Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Upaya Untuk Khusuk Dalam Shalat

Upaya Untuk Khusuk Dalam Shalat

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
ilustrasi (inet)
ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Jika shalat merupakan kenikmatan, maka ia bukan lagi beban bagi kita untuk mengerjakannya. Itulah yang dirasakan oleh Nabi SAW. Dalam beberapa kali shalat malam. Nabi SAW bersujud sangat lama, seperti lamanya berdiri, sehingga membuat kaki Nabi SAW bengkak. Bila Nabi SAW saja yang merupakan kekasih Allah shalat sampai kakinya bengkak-bengkak, bagaimana dengan kita?

Atha’ bercerita, Ubaid bin Umair bertanya kepada Aisyah r.a, istri Nabi SAW. “Apa yang paling menakjubkan pada diri Rasulullah?” Aisyah menjawab sambil menangis, “Suatu malam, ia bangun dan berkata, “Wahai Aisyah, ijinkanlah aku beribadah kepada tuhanku. Lalu aku jawab, “aku ingin tetap dekat denganmu, tapi aku sudah senang dengan apa yang membuatmu senang”, beliau kemudian berwudhu dan shalat sambil menangis sehingga air matanya membasahi pangkuan dan tanah.

Khusyuk sendiri adalah inti, ruh, dan makna dari shalat, jika shalat kehilangan ruhnya, maka hilang pula eksistensi ibadah itu. Khusyuk juga merupakan kewajiban dalam ibadah shalat, sebagaimana firman Allah SWT,”Peliharalah semua shalat (mu) dan (peliharalah) shalat wustha (tengah) dan berdirilah untuk shalatmu dengan khusyuk”. (Al-Baqarah:238)

Maka dari itu, setiap muslim wajib untuk menyempurnakan shalatnya. Tidak boleh berfikiran daripada shalat tidak serius, lebih baik tidak shalat sama sekali. Orang yang tidak khusyuk dalam shalatnya, lebih baik daripada orang yang meninggalkan shalat sama sekali. Demikian juga orang yang shalat dan masih terus melakukan dosa, lebih baik daripada orang yang tidak shalat sama sekali.

Khusyuk meliputi dua aspek penting yaitu, aspek lahiriah yaitu gerakan-gerakan shalat yang tenang dan perlahan-lahan, dan aspek bathiniah, yaitu ketundukan jiwa dan kerendahan diri di hadapan Allah SWT, Keduanya saling mempengaruhi satu sama lain, namun untuk mencapai kekhusyukan dalam shalat, aspek bathiniah lebih diutamakan terlebih dahulu, karena apabila hati dan jiwa tenang saat menjalankan shalat, hal ini akan berpengaruh pada anggota badan, setiap berpindah dari satu gerakan shalat ke gerakan berikutnya, dilakukan dengan tenang (tuma’ninah), begitupun suara bacaan Alquran dan doa dibaca dengan perlahan-lahan, tidak terburu-buru dan dengan jelas (tartil) karena terpengaruh oleh suasana hati yang khusyuk.

Untuk menghidupkan ruh shalat, setiap muslim harus berikhtiar dengan sungguh-sungguh, karena setiap muslim mempunyai tanggung jawab masing-masing terhadap shalatnya, shalat yang khusyuk akan menjadi penghilang kegelisahan dan kunci kebahagiaan bagi setiap muslim, dengan shalat yang khusyuk hati menjadi damai dan tentram dan merasa semua curahan hati atas masalah yang dihadapi telah disampaikan dan diserahkan sepenuhnya kepada allah SWT, Nabi SAW telah memberi petunjuk melalui Alquran dan hadist untuk menghidupkan ruh dari shalat yang kita laksanakan.

  1. Memulai shalat ketika kondisi fisik sudah sangat siap.
  2. Tidak lapar, tidak menahan kentut, kencing atau buang air besar. Bagi orang yang lapar atau menahan buang air, justru dianjurkan mengundurkan waktu shalat untuk keperluan makan atau ke toilet. Rasulullah SAW bersabda,”jika seorang di antara kalian terasa ingin ke WC, padahal shalat sudah dimulai, maka hendaklah ia ke WC terlebih dahulu”. (HR. Abu Daud)
  3. Upayakan shalat dalam keadaan tidak mengantuk, sebab dikhawatirkan terjadi kekeliruan bacaan dan doa dalam shalat. Rasulullah SAW bersabda,”Apabila seorang diantara kalian mengantuk ketika sedang shalat, hendaknya ia tidur dahulu sampai ia mengetahui apa yang dibacanya.” (HR. Bukhari)
  4. Melakukan shalat dengan tenang (tuma’ninah).

