Terjadi kerusuhan antara demonstran dan polisi di berbagai tempat di Khartoum hari ini, Rabu (25/9/2013) kemarin, yang menyebabkan puluhan korban meninggal dunia. Koresponden Aljazeera mengaku menyaksikan 4 mayat diangkut ke ruang otopsi rumah sakit Bashaer. Sedangkan reporter Reuters menyampaikan kesaksian paramedis dan keluarga korban bahwa ada 6 korban meninggal pada hari Rabu (25/9/2013) kemarin dalam kerusuhan dengan polisi.

Setelah memasuki masa kuliah, demonstrasi banyak dilakukan mahasiswa di kampus-kampus. Hal ini menyebabkan pemerintah kudeta menyebar intelijennya di lokasi untuk mengumpulkan informasi tentang demo tersebut.

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara langsung dinilai memiliki banyak persoalan. Pilkada langsung juga diyakini sebagai pemicu terjadinya konflik horizontal di daerah.

Kembali media Mesir berfantasi. Situs Ahram Masa’i edisi Selasa (24/9/2013) memuat berita dengan judul “Sumber Keamanan: Baradai Pimpin Pertemuan Ikhwan Internasional untuk Gagalkan Road Map”.

Kepala Bidang Kesehatan Haji Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, DR dr Fidiansjah mengatakan petugas ‘Tepat’ menjadi sebuah terobosan menjawab kebutuhan pengadaan obat di kloter (pemondokan).

Kepala Seksi Pelayanan Siskohat Asep SA di Mekah, Rabu, menjelaskan sepuluh calon haji itu terbagi enam jamaah wafat di Madinah, tiga di Mekah, dan satu di Jeddah.

Poin kerugian negara yang ditemukan berdasarkan hasil audit BPK adalah proses lelang penggunaan bahan UN tahun 2012 dan 2013.

Peristiwa-peristiwa yang terjadi di Mesir akhir-akhir ini telah menyingkap tabir yang menampakkan bahwa pengusung demokrasi, kebebasan dan HAM, hanya bisa fasih dalam berteori dan berpropaganda. Demokrasi dan HAM diusung hanya untuk menekan bangsa-bangsa lemah atau pemerintahan-pemerintahan yang dimusuhi. Dengan memaksakan mendapatkan posisi yang memungkinkan mereka mengacaukan keamanan dan stabilitas sehingga bisa memainkan agenda politiknya.

Dr. Nadia Musthafa, dosen ilmu sosial Universitas Kairo, menyatakan bahwa tahun ajaran baru telah membuka adanya gejala baru konspirasi militer yang menunjukkan kondisi goyah pemerintah kudeta. Hal ini beliau sebutkan di akun facebooknya, Rabu (25/9/2013) kemarin.

Pengadilan kudeta menjatuhkan vonis 3,5 tahun penjara kepada sebuah keluarga yang beranggotakan 8 orang, di antaranya anak kecil. Seperti yang diberitakan situs egyptwindow.net Rabu (25/9/2013) kemarin.