Topic
Home / Narasi Islam / Sejarah / Bendungan Ma’rib dan Kaum Anshar

Bendungan Ma’rib dan Kaum Anshar

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (busy.org)

dakwatuna.com – Kaum Anshar adalah kaum yang sangat berjasa dalam perkembangan dakwah Islam di Madinah. Mereka-lah yang mempersiapkan tempat untuk hijrahnya Rasulullah SAW dan para sahabat dari Makkah. Karena mereka pula, Islam memiliki power yang sangat kuat. Sebab dari Madinahlah semangat umat Islam mulai bangkit. Mereka mempersiapkan Madinah untuk berdirinya sebuah daulah Islam yang dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW.

Tentu saja, nama mereka awalnya bukanlah Kaum Anshar. Panggilan tersebut mulai dikenal setelah mereka bersyahadat lalu membantu dan memenuhi kebutuhan Kaum Muhajirin saat tiba di Madinah. Satu orang dari Kaum Muhajirin dipersaudarakan dengan satu orang dari Kaum Anshar oleh Rasulullah SAW. Karena ikatan aqidah yang begitu kuat, mereka bisa memberikan apapun yang mereka miliki untuk Kaum Muhajirin. Berbagi harta, tanah bahkan Sa’ad bin Rabi’ ikhlas memberikan satu istrinya kepada Abdrrahman bin ‘Auf. Namun, saat itu Abdurrahman bin ‘Auf menolak dengan lembut dan lebih memilih untuk berdagang di pasar agar kebutuhan hidupnya terpenuhi.

Aus dan Khazraj. Begitulah panggilan dari kedua kabilah besar yang menduduki Madinah saat itu. Saat Madinah masih bernama Yatsrib dan cahaya Islam belum menerangi kota tersebut, mereka kerap berperang puluhan tahun lamanya. Bersaing dan berebut kekuasaan. Padahal, jika dilihat dari nasabnya, mereka berasal dari keturunan yang sama. Aus dan Khazraj bersaudara. Mereka adalah keturunan Amr bin Amir, laki-laki yang hijrah dari Yaman karena sebuah peristiwa yang kelak akan terkenang kisahnya dalam Alquran tepatnya surat Saba’ ayat 15-16.

Di Yaman, dahulu terdapat sebuah bendungan yang menjadi sumber kehidupan penduduknya. Bendungan tersebut sangat kuat dan besar. Tak heran, mereka sangat membanggakannya. Bendungan Ma’rib. Mereka menggunakan air dari bendungan itu untuk minum dan mengairi sawah serta ladang. Namun, Amr bin Amir melihat ada tikus besar sedang melubangi bendungan. Dia menganggap bahwa hal itu sangat membahayakan karena akan membuat bendungan menjadi rusak dan banjir. Maka, dia berniat untuk pergi meninggalkan Yaman dan mengajak penduduk lainnya untuk segera berhijrah.

Ajakan berhijrah disambut dan ditolak sebagian penduduk. Mereka yang menolak tidak mau meninggalkan bendungan kebanggaannya dan lebih memilih tinggal di sana. Namun, selain menolak, mereka berniat jahat menjebak Amr bin Amir dengan cara menghasut anak bungsunya untuk membalas tamparan Amr bin Amir. Terpancinglah kemarahan Amr bin Amir saat menerima tamparan dari anak bungsunya. Ia pun menjual asetnya dan pergi meninggalkan Yaman diikuti anak keturunan yang lainnya beserta orang-orang Adz.

Mereka yang berhijrah tiba di daerah Akka. Sayang sekali, karena mereka datang dengan jumlah yang sangat banyak, mereka diperangi oleh penduduk Akka. Penduduk Akka mengira bahwa Amr bin Amir dan pengikutnya akan merebut kekuasaan mereka di Akka. Agar tidak terus menerus diperangi, akhirnya mereka pergi dengan berpencar-pencar ke daerah yang berbeda. Jufnah bin Amr bin Amir berhenti di Syam, Khuza’ah berhenti di Marra, Adz Sarah berhenti di Sarah, Adz Oman berhenti di Oman, Al-Aus dan Al-Khazraj berhenti di Yatsrib. Setelah itu, Allah SWT mengirimkan banjir dan menghancurkan Bendungan Ma’rib.

Sejak saat itulah Yatsrib dihuni oleh Al-Aus dan Al-Khazraj, lalu menghasilkan keturunan yang pada akhirnya menjadi sang penolong seluruh Kaum Muhajirin. Meskipun keturunan-keturunannya sempat berperang, pada akhirnya setelah bertemu Islam dan Rasulullah SAW mereka menjadi kaum yang mendapat kemuliaan dari Allah SWT. (reni/dakwatuna.com)

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Perempuan yang lagi asyik belajar siroh Nabawiyah dan para sahabat/sahabiyah. Pernah belajar di Pendidikan Bahasa Arab UPI 2011. Sedang belajar di Ma'had Syaraful Haramain Bogor.

Lihat Juga

Fadly Amran: Pasar Digital Kubu Gadang Tarik Minat Kunjungan Wisatawan

Figure
Organization