Tenang sejenak ketika berpindah dari satu gerakan ke gerakan yang lain dalam shalat, dengan tidak tergesa-gesa. Rasulullah SAW bersabda, “Pencuri paling jahat adalah pencuri shalat.” Abu Qatadah bertanya, “ wahai Rasulullah, bagaimana seseorang mencuri shalatnya? “Rasulullah menjawab,”Dia tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya.” (HR. Ahmad dan Al Hakim dari Abu Qatadah r.a)

  1. Shalatlah seolah-olah itu shalat terakhir bagi kita.

dengan selalu menanamkan dalam hati bahwa ini adalah shalat kita yang terakhir, maka akan menjadi bahan perenungan yang kuat dalam shalat yang kita laksanakan, seakan-akan sudah ditunggu malaikat pencabut nyawa, Izrail. Rasullullah SAW bersabda,“Jika kalian berdiri shalat, maka shalatlah seperti shalatnya orang yang berpamitan.” (HR. Ahmad dari Abu Ayyub r.a)

  1. Merenungkan makna bacaan dan doa shalat.

Allah berfirman ,”….Dan lakukanlah shalat untuk mengingat-Ku” (Thaha:14) Bukanlah shalat yang benar, jika dikerjakan tanpa kehadiran hati mengingat Allah. Jika tidak memahami arti kata per kata, maka renungkan pokok-pokok penting dalam bacaan itu.

  1. Mengulang-ulang bacaan Alquran yang mengesankan.

Ayat-ayat Alquran yang kita baca dengan berulang-ulang akan lebih menghujam ke dalam kalbu. Dalam sebuah shalat malam, Rasulullah SAW mengulang-ulang bacaan Al-Maidah ayat 118 sampai shubuh,”Jika Engkau menyiksa mereka, maka sungguh mereka adalah hamba-hamba-Mu,dan jika Engkau ampuni mereka, maka sungguh Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”

  1. Ketika membaca ayat-ayat tentang siksa, berhenti sejenak untuk memohon diselamatkan darinya.

Demikian juga berdoa agar menjadi penghuni surga, ketika membaca ayat tentang surga. Hudzaifah Al Yaman r.a berkata, “aku shalat bersama Nabi SAW. Ketika membaca ayat-ayat tasbih, ia bertasbih, ketika membaca surat pertanyaan, ia bertanya dan jika membaca ayat-ayat perlindungan, ia memohon perlindungan”. (HR. Muslim)

  1. Membaca Alquran secara perlahan dan benar.

Alla berfirman,”….Dan bacalah Alquran itu dengan perlahan-lahan.” (Al-Muzzammil:4)

Dengan memperhatikan cara baca Alquran sesuai aturan yang baku, agar tidak merubah arti, maka kita akan terbawa kesyahduan dalam bacaan Alquran yang kita baca.

  1. Selalu mengingat bahwa sedang berdialog dengan Allah.

Oleh sebab itu, jagalah etika berdialog, seperti sedang berdialog dengan pembesar negeri, Ciptakan suatu alam pikiran di mana kita sedang berhadapan dengan sesuatu yang luar biasa dahsyat dan tiada tandingannya di dunia maupun di akhirat.

  1. Jaga pandangan mata dan pendengaran selama shalat.

a. Melihat tempat sujud selama shalat.

Apabila Rasulullah SAW shalat, beliau menundukkan kepala dan mengarahkan pandanganya ke tanah” (HR. Al Hakim). Pandangan seseorang ketika shalat berpengaruh pada kekhusyukan shalatnya, dengan mengarahkan pandangan ke tanah, berarti mengingatkan bahwa kita akan dikembalikan lagi ke tanah.

b. Menghindari shalat disekitar orang yang sedang bercakap-cakap, bertengkar, bernyanyi, dan sebagainya. Hindari juga ruangan dengan bau masakan yang merangsang selera makan. Hindari juga ruangan dengan bau yang tidak sedap.

10. Membaca doa shalat secara variatif dari doa-doa yang diajarkan Nabi SAW.

Membaca surat yang sama berulang-ulang memang tidak dilarang, namun tentu akan lebih baik jika surat yang dibaca tidak monoton satu doa. surat yang dibaca-baca berkali-kali akan menimbulkan kebosanan, kebosanan akan menyebabkan kelalaian makna shalat. Maka ketika setan telah berbisik kepada kita dengan melalui jalan lalai, maka segera berpindah ke bacaan yang lain.

  1. Berhati-hati dengan bisikan setan.

Semakin berupaya shalat dengan khusyuk, semakin gencar dan agresif serangan setan. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengatakan, “Setan dan peshalat seperti pencuri dan pemilik rumah. Pencuri hanya akan memasuki rumah yang berisi intan permata. Ia tidak tertarik memasuki rumah yang tidak berisi barang berharga”. Setan tidak tertarik menggoda orang yang memang sudah lalai dalam shalatnya dan setan akan menggoda pelaku shalat dari segala arah dan berbagai macam cara . Rasulullah SAW bersabda, “Jika salah seorang dari kalian shalat, syetan akan datang kepadanya untuk menggodanya sampai ia tidak tahu berapa rakaat yang ia telah kerjakan. Apabila salah seorang dari kalian mengalami hal itu, hendaklah ia sujud dua kali (sujud sahwi) saat ia masih duduk dan sebelum salam, setelah itu baru mengucapkan salam” (HR Bukhari dan Muslim)

Shalat yang khusyuk hanya bisa diperoleh dengan memadukan potensi otak kiri dan otak kanan. Otak kiri memandu peshalat mengikuti aturan gerakan dan doa sesuai dengan hukum fikih. Sedangkan otak kanan sebagai pemandu emosi untuk merasakan kehadiran Allah Menyambut dan memberikan jawaban atas semua permohonanya, sehingga rahmat dan ketenangan mengalir secara langsung ke dalam kalbu. (sb/dakwatuna)

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 5.00 out of 5)
Loading...

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization