Topic
Home / Keluarga / Pendidikan Anak / Peran Keluarga Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja

Peran Keluarga Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (reproduksi-remaja.blogspot.com)
Ilustrasi. (reproduksi-remaja.blogspot.com)

dakwatuna.com – Saat ini remaja menjadi sorotan tajam dari berbagai pihak. Pasalnya banyak problema remaja yang tak pernah habis-habisnya mengapung ke tengah publik. Mulai dari hal yang sederhana seperti malas belajar, cuek bebek alias tidak hormat, suka cabut, berkelahi dan bertengkar, ugal-ugalan di jalan raya, tawuran antar sekolah, bahkan sampai tindakan kriminal yang membahayakan seperti mencuri, terlibat jaringan narkoba, seks bebas, perampokan dan pembunuhan. Hampir setiap hari kita disuguhkan dengan berita yang tidak mengenakkan berkaitan dengan prilaku remaja. Persoalannya kenapa hal ini sangat mudah terjadi dan apa batasan kenakalan remaja yang masih bisa kita tolerir sehingga dengan demikian orang tua dapat menyikapi dengan sigap dan berusaha menyelesaikan masalah tersebut secara baik dan benar. Hal ini penting saya kemukakan di hadapan kita semuanya , sebab penyelesaian masalah remaja selama ini tidak komprehensip sehingga masalah itu tidak dapat diselesaikan secara tuntas bahkan justru menimbulkan masalah baru.

Berdasarkan bahasa, kenakalan remaja berasal dari dua akar kata yakni nakal dan remaja. Nakal berarti tidak baik, tidak patuh dan suka menentang atau melawan arus. Sifat nakal ini akan muncul bagi setiap remaja namun tentu dosisnya berbeda-beda setiap remaja. Sementara remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa. Secara umur seseorang disebut remaja ketika berusia 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.

Secara psikis remaja mengalami perkembangan kejiwaan (perasaan dan pemikiran) secara pesat mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan dalam dirinya. Remaja dalam posisi peralihan diri dari gaya berpikir anak-anak menuju kematangan berpikir orang dewasa. Apalagi suasana batin dan perasaan indah menaungi hati remaja, membuat gelora mudanya membara untuk menikmati keindahan dunia. Itu sebabnya anak remaja kita, ketika sempat bicara tentang lawan jenis atau sebut saja pacar maka waktu dan harinya bisa dihabiskan untuk menyenangkan seseorang yang menjadi pujaan hati. Mereka bisa berlama-lama bertemu wajah atau berbicara indah sekalipun tidak berjumpa dengan mengunakan alat komunikasi yang serba canggih. Di samping itu sifat-sifat khas akan muncul menemani kehidupan remaja sebagai identitas dirinya. Misalnya, remaja itu sulit diatur, lebih banyak bermain, bersenandung ria, mengkoleksi foto-foto artis idolanya, tidak suka membantu orang tua, belajar tidak serius dan seabreak sifat-sifat baru yang sebelumnya tidak terlihat ketika masih kanak-kanak.

Pada masa pancaroba ini, remaja banyak mengalami masalah. Problematika remaja tidak pernah habis-habisnya menyapa anak yang baru gede itu. Masalah itu terjadi berasal dari dalam dirinya sendiri dan juga datang dari luar dirinya dan itu pengaruhnya lebih dahsyat lagi. Memang, sebagian remaja dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik disebabkan oleh kecerdasan dan kematangan dirinya yang sudah mulai hadir secara bertahap. Namun sebagian remaja justru masalah menjadi beban berat hidupnya yang sangat sulit diselesaikan. Di sinilah pentingnya peran keluarga dalam menyelesaikan masalah kenakalan remaja. Orang tua harus cerdas dalam mengedukasi remaja dengan cara mengetahui perkembangan psikis remaja secara nyata. Dengan demikian akan memudahkan orang tua untuk berkomunikasi dengan anak remajanya dalam menyelesaikan dan mengatasi masalah yang dihadapinya.

Peran Keluarga

Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan remaja, baik berasal dari dalam diri remaja sendiri atau faktor yang datang dari luar dirinya. Namun yang jelas bagaimana semua faktor ini menjadi pertimbangan bagi orang tua dalam menyelesaikan masalah anak remajanya. Hal ini menjadi landasan bagi ayah bunda dalam menyelesaikan masalah remaja secara baik dan benar. Sering terjadi masalah kecil yang dihadapi anak remaja, tidak mendapat perhatian orang tua hingga akhirnya menjadi masalah besar yang sulit diatasi. Apabila masalah besar yang harus segera diatasi orang tua namun tidak dilakukannya karena alasan tidak ada waktu atau kerja yang menumpuk dapat menyebabkan masalah tersebut semakin besar dan berat serta sangat sulit untuk mengatasinya.

Kenakalan remaja berawal dari tidak berjalannya fungsi dan peran keluarga dalam mendidik remaja. Orang tua tidak menjalankan tugas dan kewajibannya yang semestinya berkaitan dengan kehidupan anak remajanya. Ayah bunda tidak bisa hanya mencukupi kebutuhan fisik anak remajanya semata, memenuhi fasilitas hidup yang diinginkan bukan yang dibutuhkan, memanjakannya anak remaja dengan alat komunikasi yang serba canggih. Namun sejatinya orang tua harus juga memperhatikan kebutuhan mental spritual anak remajanya sebagai benteng kokoh dalam diri anak dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin berat.

