dakwatuna.com
Kemarin kudengar, anak kecil dari rahim bangsa sudah tak malu lagi menghisap tembakau
Kemarin kudengar, anak kecil dari rahim bangsa sudah berani mencuri
Kemarin kudengar, anak kecil dari rahim bangsa sudah berani mencabuli
Dan kini kudengar, anak kecil dari rahim bangsa berperilaku homo dan sejenisnya
Getir kurasa …
Sesak kudekap …
Dan resah telah menjadi gelisah …
Membayangkan masa depannya, membuatku marah …
Oh .. anakku yang hilang .. Ke mana kelelakianmu
Lebih kurela kau pulang berdarah-darah
menjalani pertarungan kecil demi sebuah harga diri yang kau sebut Izzah
Oh .. anakku yang hilang .. Ke mana kewanitaanmu
Lebih kurela kau pulang terisak manja
Menangisi bonekamu yang dirampas kawan sejiwa
Mereka kira ini sekadar fenomena,
Lalu diam dan memperkawan
Mereka kira ini fitrah jiwa,
Lalu senyap yang bermakna pengakuan
Kalau kau mampu, maka dampingilah anakku
lebih dari cepatnya virus merusaknya
lebih dari dalamnya pemikiran rusak yang merasuknya
lebih dari sabar dan terencananya gerakan yang menggenggamnya
Haruskah anakku tenggelam meninggalkan bahtera
Atau haruskah satu generasi lenyap di tenggelamkan azab
Jangan kau tanya apakah aku cinta atau tak cinta
Kala ujian ini menerpa bangsa, tentukan sikap dan berperanlah sesuai ruang bisa
Oh .. anakku yang hilang
Anakku, anakmu, anak kita semua, bangsa luhur berbudaya
Kami kan singsingkan duka dari beda
Tunggu kami berbuat nyata
(dakwatuna.com/hdn)
Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya
Beri Nilai: