidup. Maka dengan hidupnya, akan tergerak kan secara otomatis untuk melakukan tugas mulia yaitu at-ta’lim. Ini semua menunjukkan betapa mulianya seorang guru karena tugasnya. Dan betapa dekatnya tugas seorang guru dengan tugas-tugas kenabian. Wallahu a’lam bisshawab.

Redaktur: Samin Barkah, Lc. M.E

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (25 votes, average: 9.64 out of 5)
Loading...
Lahir di Madura,15 Februari 1967. Setelah tamat Pondok Pesantren Al Amien, belajar di International Islamic University Islamabad IIUI dari S1 sampai S3 jurusan Tafsir Al Qur�an. Pernah beberapa tahun menjadi dosen tafsir di IIUI. Juga pernah menjadi dosen pasca sarjana bidang tafsir Al Qur�an di Fatimah Jinah Women University Rawalpindi Pakistan. Akhir-akhir ini sekembalinya ke Indonesia, menjadi dosen sastra Arab di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatulah Jakarta. Lalu menjadi dosen Tafsir sampai sekarang di Sekolah Tinggi Al Hikmah Jakarta. Selebihnya beberapa kali di undang untuk mengisi Seminar, konfrensi dan ceramah di tengah komunitas muslim di beberapa kota besar Amerika Utara (Washington, New York, Houston, Los Angles, Chicago, Denver). Beberapa kajian tafisir rutin yang diasuh di perkantoran Jakarta antara laian di: Indosat, Conoco Philips, Elnusa, Indonesian Power, PLN Gambir. Agenda Kajian Tafsir Dzuhur: Senin (setiap pekan ) : Masjid Baitul Hikmah Elnusa Selasa 1 : Masjid Bank Syariah Manidiri Pusat Selasa 2&4: Masjid Indosat Pusat Selasa 3 : Masjid Hotel Sultan Rabu 1 : Masjid Indonesian Power Pusat Rabu 3 : Masjid PLN Gambir Kamis (setiap pekan) : Masjid Miftahul Jannah Ratu Prabu 2 (Conoco Philiphs) Agenda Pengajian Tafsir Dan Hadits lainnya: Sabtu 1&2 (Sesudah Subuh) : Masjid Az Zahra Gudang Peluru Ahad 2 (Sesudah Subuh) : Masjid An Nur (Perdatam) Senin ( Jam 14:30-20.00) :Sekolah Tinggi Al Hikmah Jakarta Selasa (Jam 14:00-15:30 : Majlis Ta�lim Amanah Dault (Kedian Menpora Adiaksa Dault, Belakang STEKPI, Kalibata). Rabu: 1&2 (Setelah Maghrib) : Masjid Az Zahra Gudang Peluru Kamis (Setiap Pekan, setelah Maghrib) : Masjid Bailtul Hakim, Diskum Kebon Nanas.

Lihat Juga

Musibah Pasti Membawa Hikmah

Figure
Organization