Untuk itu ada beberapa peran yang harus dilakukan oleh orang tua dalam menyelesaikan persoalan kenakalan remaja. Pertama, orang tua harus mampu berperan sebagai guru pertama dan utama bagi anak remajanya. Orang tua sebagai orang yang paling dekat dengan anak remajanya harus maksimal membimbing dan mendampinggi anak remajanya. Ayah bunda harus dekat dengan anak remaja dan tidak boleh membuat jarak dengan mereka. Pekerjaan yang padat jangan menjadi alasan untuk mengabaikan anak remajanya. Orang tua harus mampu membagi waktu sehingga hak anak tidak terabaikan. Memang sulit namun di situlah kecerdasan orang dalam memenejnya sehingga pertemuan yang terbatas namun berkualitas.

Kedua, orang tua harus mampu menjadi sahabat bagi anak remajanya. Ayah Ibu harus mampu menjadi tempat curhat bagi anak remajanya. Jangan sampai anak remaja curhat pada teman sebayanya atau pada orang lain melalui media sosial karena berakibat fatal. Orang tua harus mampu berkomunikasi dan dapat mengambil hati anaknya sehingga anaknya tidak malu untuk menyampaikan problemanya. Dengan memberikan perhatian yang besar dan penghargaan yang luar biasa, anak remaja mempercayai orang tuanya untuk menyelesaikan masalah yang melilit dirinya.

Ketiga, orang tua harus dapat berperan sebagai motivator dan inspirator bagi anak remajanya. Orang tua yang hebat adalah orang tua yang mampu memotivasi dan sebagai inspirasi bagi anak remaja untuk melakukan kebaikan. Orang tua hendaknya dapat menjadi figur istimewa bagi anaknya dalam menapaki kehidupan dan menentukan masa depannya. Dengan keteladanan yang inspiratif, anak remaja terkondisi dalam suasana kebaikan dan bersemangat untuk berbagi kebaikan. Kondisi inilah yang membentengi remaja dari tindakan yang tidak terpuji dan yang mengarah pada kenakalan remaja.

Keempat, orang tua harus mampu berperan sebagai ulama atau tokoh agama. Peran ini memang berat namun bukan berarti orang tua tidak bisa memerankannya. Dengan berusaha maksimal mempelajari agama dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari menjadi modal utama bagi orang tua dalam melaksanakan peran yang penting ini. Dalam hal ini, orang tua harus dapat membimbing dan membina anaknya dengan pendekatan agama yang menyejukkan. Dengan nasehat yang lemah lembut dan tidak mudah menyalahkannya, anak remaja akan dapat menerima kesalahannya dan akan berusaha memperbaiki diri dari kenakalan yang tidak diingini oleh siapa saja termasuk dirinya sendiri. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lahir di Batusangkar tanggal 28 September 1967. SD sampai SMA di Batusangkar dan menamatkan S1 pada Fakultas Tarbiyah IAIN �Imam Bonjol� Batusangkar. Tamat April 1993 dan kemudian mengajar di MTSN Batusangkar sebagai tenaga honorer. Tahun 1992-2005 aktif mengelola kegiatan Pendidikan dan Dakwah Islam di bawah naungan Yayasan Pendidikan Dakwah Islam Wihdatul Ummah. Tahun 1995 bersama aktivis dakwah lainnya, mendirikan TK Qurrata A�yun , tahun 2005 mendirikan SDIT dan PAUD. Semenjak tahun 1998 diangkat sebagai guru PNS dan mengajar di SMAN 2 Batusangkar sampai sekarang. Tahun 2012 mendirikan LSM Anak Nagari Cendekia yang bergerak di bidang dakwah sekolah dan pelajar diamanahkan sebagai ketua LSM. Di samping itu sebagai distributor buku Islami dengan nama usaha � Baitul Ilmi�. Sejak pertengahan Desember 2012 penulis berkecimpung dalam dunia penulisan dan dua buku sudah diterbitkan oleh Hakim Publishing Bandung dengan judul: "Daya Pikat Guru: Menjadi Guru yang Dicinta Sepanjang Masa� dan �Belajar itu Asyik lho! Agar Belajar Selezat Coklat�. Kini tengah menyelesaikan buku ketiga �Guru Sang Idola: Guru Idola dari Masa ke Masa�. Di samping itu penulis juga menulis artikel yang telah dimuat oleh Koran lokal seperti Padang Ekspress, Koran Singgalang dan Haluan. Nama istri: Riswati guru SDIT Qurrata A�yun Batusangkar. Anak 1 putra dan 2 putri, yang pertama Muthi�ah Qurrata Aini (kelas 2 SMPIT Insan Cendekia Payakumbuh), kedua Ridwan Zuhdi Ramadhan (kelas V SDIT ) dan Aisyah Luthfiah Izzati (kelas IV SDIT). Alamat rumah Luak Sarunai Malana Batusangkar Sumbar.

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization